Sejarah Singkat Koperasi Indonesia

c. Unsur modal Pada koperasi, masalah modal dipupuk atau dikumpulkan dari simpanan-simpanan, pinjaman-pinjaman, penyisihan-penyisihan dari hasil usaha, termasuk dana cadangan dan hibah serta sumber lain yang sah, seperti dimaksud dalam Pasal 41 UU No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Sedangkan pada bentuk usaha lainnya, terdiri atas pemasukan-pemasukan dari para sekutu yang dilakukan sekali saja dengan jumlah yang besar seperti dimaksud Pasal 16 KUHD; d. Pembagian sisa hasil usaha Pada koperasi, pembagian sisa hasil usaha akan dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota setelah dikurangi dengan dana cadangan. Sedangkan pada bentuk lain, keuntungannya akan dibagikan sebanding dengan jumlah pemasukannya.

3. Sejarah Singkat Koperasi Indonesia

Pada masa Kolonial Belanda, tercatat dua orang Belanda yang turut memikirkan nasib penderitaan rakyat Hindia Belanda Indonesia, yaitu E. Siedeburgh Kepala Daerah Purwokerto dan penggantinya De Wolf van Westerrede. Kedua orang Belanda ini banyak kaitannya dengan perintisan berdirinya koperasi pertama di Indonesia, yaitu Purwokerto. 118 Orang pribumi Indonesia pertama yang jelas tercatat dalam sejarah perintisan koperasi di Indonesia adalah Raden Aria Wiria Atmadja, seorang pegawai negeri di Purwokerto yang tergugah hatinya untuk memperbaiki kondisi para pegawai negeri yang kebanyakan terlilit utang dari rentenir. Untuk itu pada tahun 1896, dengan didorong oleh E. Siedeburgh, Raden Aria Wiria Atmadja mendirikan Hulp en Spaarbank Bank Bantuan dan Tabungan. Untuk menjalankan bank itu, awalnya didayagynakan uang dana masjid, dan selanjutnya berhasil mengumpulkan sendiri dana sebesar 4.000 gulden sebagai modal kerja. 119 118 Andjar Pachta W., Myra Rosana Bachtiar, Nadia Maulisa Benemay, Op.Cit., hal. 39 119 Ibid., hal. 40 Universitas Sumatera Utara Dua tahun berikutnya, 1898, E. Siedeburgh digantikan oleh De Wolf van Westerrede yang telah lama mengharapkan terbentuknya koperasi simpan pinjam untuk menolong para petani. Menurut De Wolf, kebiasaan-kebiasaan yang telah mendarah daging pada para petani di Hindia Belanda yaitu gotong royong dan kerjasama, merupakan dasar paling baik untuk berdiri suburnya koperasi. 120 Langkah pertama yang dilakukannya adalah mendukung penuh keberadaan Hulp en Spaarbank-nya Raden Aria Wiria Admadja yang sudah jelas mengandung unsure-unsur perkoperasian dan telah memberikan banyak manfaat, meskipun baru pada lingkungan pegawai negeri priyayi. De Wolf menganjurkan dan mendukung untuk memperluas usaha Hulp en Spaarbank dan menyerasikan namanya menjadi Poerwokertosche Hulp- Spaar en Landbouwcredietbank Bank Bantuan, Tabungan, dan Kredit Pertanian Purwokerto, sehingga dapat juga membantu para petani secara langsung. 121 De Wolf berhasil mendirikan 250 buah lumbung desa sebagai badan untuk meminjamkan pada kepada rakyat. Lumbung ini diurus oleh komisi yang terdiri dari Kepala Desa, Juru Tulis Desa, dan Penghulu Kampung. Untuk lebih mewujudkan harapan besarnya menolong para petani Hindia Belanda, De Wolf menyempatkan diri belajar koperasi model Raiffesein langsung di Jerman. Pada tahun 1990, De Wolf diberi tugas khusus untuk membentuk modal Koperasi Kredit Desa. 122 Pada tahun 1908, berdirilah Perkumpulan Budi Utomo yang dipimpin oleh Budi Utomo dan Gunawan Mangunkusumo. Perkumpulan ini menganjurkan dan mencoba memajukan Koperasi Rumah Tangga Konsumsi. 123 Tahun 1912, berdiri pula Serikat Dagang Islam oleh Haji Samanhudi yang bertujuan memperkuat posisi pedagang pribumi terhadap pedagang Tionghoa dengan cara mendirikan took-toko koperasi. 124 120 Ibid. 121 Ibid. 122 Ibid . 123 Ibid. 124 Ibid., hal. 41 Universitas Sumatera Utara Tahun 1915 lahir UU Koperasi pertama “Verordening op de Cooperative Vereeniging” dengan Koninklijk Besluit 7 April 1912 stbl 431 yang bunyinya sama dengan UU Koperasi di Negara Belanda 1876 yang kemudian diubah tahun 1925. Kesulitannya bagi rakyat Indonesia, anggaran dasar koperasi tersebut harus dalam bahasa Belanda dan dibuat dihadapan notaris. 125 Tahun-tahun selanjutnya diusahakan perkembangan koperasi oleh para pakar dan politisi nasional. Di zaman pendudukan Jepang 1942-1945, usaha-usaha koperasi dipusatkan dalam badan-badan koperasi yang bernama Kumiai yang berfungsi sebagai pengumpul barang-barang logistik untuk kepentingan perang. 126 Setelah perang kemerdekaan 17 Agustus 1945, usaha pengembangan koperasi mengalami pasang surut mengikuti perkembangan politik. Kongres-kongres koperasi, munas-munas dan lain-lain untuk pengembangan koperasi terus berlanjut. Pada tahun 1958, perkembangan koperasi kemudian dilengkapi dengan diundangkannya Undang- Undang No.70 Tahun 1958 tentang Koperasi yang pada dasarnya berisi tentang tatacara pembentukanpendirian, dan pengelolaan koperasi yang salah satu mencakup pengenalan prinsip-prinsp Rochdale. Pada tahun 1967 pemerintah merasa perlu melakukan revisi atas undang-undang koperasi yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang No. 12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian. Terakhir disempurnakan dengan Undang- Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. 127

4. Landasan dan Asas Koperasi Indonesia a. Landasan Koperasi