Analisis Struktur Berita III Berjudul “Kala Jusuf di Jalan Tengah”

E.3. Analisis Struktur Berita III Berjudul “Kala Jusuf di Jalan Tengah”

E.3.a. Struktur Sintaksis

Judul berita ketiga adalah “Kala Jusuf di Jalan Tengah”. Kata “kala” mengandung makna lain “ketika” atau “saat”. Pemilihan kata “kala” karena hampir mirip Judul berita ketiga adalah “Kala Jusuf di Jalan Tengah”. Kata “kala” mengandung makna lain “ketika” atau “saat”. Pemilihan kata “kala” karena hampir mirip

Lead berita ini terdiri dari tiga kalimat yakni “Jusuf Kalla tumbuh dalam dua pengaruh besar. Ayah pengikut Nahdlatul Ulama dan ibunya warga Muhammadiyah. Dia bersikap suhaimi”. Dalam kalimat ketiga terdapat kata “suhaimi”, Jusuf Kalla memaknai kata “suhaimi” sebagai “ajaran tengah” (dalam paragraf 18). Konstruksi yang dibangun dari kalimat ketiga lead tersebut adalah Jusuf Kalla berusaha tidak memihak salah satu ajaran dari yang diyakini orang taunya dan berusaha untuk memadukan ajaran yang sekiranya bisa dilakukan.

Memasuki tubuh berita, empat paragraf awal berita ini mengutip kisah yang dituturkan Ahmad Kalla (Adik Jusuf Kalla) tentang bagaimana Haji Kalla sangat marah terhadap Jusuf Kalla karena mengikuti keyaninan sang ibu (penganut Muhammadiyah) yang melaksanakan ibadah sholat iedul fitri lebih cepat sehari dari keyakinan sang ayah (penganut Nahdlatul Ulama). Pendahuluan sebagai latar bagaimana perbedaan keyakinan yang terjadi dalam keluarga Haji Kalla, pendahuluan secara tidak secara langsung mengantarkan pada pokok bahasan yakni perbedaan ajaran Islam yang dianut oleh orang tua Jusuf Kalla. Hal tersebut dijelaskan dalam paragraf berikut:

Keluarga ini memang unik. Kepala rumah tangga, yakni Haji Kalla, adalah seorang penganut tradisi Nahdlatul Ulama yang fanatik. Sebaliknya Athirah, sang istri, dan ibu dari anak-anaknya adalah orang Muhammadiyah yang juga tak kalah taat. ”Beliau NU tulen, begitu juga ibunya, Muhammadiyah tulen,” kata Muhammad Abduh, sahabat Jusuf sejak remaja. (Paragraf 5 Berita III Jusuf Kalla)

Meski sama-sama Islam, kedua organisasi ini punya banyak perbedaan yang sangat prinsip. Nahdlatul Ulama dikenal konservatif, sebaliknya Muhammadiyah dikenal sangat moderat. Ibarat sepasang rel kereta, meski punya tujuan yang sama, keduanya sulit bertemu. (Paragraf 6 Berita III Jusuf Kalla)

Dua paragraf tersebut mengkosntruksikan tentang perbedaan keyakinan yang dianut oleh kedua orang tua Jusuf Kalla, hal itu yang menjadi latar informasi berita ini. Jusuf Kalla mengambil tindakan seperti yang dijaskan dalam paragraf berikut:

Pada akhirnya, Jusuf pun memandang perlunya sebuah jalan tengah. Bagi Jusuf ini adalah langkah yang terbaik. ”Saya suhaimi saja atau mengambil ajaran tengah.” (Paragraf 18 Berita III Jusuf Kalla)

Jusuf Kalla sebagai anak berusaha untuk mengambil langkah terbaik dengan mengambil “jalan tengah” yakni mengkombinasikan ajaran kedua orang tuanya jika memungkinkan agar tidak memilih salah satu.

Latar informasi lain yang dibangun dari berita ini adalah pendidikan agama yang kuat diterapkan dalam keluarga Jusuf Kalla. Jusuf Kalla menuturkan di paragraf 10 “Kalau tidak mengaji, kami dipukul pakai rotan.” Dan di paragraf 11 “Kalau lalai salat dan tidak mengaji atau rapor ada angka merahnya, dia akan memarahi kami.” Kedua kalimat tersebut menandakan betapa ketatnya orang tua Jusuf Kalla saat mendidik agama, sampai menerapkan hukuman.

