Proses Penggarapan

G.1. Proses Penggarapan

Pola berita dari tiap kandidat hampir seragam, dimuali dari satu indephnews yang disertai satu ilustrasi gambar dari redaksi. Kemudian disusul dengan dua featurenews, kecuali untuk berita tentang Boediono dan JK yang mempunyai tiga featurenews. Berita ditulis dengan menggunakan style Tempo. Kemudian berita terakhir ditulis dengan format wawancara, disertai “pose foto” masing-masing, kecuali berita dan foto Prabowo Subianto. Hal ini dikarenakan sampai deadline tiba, Prabowo belum bisa ditemui untuk melakukan wawancara, seperi diungkapkan Redaksi Tempo dalam Rubrik Surat berikut ini :

Demi mengejar Prabowo Subianto, Komang—begitu Wahyu dipanggil—rela meninggalkan istri dan putra semata wayangnya. Surat permintaan wawancara kepada calon wakil presiden itu sudah dikirim awal bulan ini. Pendekatan melalui orang-orang di sekitarnya juga telah dilakukan. Tapi jawaban tak kunjung tiba.

Redaktur Eksekutif Wahyu Muryadi sampai perlu menemui Prabowo seusai debat calon wakil presiden di studio SCTV, Selasa malam pekan lalu. Mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu mengaku enggan diwawancarai majalah ini. ”Berita tentang saya tidak pernah bagus,” ia beralasan.

Tak putus asa, Komang mengejar Prabowo, yang berkampanye di Jawa Timur, esok harinya. Ditemui seusai bertatap muka dengan ratusan anggota masyarakat Tionghoa di Hotel V3, Surabaya, Rabu malam, ia menyatakan tak keberatan diwawancarai. ”Soal waktu, jangan tanya saya, ada tim yang mengurus,” katanya.

... Sesuai dengan waktu yang dijanjikan, Komang dan Fully menunggu di

kamar ajudan Prabowo di hotel yang sama. Sang bos menginap di kamar sebelahnya. Dua jam menunggu, Prabowo tak keluar kamar. Rupanya, ia sedang diurut, dan meminta dua wartawan Tempo pergi. Kami akhirnya memutuskan edisi ini, apa boleh buat, tanpa wawancara dengan pensiunan jenderal bintang tiga itu. (Majalah Tempo Edisi Khusus Pemilihan Presiden, 2009, hal. 6)

Dari penggalan surat diatas, Redaksi Tempo ingin menunjukkan bahwa wartawan yang ditugaskan mewawancarai Prabowo sudah berusaha untuk melakukan wawancara dengan Prabowo. Prabowo sempat menyatakan bersedia, namun setelah ditunggu pada akhirnya Prabowo “meminta dua wartawan Tempo pergi”. Penggalan kutipan kalimat Dari penggalan surat diatas, Redaksi Tempo ingin menunjukkan bahwa wartawan yang ditugaskan mewawancarai Prabowo sudah berusaha untuk melakukan wawancara dengan Prabowo. Prabowo sempat menyatakan bersedia, namun setelah ditunggu pada akhirnya Prabowo “meminta dua wartawan Tempo pergi”. Penggalan kutipan kalimat

Setelah bahan terkumpul, semua kandidat dikejar. Wiranto memberi kesempatan pertama, lalu Megawati Soekarnoputri, Boediono, dan Jusuf Kalla. Calon presiden dari Partai Golkar ini relatif mudah ”ditembus”. Reporter Budi Riza mewawancarainya di pesawat carteran ketika JK berkampanye di Bali dan Papua. Bulan lalu, Kalla datang sambil makan siang di kantor kami.

Pucuk dicinta, ulam tiba. Presiden Yudhoyono juga berkunjung ke kantor majalah ini, Rabu pekan lalu. Di ruang rapat, dalam suasana cair, kami lalu ramai-ramai mewawancarai orang nomor satu di Republik ini. Berbeda dengan penampilannya selama ini, SBY beberapa kali tergelak dan melempar lelucon segar. (Majalah Tempo Edisi Khusus Pemilihan Presiden, 2009, hal. 6)

Penentuan angel dan seting waktu dalam pemberitaan tiap personil berbeda-beda. Hal tersebut dijelaskan dalam Pengantar Redaksi berjudul Enam Remaja Bertahun Kemudian sebagai berikut :

Periodisasinya memang bervariasi. Kami, misalnya, menganggap perlu menggali Megawati Soekarnoputri, calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, ketika ia hidup di Istana sebagai putri presiden. Kami menganggap itulah masa ketika ia merasakan pahit-manisnya kekuasaan— sesuatu yang pernah dan mungkin akan ia genggam.

Prabowo Subianto ditelusuri dari era ketika ia menjadi anak pelarian pemberontak Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia/Permesta di luar negeri. Pada 1950-an, ayah Prabowo, Sumitro Djojohadikusumo, merupakan tokoh penting gerakan itu. Di tanah buanganlah karakter Prabowo terbentuk. Sejumlah sumber bercerita tentang Prabowo yang suka bertinju dan menggemari dunia militer ketika remaja. Temperamental, tak sabaran, dan serba ingin cepat terbentuk pada masa itu.

Wiranto, calon wakil presiden dari Partai Hati Nurani Rakyat, disoroti sejak ia menjadi ajudan Soeharto. Susilo Bambang Yudhoyono ditelisik ketika masih bersekolah di Pacitan. Perceraian kedua orang tuanya terbukti juga mempengaruhi pribadi sang incumbent. (Majalah Tempo Edisi Khusus Pemilihan Presiden, 2009, hal. 28)

Hanya empat orang yang dijelaskan dalam Pengantar Redaksi tersebut, dua orang tidak disinggung, yakni Boediono dan Jusuf Kalla. Redaksi memberi penjelasan yang cukup panjang ketika menjelaskan Prabowo dengan lima kalimat. Sedangkan Megawati Hanya empat orang yang dijelaskan dalam Pengantar Redaksi tersebut, dua orang tidak disinggung, yakni Boediono dan Jusuf Kalla. Redaksi memberi penjelasan yang cukup panjang ketika menjelaskan Prabowo dengan lima kalimat. Sedangkan Megawati