Analisis Struktur Berita II Berjudul “Bukan Sekadar Pendamping”

C.2. Analisis Struktur Berita II Berjudul “Bukan Sekadar Pendamping”

C.2.a. Struktur Sintaksis

Judul berita ini adalah “Bukan Sekadar Pendamping”. Kata “pendamping” merujuk pada Istri SBY, Kristiani Herrawati atau yang kerap disapa Ani. Kata ”bukan sekadar” bermakna lebih dari yang umum atau yang biasanya. Konstruksi yang dibangun

oleh Tempo dari judul tersebut adalah menggambarkan Ani tidak hanya menjadi seorang istri, tetapi bisa lebih dari seorang istri kebanyakan, Ani memiliki pengaruh terhadap SBY.

Lead terdiri dari dua kalimat yakni ”Yudhoyono membantah istrinya memberikan pengaruh dalam pengambilan keputusan politik. Takzim kepada ibu mertua.” Konstruksi

yang dibangun oleh Tempo paka kalimat pertama adalah adalah Tempo berusaha menggiring pembaca untuk melihat Ani sebagai seorang istri yang berperan bagi SBY. Namun SBY yang tak ingin istrinya dianggap memberikan pengaruh dalam pengambilan keputusan politiknya. Karena awalnya Tempo ingin mengonstruksikan Ani memberikan pengaruh kepada SBY, maka bantahan dari SBY dijadikan salah satu poin penting dalam berita ini.

Kalimat kedua “Takzim kepada ibu mertua.” Kalimat ini mengonstruksikan SBY sebagai menantu yang menghormati mertuanya. Hal tersebut disebabkan karena pada saat SBY masih menjadi taruna, ayah mertuanya adalah petinggi TNI, dimana membawahi ayahnya SBY sendiri, sehingga SBY sangat segan kepada mertuanya.

Memasuki tubuh berita, berita ini diawali dengan deskripsi suasana hati SBY ketika mendapatkan tawaran dari Presiden Abdurrahman Wahid untuk masuk ke jajaran kabinetnya. Pendahuluan bermuara pada konstruksi tentang kedekatan SBY dengan Ani dalam paragraf berikut:

Dalam perjalanan pulang dari kantor Yayasan Dharma Pertiwi di kawasan Menteng, Jakarta, Yudhoyono pun menelepon istrinya, Kristiani

Herrawati. Ia meminta sang istri, yang sedang ke luar rumah, pulang untuk mendiskusikan tawaran itu. “Bantu saya berdoa, saya akan dimasukkan dalam kabinet,” ucapnya. (Paragraf 3 Beritan II SBY)

Potongan kisah pada Oktober sepuluh tahun silam itu cukup untuk menggambarkan hubungan Yudhoyono dengan sang istri. (Paragraf 4 Beritan II SBY)

Beberapa peran Ani terhadap karier suamninya dapat dikonstruksikan dalam paragraf berikut ini: Lebih dari sekadar istri, Yudhoyono menjadikan Ani sebagai teman

diskusi. Salah satu contoh mutakhir adalah ketika ia mengumumkan kriteria calon wakil presiden pilihannya. “Saya mendapat masukan, termasuk yang disampaikan oleh Ibu Negara,” kata Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu beberapa pekan setelah pemilihan umum legislatif, April lalu. (Paragraf 4 Berita

II SBY) … Bahauddin Thonti, mengatakan, jauh sebelum SBY mencari figur lain untuk calon wakil presidennya, Ani sudah lebih dulu enggan jika suaminya tetap bersama Kalla. (Paragraf 5 Berita II SBY)

