Organ-organ Perseroan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS

Ada beberapa alasan penolakan regulasi dana CSR yang tertuang dalam UU PT 2007, antara lain sebagai berikut: 83 1 Pemberian beban yang demikian sesungguhnya berasal dari ketidaktahuan pemerintah atas konsep CSR yang substansial. Sebagaimana yang diungkapkan pada bagian terdahulu, CSR sesungguhnya merupakan upaya serius dari manajemen perusahaan untuk meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positifnya terhadap seluruh pemangku kepentingan. Perusahaan memang memiliki tanggung jawab sosial, namun itu terbatas pada wilayah dampaknya serta hanya bagi pemangku kepentingannya. Karenanya, secara logis dapat dinyatakan bahwa besaran dana yang dicurahkan oleh perusahaan untuk kegiatan CSR sangat tergantung dari dampak operasinya. 2 Kehendak regulasi itu punya potensi untuk memindahkan apa yang menjadi beban pemerintah ke pundak swasta. Ini adalah privatisasi kewajiban sektor publik. Ketika pemerintah gagal memenuhi kewajibannya, swasta dipilih untuk menanggung beban itu. 3 Sebagai manajemen dampak, maka regulasi terhadap CSR tidaklah bisa dipukul rata untuk seluruh perusahaan. Dampak masing-masing perusahaan karena projek yang dijalankan atau operasi keseharian mereka adalah berbeda-beda. Konsekuensinya, jumlah sumberdaya yang dicurahkan untuk mengelola dampak tersebut juga bervariasi, termasuk proporsinya atas keseluruhan investasi. 4 Kondisi perekonomian Indonesia sesungguhnya belum juga pulih sepenuhnya dari krisis ekonomi 19971998, dan pewajiban penyisihan dana CSR bisa membebani perusahaan di luar batas kemampuannya.

8. Organ-organ Perseroan

1. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS

RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang- Undang dan atau anggaran dasar. Menurut UU PT 1995, RUPS merupakan organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala kewenangan yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris. 83 Jalal, Pamadi Wibowo dan Sonny Sukada, Regulasi CSR dalam Hasil Sinkronisasi UU Perseroan Terbatas: Masukan untuk Meninjau Ulang, Makalah dalam diskusi CSR: Haruskah Diregulasi?, Diselenggarakan pada tanggal 16 Juli 2007 di Hotel Borobudur, Jakarta, hal. 3 Universitas Sumatera Utara Kewenangan tersebut merupakan kewenangan eksklusif yang tidak dapat diserahkan kepada orang lain yang telah ditetapkan dalam UU PT dan anggaran dasar. Wewenang eksklusif yang ditetapkan dalam UU PT akan ada selama UU PT belum diubah. Sedangkan wewenang eksklusif dalam anggaran dasar yang disahkan oleh Mentri Hukum dan HAM dapat diubah sewaktu-waktu melalui perubahan anggaran dasar dan sepanjang tidak bertentangan dengan UU PT. Ada beberapa wewenang eksklusif RUPS yang ditetapkan dalam UU PT, antara lain: a. Penetapan Perubahan anggaran dasar; b. Penetapan perubahan modal; c. Pemeriksaan, persetujuan, dan pengesahan laporan tahunan; d. Penetapan penggunaan laba; e. Pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Dewan Komisaris; f. Penetapan mengenai penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan; g. Penetapan pembubaran perseroan. RUPS dapat dilangsungkan jika dalam RUPS lebih dari ½ seperdua bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali Undang-Undang dan atau anggaran dasar menentukan jumlah kuorum yang lebih besar.Apabila syarat kuorum dalam pemanggilan RUPS tidak tercapai, pemanggilan RUPS kedua bisa dilakukan. Dalam pemanggilan RUPS kedua harus disebutkan bahwa RUPS pertama sudah dilangsungkan dan tidak mencapai kuorum. RUPS kedua sah dan berhak mengambil keputusan jika dalam RUPS paling sedikit 13 satu pertiga bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali anggaran dasar menentukan jumlah kuorum yang lebih besar. Bila kuorum RUPS kedua juga tidak tercapai, maka perseroan dapat memohon kepada ketua pengadilan negeri agar ditetapkan kuorum untuk RUPS ketiga. Penetapan ketua pengadilan negeri mengenai kuorum RUPS ketiga bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap. Universitas Sumatera Utara

2. D i r e k s i