Paragraf penutup berita ini adalah “Jalan tengah serupa pada akhirnya dia tawarkan pula pada anak-anaknya. “Mereka normal-normal saja. Tidak ada pengaruh satu sama lain. Mix saja.”” Konstruksi yang dibangun dari penutup tersebut adalah Jusuf Kalla tidak memakasakan juga kehendak orangtuanya kepada anaknya, Jusuf Kalla menawarkan ”jalan tengah” yang ia yakini kepada anak-anakanya.

E.3.b. Struktur Skrip

Unsur who dalam berita ini adalah Jusuf Kalla dan kedua orang tuanya. Sedangkan unsur what dalam berita ini adalah perbedaan keyakinan atara keus orang tua Jusuf Kalla dan apa yang dilakukan oleh Jusuf Kalla menyikapi perbedaan itu.

Unsur when dan where dalam berit aini yang menonjol adalah saat lebaran yang terjadi inseden barahnya ayah Jusuf Kalla terhadap Jusuf Kalla. Karena pecah Unsur when dan where dalam berit aini yang menonjol adalah saat lebaran yang terjadi inseden barahnya ayah Jusuf Kalla terhadap Jusuf Kalla. Karena pecah

Unsur how dalam berita ini dalah bagaiamana perbedaan keyakinan kedua orang tua Jusuf Kalla mempengaruhi keluarga ini, dan bagaiamana Jusuf Kalla menyikapi perbedaan tersebut. Serta unsur why-nya adalah alasan Jusuf Kalla mengambil jalan tengah dari pernedaan keyakinan kedua orang tuanya.

E.3.c. Struktur tematik

Dari unit analisis koherensi, Koherensi antarkata atau antarkalimat, yang mengonstruksikan karakteristik Jusuf Kalla adalah sebagai berikut. Koherensi pembeda terdapat dalam paragraf sepuluh yakni “Mereka menerapkan aturan yang ketat bahkan keras”. Kata “bahkan” memberikan penekanan jika aturan agama sangat berlaku di keluarga ini. Ketat mengandung makna tidak boleh ada yang dilanggar, keras mengandung makna jika melanggar akan di beri hukuman.

Terdapat koherensi pembeda pada parargraf 18 yakni “Dari berbagai rangkaian peristiwa yang dialaminya itu lambat-laun Jusuf memahami kedua perbedaan tersebut. Namun tak juga selamanya mulus.” Kalimat tersebut mengonstruksikan bahwa Jusuf Kalla memahami pebedaan keyakinan kedua orang tuanya, tetapi ada saat dimana ia juga melakukan hal yang membuat perbeadaan itu menimbulkan masalah.

Koherensi penyebab terdapat dalam paragraf 19 yakni “Itu pun bukan semata karena perbedaan ibadah, melainkan karena sikap keras sang ayah. Secara ritual, akhirnya dia mengikuti ajaran yang dianut sang bapak”. Kalimat ini menekankan bahwa ayah sangat dominan dalam keluarga sehingga kebanyakan mengikuti ajaran sang ayah karena ayahnya yang memaksa dengan sikap yang keras.

Dari unit analisis detail terdapat detail tentang pendidikan Jusuf Kalla yakni:

Kalla menginginkan anak-anaknya, terutama Jusuf yang menjadi anak lelaki tertua, menjadi pemuka agama Islam. ”Beliau menginginkan saya menjadi ustad,” kata Jusuf. Untuk itulah, dia pun disekolahkan di sekolah menengah Islam di kawasan Datumuseng, Makassar. (Paragraf 12 Berita III Jusuf Kalla)

Di sana Jusuf selama empat tahun membedah Quran, hadis, dan fikih. ”Pokoknya semua soal agama,” kata Abduh, yang menjadi teman sebangkunya. Pada tahun keempat, mereka ikut ujian persamaan sekolah menengah umum. (Paragraf 13 Berita III Jusuf Kalla)

Dari detail tersebut menandakan bahwa ajaran agama memang sangat diutamakan dalam keluarga Jusuf Kalla. Dari unit analisis kata ganti yang digunakan dalam berita ini adalah “Kalla menginginkan anak-anaknya, terutama Jusuf yang menjadi anak lelaki tertua, menjadi pemuka agama Islam.” (paragraf 12). Kata “yang menjadi anak lelaki tertua”, menonjolkan sebuah makna tanggung jawab yang besar bagi Jusuf Kalla sebagai “anak lelaki tertua” yang paling diharapkan oleh ayahnya.