Kata “lebih dari sekadar istri” mengonstruksikan bahwa Ani memiliki peran yang lebih daripada istri-istri kebanyakan kepada suaminya. Kata “sebagai teman diskusi” mengonstruksikan bahwa Ani sering dimintai pendapatnya oleh SBY. Kutipan SBY dalam kalimat terakhir paragraf empat menggambarkan lebih jelas pendapat apa yang disampaikan oleh Ani. Parafrase Bahauddin Thonti (salah satu pendiri Demokrat, kawan SBY) memperkuat konstruksi tentang betapa kuatnya pengaruh Ani terhadap keputusan SBY. Peran-peran Ani yang lain diambil dari beberapa kutipan narasumber pada paragraf berikut:

Ani tipikal istri yang terlibat kegiatan suami. “Karena cerdas, dia aktif membantu suami dalam segala hal,” kata aktivis yang enggan disebut namanya itu. (Paragraf 6 Berita II SBY)

“Dari dulu SBY memang selalu melibatkan istrinya dalam kegiatan apa pun,” tulis Usamah Hisyam dalam SBY Sang Demokrat. Keterlibatan sang istri itu termasuk dalam hal sederhana semisal menuliskan bahan presentasi di atas plastik transparan—ketika belum ada komputer atau InFocus untuk presentasi. ”Karena SBY merasa tulisannya kurang baik, Ani sering menuliskannya kembali,” Usamah menulis. (Paragraf 9 Berita II SBY)

Kalimat “Ani tipikal istri yang terlibat kegiatan suami”, ”dia aktif membantu suami dalam segala hal”, “SBY memang selalu melibatkan istrinya dalam kegiatan apa Kalimat “Ani tipikal istri yang terlibat kegiatan suami”, ”dia aktif membantu suami dalam segala hal”, “SBY memang selalu melibatkan istrinya dalam kegiatan apa

Kutipan-kutipan diatas adalah dari narasumber yang setuju dengan konstruksi yang ingin dibangun oleh Tempo tentang pengaruh Ani terhadap SBY. Tetapi ada pula kutipan narasumber yang tidak ikut mendukung konstruksi tersebut yakni terdapat dalam beberapa paragraf berikut:

Heru Lelono, mengatakan … untuk urusan kenegaraan dan kampanye, ia hakulyakin SBY tak disetir istrinya. “Saya dengar Pak SBY berkata kepada Ibu (Ani) supaya tak mencampuri urusan kenegaraan,” katanya. … (Paragraf 10 Berita II SBY)

Di mata Yahya Ombara, Ani adalah istri yang sangat lekat dengan suami. … Apakah kelekatan itu mempengaruhi Yudhoyono dalam pengambilan keputusan? Yahya menolak berkomentar. “Silakan tafsirkan sendiri,” ujarnya. (Paragraf 11 Berita II SBY)

Yahya mengatakan … ia mendapat kesan Ani adalah ibu rumah tangga yang tak mau ikut campur urusan suami. … (Paragraf 12 Berita II SBY)

Ketika berkunjung ke Tempo pekan lalu, Yudhoyono membantah istrinya memberikan pengaruh dalam pengambilan keputusan politik. “Saya pastikan tak ada proses pengambilan keputusan karena sesuatu yang tidak sistemik. Saya tak pernah punya keputusan bangun tidur,” katanya. (Paragraf 13 Berita II SBY)

Dari kutipan narasumber tersebut (Heru Lelono, Yahya Ombara, dan SBY sendiri) meruntuhkan konstruksi yang dibangun oleh Tempo tentang pengaruh Ani terhadap pengambilan keputusan SBY. Jika diamati lebih jauh kutipan SBY pada paragraf 13 tidak sesuai dengan konsteks yang ditanyakan. Namun tidak ada penjelasan dari Tempo.

Selain Ani, yang juga disinggung adalah ibu Ani yang tak lain adalah mertua SBY, hal tersebut terdapat dalam paragraf berikut: Bukan cuma Ani yang lekat di hati Yudhoyono. Ibu mertuanya, Sunarti

Sri Hadiyah, yang disapa Ibu Ageng, 82 tahun, juga amat dekat dengan SBY. Heru bercerita, bila sedang di luar kota, Yudhoyono kerap menelepon menanyakan kondisi Ibu Ageng, yang juga tinggal di Cikeas.

