Tahun 1915 lahir UU Koperasi pertama “Verordening op de Cooperative Vereeniging” dengan Koninklijk Besluit 7 April 1912 stbl 431 yang bunyinya sama
dengan UU Koperasi di Negara Belanda 1876 yang kemudian diubah tahun 1925. Kesulitannya bagi rakyat Indonesia, anggaran dasar koperasi tersebut harus dalam bahasa
Belanda dan dibuat dihadapan notaris.
125
Tahun-tahun selanjutnya diusahakan perkembangan koperasi oleh para pakar dan politisi nasional. Di zaman pendudukan Jepang 1942-1945, usaha-usaha koperasi
dipusatkan dalam badan-badan koperasi yang bernama Kumiai yang berfungsi sebagai pengumpul barang-barang logistik untuk kepentingan perang.
126
Setelah perang kemerdekaan 17 Agustus 1945, usaha pengembangan koperasi mengalami pasang surut mengikuti perkembangan politik. Kongres-kongres koperasi,
munas-munas dan lain-lain untuk pengembangan koperasi terus berlanjut. Pada tahun 1958, perkembangan koperasi kemudian dilengkapi dengan diundangkannya Undang-
Undang No.70 Tahun 1958 tentang Koperasi yang pada dasarnya berisi tentang tatacara pembentukanpendirian, dan pengelolaan koperasi yang salah satu mencakup pengenalan
prinsip-prinsp Rochdale. Pada tahun 1967 pemerintah merasa perlu melakukan revisi atas undang-undang koperasi yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang No. 12 Tahun
1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian. Terakhir disempurnakan dengan Undang- Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
127
4. Landasan dan Asas Koperasi Indonesia a. Landasan Koperasi
Sebagai sarana untuk mencapai masyarakat adil dan makmur, koperasi memerlukan landasan hukum yang tegas sebagai tempat berpijak. Landasan koperasi Indonesia adalah
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, sebagaimana telah diatur dalam ketentuan Bab II, Bagian Pertama, Pasal 2 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
125
Budi Untung, Hukum Koperasi dan Peran Notaris Indonesia, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005, hal. 23
126
Ibid.
127
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
b. Asas Koperasi
Bab II, Bagian Pertama, Pasal 2 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian telah menentukan bahwa asas koperasi Indonesia adalah kekeluargaan. Asas
kekeluargaan ini merupakan salah satu sifat, jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia yang sudah melekat pada diri bangsa Indonesia. Sesuai dengan jiwa kepribadian bangsa tersebut
koperasi Indonesia harus menyadari bahwa dalam dirinya terdapat kepribadian sebagai pencerminan kehidupan yang dipengaruhi oleh keadaan, tempat, lingkungan, waktu,
dengan suatu cirri khas adanya unsur Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, kegotongroyongan dalam arti bekerja sama, saling bantu membantu, kekeluargaan dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika.
128
Koperasi sebagai suatu usaha bersama, harus mencerminkan ketentuan-ketentuan seperti lazimnya dalam suatu kehidupan keluarga bahwa segala sesuatu yang dikerjakan
secara bersama-sama adalah ditujukan untuk kepentingan bersama seluruh anggota keluarga. Usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan ini biasanya disebut dengan
istilah gotong royong yang mencerminkan semangat kebersamaan.
129
Gotong royong dalam pengertian kerja sama pada koperasi mempunyai pengertian luas, yaitu:
130
a. Gotong royong dalam ruang lingkup organisasi; b. Bersifat terus-menerus dan dinamis;
c. Dalam bidang atau hubungan ekonomi; dan d. Dilaksanakan dengan terencana dan berkesinambungan.
5. Tujuan, Fungsi, dan Peran Koperasi
Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, dalam Bab II, Bagian Kedua, Pasal 3 telah mengatur mengenai tujuan koperasi Indonesia sebagai berikut:
131
128
R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Op.Cit., hal. 37
129
Ibid., hal. 38
130
Nindyo Pramono, Beberapa Aspek Koperasi pada Umumnya dan Koperasi Indonesia di dalam Perkembangan,
Yogyakarta: TPK Gunung Mulia, 1986, hal. 18
131
Periksa Pasal 3 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
Universitas Sumatera Utara
“Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”.