E.3.d. Struktur Retoris

Beberapa kata di tubuh berita yang dipilih Tempo dalam menekankan dan menonjolkan makna-makna tertentu selain kata-kata yang telah dijelaskan sebelumnya adalah sebagai berikut: pada paragraf lima terdapat kalimat “Keluarga ini memang unik”. Kata “unik” mengandung makna keluarga yang terdiri dari perbedaan yang lain dari keluarga yang lain.

Pada paragraf 10 terdapat kalimat ”Pendidikan agama adalah harga mati bagi keluarga ini.” Kalimat tersebut mengonstruksikan bahwa ajaran agama agama menjadi hal terpenting dalam keluarga ini.

Terdapat dua buah foto dan satu insert tulisan. Foto pertama dengan caption “Istigasah. Bersama para ulama dalam istigasah PWNU Jawa Timur di Bangkalan, Madura.” Foto ini memperkuat bahwa Jusuf Kalla juga mengikuti aliran NU saat bergaul dengan warga NU di Jawa Timur. Foto kedua dengan caption “Musyawarah HMI. Kalla Terdapat dua buah foto dan satu insert tulisan. Foto pertama dengan caption “Istigasah. Bersama para ulama dalam istigasah PWNU Jawa Timur di Bangkalan, Madura.” Foto ini memperkuat bahwa Jusuf Kalla juga mengikuti aliran NU saat bergaul dengan warga NU di Jawa Timur. Foto kedua dengan caption “Musyawarah HMI. Kalla

Gaya bahasa retoris digunakan dalam pendahuluan “Kenapa lelaki itu teramat marah?”, yakni gaya bahasa yang menggunkan kalimat tanya yang tak perlu dijawab. Pengandaian pertama terdapat pada paragraf 7 yakni “Ibarat sepasang rel kereta, meski punya tujuan yang sama, keduanya sulit bertemu”. Hal ini menguatkan pernyataan tentang perbedaan keyakinan kedua orang tua Jusuf Kalla. Pengandaian kedua pada paragraf 8 “Jusuf seolah berada dalam dua alam yang berbeda. Jika mengikuti sang ayah, sudah pasti dia berbeda dengan ibunya”. Hal ini menjadi latar bagi Jusuf Kalla untuk mengambil sikap jalan tengah.

Pengandaian yang ketiga pada paragraf 10 “Anak-anaknya akan dihukum jika lalai mengaji dan salat” Pengandaian keempat pada pargraf 11 “Kalau lalai salat dan tidak mengaji atau rapor ada angka merahnya, dia akan memarahi kami. Namun, bila dianggap benar, dia tidak ragu membela anak-anaknya”. Hal ini menjadi latar bahawa pendidikan keagamaan menjadi hal yang penting bagi keluarga ini. Keluarga ini juga menerapkan prinsip keadilan karena yang salah mendapat hukuman dan yang benar akan dibela.

Pengandaian kelima pada paragraf 21 “Bak mengikuti langkah kedua orang tuanya, saat berjodoh ternyata pasangannya datang dari kalangan Muhammadiyah.” Hal Pengandaian kelima pada paragraf 21 “Bak mengikuti langkah kedua orang tuanya, saat berjodoh ternyata pasangannya datang dari kalangan Muhammadiyah.” Hal

E.3.e. Konstruksi Kepemimpinan Jusuf Kalla di Berita III

Jusuf Kalla dikonstruksikan sebagai anak yang hidup ditengah pendidikan agama Islam yang sangat ketat dari kedua orang tuanya. Walau sama-sama taat beragama, namun kedua orang tua Jusuf Kalla memiliki aliran keyakinan yang berbeda. Jusuf Kalla mrngambil sikap tidak memihak dan memadukan kedua ajaran tersebut juka memungkinkan. Watak keras sang ayah mendominasi keyakinan Jusuf Kalla. Jusuf Kalla dikonstruksikan tidak memaksakan keyakinan yang ia yakini kepada ank-anaknya. Latarbelakang tersebut membuat Jusuf Kalla menjadi pemimpin yang berlatar belakang agama yang ia. Ia dikonstruksikan bisa memahami perbedaan dan mengambil jalan terbaik dari perbedaan tersebut.