Buku SBY Sang Demokrat menyebutkan Yudhoyono lebih dulu mengenal istri Sarwo Edhie itu sebelum mengenal Ani. Maklum, Sunarti selalu ada di rumah dinas Gubernur Akabri tiap kali SBY menghadiri acara. “Tanpa setahu saya, ibu saya lebih dulu kenal dia. Ibu jatuh sayang kepada dia,” kata Ani Buku SBY Sang Demokrat menyebutkan Yudhoyono lebih dulu mengenal istri Sarwo Edhie itu sebelum mengenal Ani. Maklum, Sunarti selalu ada di rumah dinas Gubernur Akabri tiap kali SBY menghadiri acara. “Tanpa setahu saya, ibu saya lebih dulu kenal dia. Ibu jatuh sayang kepada dia,” kata Ani

Konstruksi yang dibangun dari penutup berita ini adalah SBY adalah menantu yang menghormati mertua. Hal tersebut terlihat pada kutipan Ani dan Baharudin tentang SBY yang menunjukkan rasa sayangnya ibu mertua ke SBY ataupun sebaliknya. Tempo justru tidak mengangkat cerita tentang ibu SBY yang merupakan single parent saat SBY masih SMA. Hal tersebut dilatar belakangi oleh pengaruh yang yang diberikan oleh keluarga Ani. Hal tersebut terdapat dalam paragraf berikut:

Ani Yudhoyono memang bukan berasal dari keluarga biasa. Ia putri mendiang Letnan Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, yang memimpin pembasmian pengikut Partai Komunis Indonesia, pascaperistiwa 30 September 1965. … (Paragraf 6 Berita II SBY)

… Mereka pun menjalin hubungan, sehingga sempat membuat khawatir ayah SBY, Pembantu Letnan Satu Soekotjo, yang “cuma” Komandan Rayon Militer Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. (Paragraf 7 Berita II SBY)

Kerisauan Soekotjo dimuat dalam SBY Sang Demokrat. “Apa tidak njomplang statusmu dengan anak gubernur yang pangkatnya mayor jenderal?”

tanya Soekotjo. (Paragraf 8 Berita II SBY)

Kata “bukan berasal dari keluarga biasa” mengonstruksikan bahwa Ibu Ani dan Ani dari keluarga keluarga militer berpangkat tinggi, yang tak lain adalah atasan SBY saat itu. Ayah SBY sempat merasa minder dengan hubungan mereka. Hal tersebut dikonstruksikan dengan kata “cuma” terhadap jabatannya sebagai bawahan, dan kutipan “Apa tidak njomplang statusmu dengan anak gubernur yang pangkatnya mayor jenderal”. Latar belakang status keluarga SBY yang “lebih rendah” dari keluarga Ani yang membuat SBY sangat spoan dan menghormati istri dan ibu mertuanya.

C.2.b. Struktur Skrip

Selain bukan berasal dari keluarga biasa SBY, Istri SBY Ani Yudhoyono menjadi tokoh sentral (who atau subjek) yang ditonjolkan dalam berita ini. Konstruksi yang dibangun oleh Tempo (sebagai unsur what) adalah, walaupun dibantah oleh SBY Selain bukan berasal dari keluarga biasa SBY, Istri SBY Ani Yudhoyono menjadi tokoh sentral (who atau subjek) yang ditonjolkan dalam berita ini. Konstruksi yang dibangun oleh Tempo (sebagai unsur what) adalah, walaupun dibantah oleh SBY

Penonjolan waktu dan tempat yang berhubungan dengan SBY dan Ani adalah saat keduanya berkenalan di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Magelang, Jawa Tengah, pada 1973 dan kemudidan menjalin hubungan. Akhirnya mereka menikah pada pada 30 Juli 1976 di Jakarta. Pada Oktober 1999 dimana SBY diminta oleh Gus Dur menduduki jabatan di kabinet. SBY mendiskusikan hal tersebut dengan Ani. Hal ini menunjukkan Ani juga dilibatkan dalam pemikiran SBY.