Jika dibandingkan dengan badan usaha lain, koperasi mempunyai kharakteristik tersendiri. Hal ini tampak dari asas yang melandasi koperasi sebagai badan usaha yakni
asas kekeluargaan. Selain itu, dalam koperasi ada beberapa prinsip dasar yang harus dipatuhi oleh anggota koperasia sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat 1 Undang-
Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
132
Sedangkan fungsi dan peran koperasi Indonesia diatur dalam Pasal 4 Undang- Undang No. 25 Tahun 1992, sebagai berikut:
133
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi dan sosialnya. b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia
dan masyarakat. c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya. d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Fungsi dan peran koperasi tersebut di atas hanya dapat tercapai jika koperasi sendiri
betul-betul melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi. Oleh karena itu, koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat dan sebagai sarana peningkatan
kemajuan ekonomi rakyat, khususnya golongan ekonomi lemah, harus semakin dikembangkan dan diperkuat dalam rangka menumbuhkan serta mengembangkan
demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, sebagai landasan bagi terwujudnya masyarakat berkeadilan dan berkemakmuran.
134
Prinsip-prinsip koperasi sebagaimana disinggung di atas merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan berkoperasi. Dengan melaksanakan
132
Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001, hal. 42
133
Periksa Pasal 4 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
134
R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Op.Cit., hal. 46
Universitas Sumatera Utara
kesluruhan prinsip tersebut koperasi mewujudkan dirinya sebagai badan usaha sekaligus gerakan ekonomi rakyat yang berwatak sosial.
Adapun prinsip-prinsip koperasi dimaksud adalah sebagai berikut:
135
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; Sifat sukarela dalam keanggotaan koperasi mengandung makna bahwa menjadi
anggota koperasi tidak boleh dipaksakan oleh siapapun. Sifat kesukarelaan juga mengandung makna bahwa seorang anngota dapat mengundurkan diri dari
koperasinya sesuai syarat yang ditentukan dalam Anggaran Dasar Koperasi. Sedangkan sifat terbuka memiliki arti bahwa dalam keanggotaan tidak dilakukan
pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis; Prinsip demokrasi menunjukkan bahwa pengelolaan koperasi dilakukan atas
kehendak dan keputusan para anggota. Para anggota itulah yang memegang dan melaksanakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi.
c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota;
Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam koperasi tetapi juga berdasarkan
pertimbangan jasa usaha anggota terhadap koperasi. Ketentuan yang demikian ini merupakan perwujudan nilai kekeluargaan dan keadilan.
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; dan Modal dalam koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan anggota dan
bukan untuk sekedar mencari keuntungan. Oleh karena itu, balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota juga terbatas, dan tidak didasarkan
semata-mata atas besarnya modal yang diberikan. Yang dimaksud dengan terbatas adalah wajar dalam arti tidak melebihi suku bunga yang berlaku.
e. Kemandirian. Kemandirian mengandung pengertian dapat berdiri sendiri, tanpa bergantung pada
pihak lain yang dilandasi oleh kepercayaan kepada pertimbangan, keputusan, kemampuan, dan usaha sendiri. Dalam kemandirian terkandung pula pengertian
kebebasan yang bertanggung jawab, otonomi, swadaya, berani mempertanggungjawabkan perbuatan sendiri, dan kehendak untuk mengelola diri
sendiri.
Selain kelima prinsip sebagaimana disebutkan di atas, dalam pengembangan koperasi, masih diperlukan adanya prinsip tambahan atau pelengkap yaitu prinsip
pendidikan perkoperasian dan prinsip kerja sama antar koperasi.
136
135
Periksa Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan penjelasannya
136
Periksa Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
Universitas Sumatera Utara
Penyelenggaraan pendidikan perkoperasian dan kerja sama antar koperasi merupakan prinsp koperasi yang penting dalam meningkatkan kemampuan, memperluas
wawasan anggota, dan memperkuat solidaritas dalam mewujudkan tujuan koperasi. Kerja sama dimaksud dapat dilakukan antar koperasi di tingkat lokal, regional, nasional dan
internasional.
