perkembangan lingkungan yang dinamis perlu adanya landasan hokum baru yang mampu mendorong koperasi agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi lebih kuat dan
mandiri.
105
Berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 tersebut lahirlah Undang-Undang No.12 Tahun 1967, tentang Perkoperasian, yang diundangkan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1967 No.23, tanggal 18 Desember 1967. Seiring dengan perkembangan dalam dunia usaha dan perekonomian Indonesia, 25 tahun kemudian Undang-Undan No.12
Tahun 1967 diganti dengan diterbitkannya Undang-Undang No.25 Tahun 1992, tentang Perkoperasian, yang diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1992No. 116, tanggal 21 Oktober 1992.
2. Pengertian Koperasi
Koperasi berasal dari kata bahasa Latin yaitu Cum yang berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dalam bahasa Inggris, koperasi merupakan kata yang terdiri
dari dua suku kata yaitu Co dan Operation Cooperative yang berarti bekerja sama. Sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah Cooperatieve Vereneging yang
berarti bekerja bersama dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.
106
Kata CoOperation kemudian diangkat menjadi istilah ekonomi sebagai Kooperasi yang dibakukan menjadi suatu bahasa ekonomi yang dikenal dengan istilah KOPERASI,
yang berarti organisasi ekonomi dengan keanggotaan yang sifatnya sukarela.
107
Koperasi sebagai usaha bersama, harus mencerminkan ketentuan-ketentuan sebagaimana lazimnya di dalam kehidupan suatu keluarga, dimana segala sesuatunya
dikerjakan secara bersama-sama yang ditujukan untuk kepentingan bersama seluruh anggota keluarga.
108
105
Baca Penjelasan Umum Undang-Undang No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
106
R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001, hal. 1
107
Ibid., hal. 2
108
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Koperasi sebagai suatu usaha bersama haruslah mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
109
a. Bukan merupakan kumpulan modal akumulasi modal. Konsekuenasi dari hal ini adalah, koperasi harus benar-benar mengabdi kepada kemanusiaan, bukan kepada
sesuatu kebendaan; b. Merupakan kerjasama, yaitu suatu bentuk gotong royong berdasarkan asas
kesamaan derajat, hak dan kewajiban. Sehingga koperasi benar-benar sebagai wahana demokrasi ekonomi dan sosial. Koperasi adalah milik anggota, sehingga
kekuasaan tertinggi ada pada Rapat Anggota;
c. Semua kegiatan harus didasarkan atas kesadaran para anggotanya, tidak boleh ada paksaan, intimidasi maupun campur tangan luar yang tidak ada sangkut pautnya
dengan urusan internal koperasi; d. Tujuan koperasi harus merupakan kepentingan bersama para anggotanya dan tujuan
tersebut hanya dapat dicapai dengan karya dan jasa yang disumbangkan para anggotanya, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi harus dapat mencerminkan
perimbangan secara adil dari besar kecilnya karya dan jasa dari para anggotanya.
International Labour Organization ILO, mendefinisikan koperasi sebagai: “an association of persons, usually of limited means, who have voluntarily joined together to
achieve a common economic and through the formation of a democratically controlled business organization, making equitable contribution to the capital required and accepting
a fair share of the risk and benefits of the undertaking”.
110
International Cooperative Alliance ICA dalam kongresnya ke 100 di Manchester tahun 1995 mengesahkan ICA Cooperative Identity Statement ICIS dan mendefinisikan
koperasi sebagai : “an autonomous association of persons united voluntarily to meet their common economic, social and culture needs and aspirations through a jointly-owned and
democratically controlled enterprise”.
111
Frank Robotka dalam tulisannya berjudul “A Theory of Cooperative”, mengemukakan bahwa kebanyakan ekonom-ekonom Amerika yang telah menulis tentang
109
Ibid., hal. 3
110
Andjar Pachta W., Myra Rosana Bachtiar, Nadia Maulisa Benemay, Hukum Koperasi Indonesia: Pemahaman, Regulasi, Pendirian, dan Modal Usaha
, Jakarta: Kencana, 2005, hal. 15
111
Ibid., hal. 16
Universitas Sumatera Utara
teori koperasi, pada umumnya menerima ide-ide umum tentang perkumpulan koperasi cooperative business association sebagai berikut:
112
a. Suatu perkumpulan koperasi adalah suatu bentuk badan usaha atau persekutuan ekonomi, yakni suatu perkumpulan yang anggota-anggotanya adalah para
langganannya patrons. Koperasi diorganisasikan oleh mereka dan pada dasarnya dimiliki dan diawasi oleh para anggota dan bekerja untuk kemanfaatan mereka. Hal
ini sangat berlawanan dengan unit-unit usaha yang bekerja untuknkemanfaatan atau keuntungan bagi para pemilik modal atau para penerima upah.