Unsur how dalam berita ini adalah bagaimana Ani berperan bagi SBY. Sedangkan unsur why-nya adalah alasan SBY menolah anggapan bahwa Ani berperan dalam pengambilan keputusan politiknya.

C.2.c. Struktur Tematik

Dari unit koherensi, terdapat koherensi pembeda yang mengonstruksikan karakter SBY yakni pada paragraf 1 “Ia terkejut, senang karena mendapat kehormatan, sekaligus bimbang.” Dari unit analisis detail, terdapat bebrapa detail yang mengonstruksikan peran Ani terhadap SBY. Dalam berita ini di contohkan tentang pengambilan keputusan saat menentukan kandidiat calon presiden, serta contoh bantuan-bantuan kecil yang diberikan oleh Ani.

Pada paragraf satu menggunakan kata “Kepala Staf Teritorial TNI untuk mengganti SBY” untuk menonjolkan jabatan SBY saat itu. Pada paragraf empat terdapat kutipan ““Saya mendapat masukan, termasuk yang disampaikan oleh Ibu Negara,” kata Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu beberapa pekan setelah pemilihan umum Pada paragraf satu menggunakan kata “Kepala Staf Teritorial TNI untuk mengganti SBY” untuk menonjolkan jabatan SBY saat itu. Pada paragraf empat terdapat kutipan ““Saya mendapat masukan, termasuk yang disampaikan oleh Ibu Negara,” kata Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu beberapa pekan setelah pemilihan umum

C.2.d. Struktur Retoris

Unit analisis leksikon penggunaan kata-kata yang paling menonjol adalah kata “Lebih dari sekadar istri, Yudhoyono menjadikan Ani sebagai teman diskusi”, ”Ani adalah istri yang sangat lekat dengan suami”, ”Perubahan peran Ani, terasa ketika SBY mulai diusung menjadi calon wakil presiden pada 2001,” penggalan kata-kata di beberapa paragraf tersebut yangpaling ditonjolkan dalam mengonstruksikan pengaruh istrinya terhadap SBY. Selain itu kata “Bukan cuma Ani yang lekat di hati Yudhoyono. Ibu mertuanya, Sunarti Sri Hadiyah, ... juga amat dekat dengan SBY.” yang memperkuat konstruksi dalam lead yang menyebutkan SBY takzim kepada ibu mertua.

Dari unit grafis dalam berita ini terdapat dalam 3 foto. Pertama, foto dengan caption “Ani Yudhoyono. Berorasi pada acara peringatan Seabad Kebangkitan Nasional di Lapangan Monas, Jakarta.” Foto tersebut ingin membangun konstruksi Ani sebagai ibu negara yang aktif dan menonjolkan bahwa ia “bukan sekadar pendamping”. Kedua, foto dengan caption “Kecupan saat SBY meraih gelar doktoral di Institut pertanian Bogor, 2004”. Foto ini mengonstruksikan rasa sayang dan kedekatan antara Ani dan SBY. Ketiga, foto “Sunarti Sri Hidayah. Mertua SBY”. Foto ini digunakan untuk pendukung berita.

C.2.e. Konstruksi Kepemimpinan SBY di Berita II

Dalam berita ini Tempo ingin menampilkan framing bahwa SBY adalah tipikal suami yang dipengaruhi istri dan ibu mertua dalam mengambil kebijakan. Hal itu disebabkan karena SBY dikonstruksikan memiliki watak yang minder. Keminderan tersebut di sebabkan karena status istri dan ibu mertuanya bukan dari “golongan biasa”. Ketika SBY melamar Ani, kegusaran dirasakan oleh sang ayah karena ia adalah bawahan dari ayah Ani.