137
Pada dasarnya, prinsip-prinsip koperasi Indonesia yang diuraikan di atas merupakan penerimaan dari rumusan prinsip-prinsip koperasi seperti dirumuskan oleh
International Cooperative Alliance I.C.A dengan beberapa tambahan yang merupakan hakikat ciri khas dan jati diri bangsa Indonesia sendiri.
Dalam beberapa kali sidang I.C.A yang di adakan di London 1934 dan Paris 1937, prinsip-prinsip koperasi mengalami perubahan dan penambahan. Demikian pula
pada tahun 1966 di Wina, prinsip-prinsip koperasi Internasioanl kembali mengalami perubahan dan penambahan, tak terkecuali pada kongres ke-100 I.C.A di Manchester
sehingga akhirnya prinsip-prinsip koperasi Internasional menjadi sebagai berikut:
138
a. Prinsip sukarela dan terbuka voluntary and open membership b. Prinsip kontrol anggota secara demokratis democratic member control
c. Prinsip partisipasi ekonomi anggota member economic participation d. Prinsip otonomi dan independen autonomy and independence
e. Prinsip pendidikan, pelatihan dan informasi education, training, and information f. Prinsip kerja sama antar koperasi cooperation among cooperatives
g. Prinsip perhatian terhadap komunitas concern for community Bila diperhatikan lebih seksama, prinsip-prinsip koperasi yang dituangkan dalam
sidang-sidang atau kongres-kongres I.C.A adalah merupakan pengembangan dari prinsip- prinsip Rochdale maupun prinsip-prinsip Raiffeisen. Adapun prinsip-prinsip tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
137
Penjelasan Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
138
Andjar Pachta W., Myra Rosana Bachtiar, Nadia Maulisa Benemay, Op.Cit., hal. 23-25
Universitas Sumatera Utara
1 Prinsip Rochdale Gerakan koperasi yang pertama kali tercatat dalam sejarah karena keberhasilannya
adalah koperasi yang didirikan di kota Rochdale Inggris, oleh 28 orang buruh pabrik tenun fannel dan bergerak di bidang konsumsi, sehingga terkenal dengan Koperasi Konsumsi.
Gerakan ini dapat berhasil karena dalam usahanya mereka mendasarkan diri pada prinsip- prinsip usaha yang telah mereka rumuskan dan taati bersama, sebagai berikut:
139
- Keanggotaan yang terbuka;
- Satu orang anggota satu suara;
- Bunga atas modal dibatasi;
- Sisa hasil usaha dibagi berdasarkan jasa masing-masing anggota;
- Transaksi penjualan dan pembelian harus dilaksanakan secara kontan;
- Pembuatan neraca secara periodic dan diskusi-diskusi; dan
- Kegiatan perdagangan harus dilaksanakan dengan jujur.
2 Prinsip Raiffeisen Prinsip Raiffeisen muncul sebagai realisasi atas keadaan perekonomian yang kritis
di Jerman pada pertengahan abad ke-19, khususnya di bidang pertanian. Pada saat itu seorang manta walikota yang menaruh perhatian terhadap kaum miskin bernama Freidrich
William Raiffeisen 1818-1888 membentuk Koperasi Pertanian Kredit Pertanian di pinggiran kota. Dalam menjalankan kegiatannya, Koperasi Pertanian tersebut
menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
140
- Swadaya;
- Daerah kerja yang terbatas;
- Sisa hasil usaha digunakan sebagai cadangan;
- Tanggung jawab anggota tidak terbatas;
- Usaha hanya ditujukan kepada anggota;
139
R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Op.Cit., hal. 54-56
140
Ibid., hal. 56-57
Universitas Sumatera Utara
- Kerja pengurus atas dasar sukarela; dan
- Keanggotaan koperasi didasarkan atas watak kharakter, bukan uang.
6. Pendirian Koperasi a. Bentuk dan Jenis Koperasi