b. Mengenai teknik organisasi dan teknik operasional, pembagian, dan praktik usahanya terdapat kesesuaian pendapat dengan apa yang disebut Rochdale
Principle. Misalnya berdagang dengan harga umum, pembagian sisa hasil usaha menurut jasa anggota, menolak pemberian suara yang diwakili proxy voting,
pengawasan hanyalah oleh anggota yang aktif aktif patrons members, pembayaran yang rendah oleh para anggotanya untuk keanggotaannya, netral dalam
politik dan agama, dan seterusnya.
c. Robotka mengutip pendapat J.D. Black, mengatakan bahwa koperasi sebagai suatu struktur ekonomi merupakan suatu kombinasi horizontal dari unit-unit yang
dikoordinasikan, yang melayani berbagai tujuan dari unit-unit itu. Akan tetapi, bila integrasi vertical dipertimbangkan baik ke depan terhadap para konsumen atau ke
belakang terhadap sumber yang tersedia, kombinasi horizontal adalah perlu diantara unit-unit yang terlalu kecil untuk melaksanakan integrasi vertical secara
individual.
d. Mengenai hubungan ekonomi yang terjadi di antara anggota suatu koperasi, Black mengatakan bahwa koperasi merupakan antithesis dari persaingan, yakni bahwa
anggota-anggota lebih bersifat bekerja sama daripada bersaing di antara mereka sendiri.
e. Pengakuan atas implikasi dari bentuk bukan perkumpulan modal dan bukan mengejar keuntungan dari koperasi, yang bertitik tolak dari prinsip-prinsip
Rochdale, dimana Nourse telah menunjukkan bentuk organisasi demikian yaitu suatu bentuk yang sangat berbeda dengan sebuah perseroan yang mengejar
keuntungan dan bekerja dengan suatu rencana atau skema khusus untuk memperoleh keuntungan.
f. Keanggotaan di dalam koperasi lebih mendasarkan kepada anggota secara perseorangan daripada atas dasar yang bersifat financial bukan perorangan
impersonal financial basis. Orang akan secara sukarela bergabung atas dasar keinginan mereka sendiri, penilaian perseorangan dan kesanggupan serta kemauan
untuk menepati janji termasuk di dalamnya pelaksanaan timbale balik terutama terhadap resiko dan biaya-biaya.
g. Koperasi merupakan suatu wadah dimana para anggotanya secara lebih efektif menunjukkan fungsi-fungsinya yang tertentu, proses atau aktivitas-aktivitas yang
berhubungan dengan secara integral dengan kegiatan-kegiatan ekonomi dari para
112
Ibid., hal. 17
Universitas Sumatera Utara
anggota. Koperasi semacam ini bukan suatu unit ekonomi yang mengejar karir ekonomi yang bersifat bebas.
h. Keanggotaan dalam koperasi yang sungguh-sungguh tidak ditentukan oleh pengikutsertaan modalnya, akan tetapi oleh partisipasinya dalam kegiatan-kegiatan
koperasi yang bersangkutan. Modal koperasi yang demikian terlepas sama sekali dari konotasi entrepreneur yang tradisional dan didasarkan atas dasar pinjaman.
i. Karena suatu kegiatan yang dilaksanakan secara kooperatif adalah suatu usaha timbale balik, maka anggota-anggota koperasi itu setuju untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban dalam usaha memperoleh keuntungan timbale balik dalam hubungannya dengan pelaksanaan fungsi-fungsi tertentu yang biasa berlaku dalam
mencapai tujuan ekonomi mereka, yang bukan anggota adalah bukan bagian dari perkumpulan semacam ini. Oleh karena itu, tidak konsisten koperasi melayani
mereka.
Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Hukum Perkumpulan Perseroan dan Koperasi Indonesia, mendefinisikan kopperasi adalah bersifat suatu kerjasama antara
orang-orang yang termasuk golongan kurang mampu, yang ingin bersama untuk meringankan beban hidup atau beban kerja.
113
Mohammad Hatta dalam bukunya The Cooperative Movement in Indonesia, ,mengemukakan bahwa koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib
penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong.
114
Selanjutnya dikemukakan oleh Mohammad Hatta bahwa gerakan koperasi adalah melambangkan harapan bagi kaum yang lemah ekonominya berdasarkan self-help dan
tolong-menolong diantara anggota-anggotanya yang melahirkan diantara mereka rasa percaya pada diri sendiri dan persaudaraan. Koperasi menyatakan semangat baru untuk
menolong diri sendiri yang didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan kebersamaan.
115
Dari berbagai definisi dan pengertian koperasi, pada umumnya terdapat beragam unsur yang terkandung, tetapi pada pokoknya sama, yaitu:
116
113
Ibid., hal. 19
114
Ibid.
115
Ibid.
116
Ibid., hal. 20
Universitas Sumatera Utara
a. Merupakan perkumpulan orang, bukan semata perkumpulan modal; b. Adanya kesamaan baik dalam tujuan, kepentingan maupun dalam kegiatan
ekonomi yang menyebabkan lahirnya beragam bentuk dan jenis koperasi; c. Merupakan usaha yang bersifat sosial, tetapi tetap bermotif ekonomi;kesejahteraan
anggota; d. Bukan bertujuan untuk keuntungan badan koperasi itu sendiri, tetapi untuk
kepentingan e. Diurus bersama dengan semangat kebersamaan dan gotong royong;
f. Netral; g. Demokratis;
h. Menghindari persaingan antar anggota; i. Merupakan suatu sistem terintegrasi dan terorganisasi;
j. Sukarela; k. Mandiri dengan kepercayaan diri;
l. Keuntungan dan manfaat sama, proporsional dengan jasa yang diberikan; m. Pendidikan;
n. Moral; o. Pengaturan beragam untuk setiap Negara, tetapi dengan satu prinsip yang tetap
sama, yaitu prinsip-prinsip koperasi. Mengetahui secara jelas perbedaan antara koperasi dan bentuk usaha lainnya, dapat
dilihat dari unsur-unsur utama yang ada pada koperasi dan bentuk usaha lainnya Firma, CV, dan PT, yaitu sebagai berikut:
117
a. Unsur para pihak Pada koperasi, para pihak adalah orang-orang yang tidak bermodal. Jadi untuk
mendapatkan suatu jumlah modal yang besar haruslah para pihak banyak jumlahnya. Sedangkan pada bentuk usaha lain, para pihak tidak perlu banyak
jumlahnya, bias dua orang atau tiga orang saja sudah cukup, masing-masing memiliki modal yang cukup;
b. Unsur tujuan Pada koperasi, tujuannya adalah untuk kemakmuran bersama, yakni pada
kebutuhan kebendaan bagi masing-masing anggota. Sedangkan pada bentuk usaha lainnya tujuannya adalah keuntungan bagi sekutu-sekutunya;
117
Rahayu Hartini, Hukum Komersial, Malang : UMM Press, 2005, hal. 102
Universitas Sumatera Utara
c. Unsur modal Pada koperasi, masalah modal dipupuk atau dikumpulkan dari simpanan-simpanan,
pinjaman-pinjaman, penyisihan-penyisihan dari hasil usaha, termasuk dana cadangan dan hibah serta sumber lain yang sah, seperti dimaksud dalam Pasal 41
UU No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Sedangkan pada bentuk usaha lainnya, terdiri atas pemasukan-pemasukan dari para sekutu yang dilakukan sekali
saja dengan jumlah yang besar seperti dimaksud Pasal 16 KUHD; d. Pembagian sisa hasil usaha
Pada koperasi, pembagian sisa hasil usaha akan dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota setelah
dikurangi dengan dana cadangan. Sedangkan pada bentuk lain, keuntungannya akan dibagikan sebanding dengan jumlah pemasukannya.
3. Sejarah Singkat Koperasi Indonesia