Analisis Struktur Berita I Berjudul “Ekonom Berirama Calypso”

D.1. Analisis Struktur Berita I Berjudul “Ekonom Berirama Calypso”

D.1.a. Struktur Sintaksis

Judul berita ini adalah “Ekonom Berirama Calypso”. Kata “ekonom” merujuk pada sosok Boediono yang merupakan pakar di bidang ekonomi. Kata “calypso” sendiri diambil dari aliran musik yang sering diamainkan Boediono dan teman-temannya ketika kuliah di Australia. Calypso meruakan aliran musik sejenis aliran musik jazz yang iramanya kadang konstan, mengalun pelan, dan sesekali menghentak. Sehingga, kata “Ekonom berirama calypso” merupakan metafora yang menggambarkan hidup Boediono sebagai seorang pakar ekonomi yang diibaratkan seperti irama musik calypso, kadang biasa-biasa saja dan ada saatnya menemui sesuatu yang luar biasa.

Judul tersebut dijabarkan lebih lanjut ke dalam lead. Lead berita ini adalah “Perjalanan hidupnya datar, mengalir. Kariernya landai, sesekali melenting jauh, mengikuti garis hidupnya yang tak direncanakan.” Kata “datar” dan “mengalir” dalam kalimat pertama mengonstruksikan bahwa perjalanan hidup Boediono biasa-biasa saja. Kata “kariernya landai” mengonstruksikan bahwa kariernya naik perlahan namun secara konstan. Kata “sesekali melenting jauh” mengonstruksikan bahwa karier Boediono sempat melesat lebih cepat dari kariernya yang naik secara perlahan.

Kata “mengikuti garis hidupnya yang tak direncanakan” mengonstruksikan bahwa ia sesekali menemui hal yang tak terduga. Sehingga, konstruksi yang dibangun dari lead ini, bahwa Boediono menjalani kehidupan yang biasa, namun ada saatnya ia menemui hal yang tak terduga yang justru membuat karier dan kehidupannya lebih baik.

Memasuki tubuh berita, berita ini diawali dengan paragraf sebagai berikut:

Di SMA ia jarang bicara, tapi jago bermain gitar, menyanyikan lagu- lagu The Beatles bersama band sekolah. “Orangnya mesam-mesem thok (senyum-senyum saja), tapi pintar sekali,” kata teman dekatnya, seorang rektor universitas swasta di Yogyakarta. “Dari aljabar, keuangan, hukum dagang, sampai melodi lagu dia kuasai.” (Paragraf 1 Berita I Boediono)

Pendahuluan ini berisi deskripsi tentang karakter Boediono, dimana ia dikonstruksikan oleh teman dekatnya (seorang rektor universitas swasta di Yogyakarta) Pendahuluan ini berisi deskripsi tentang karakter Boediono, dimana ia dikonstruksikan oleh teman dekatnya (seorang rektor universitas swasta di Yogyakarta)

Boediono, siswa SMA Blitar, Jawa Timur, dan kini kandidat wakil presiden 2009, sebenarnya tidak suka berorganisasi. Tapi hampir di sepanjang hidupnya selalu saja ada keadaan khusus yang mendorongnya melakukan hal-hal yang tidak pernah direncanakan. Ketika duduk di kelas tiga, keadaan memaksanya jadi ketua kelas, karena ketua kelas yang sesungguhnya terpilih menjadi ketua OSIS. “Dia terpaksa menerima, manut disuruh-suruh cari kapur tulis,” tutur sang teman, tertawa. (Paragraf 2 Berita I Boediono)

Teman Boediono tersebut mengonstruksikan bahwa Boediono menerima tawaran menjadi ketua kelas karena terpaksa. Dan Boediono juga dikonstruksikan sebagi orang yang baik hati dan penurut. Pada kalimat sebelumnya Boediono dikonstruksikan sebagai seorang tidak suka berorganisasi. Dengan ketidaksukaan Boediono terhadap kegiatan keorganisasian, berarti mengonstruksikan bahwa karakteristik kepemimpinan Boediono kebanyakan tidak terbentuk dari kegiatan keorganisasian. Hal ini menjadi latar informasi yang penting, karena dalam tulisan Utami Sri Rahayu berjudul Berorganisasi Melatih Jiwa Kepemimpinan, menyatakan bahwa fungsi terbesar organisasi bagi individu adalah melatih jiwa kepemimpinan mereka (Rahayu, 2009).

Keinginan Boediono menjadi ekonom sebenarnya tidak di sengaja, dalam artian tidak memiliki perencanaan yang matang sebelumnya. Hal tersebut digambarkan pada paragraf tiga, yakni:

Lulus dari SMA, Boediono akhirnya melanjutkan studi ke Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, satu bidang yang sama sekali tidak pernah dibayangkannya. “Hanya ikut-ikutan teman. Sepertinya jurusan ekonomi kok oke. Cinta ekonomi tuh tidak. Ramai-ramai saja, daftar sana ikut, sini ikut,” kata Boediono. Ia melukiskan masa kuliah pada tahun pertama itu “datar-datar saja”, kecuali untuk satu momen yang tak pernah dilupakannya. (Paragraf 3 Berita I Boediono)

Kata “datar-datar saja” dalam paragraf tersebut mengonstruksikan bahwa Boediono termasuk mahasiswa biasa, bukan seorang aktivis. Sedangkan kata “kecuali untuk satu momen yang tak pernah dilupakannya” adalah kuliah umum yang diberikan Kata “datar-datar saja” dalam paragraf tersebut mengonstruksikan bahwa Boediono termasuk mahasiswa biasa, bukan seorang aktivis. Sedangkan kata “kecuali untuk satu momen yang tak pernah dilupakannya” adalah kuliah umum yang diberikan

Waktu itu, suatu siang pada 1961, usianya masih 18 tahun, ia menyimak sosok seorang lelaki berkacamata yang tengah memberikan kuliah umum di kampus Pagelaran Keraton Yogyakarta. Mohammad Hatta, ia menguraikan pendapatnya tentang dunia seorang ekonom. Dunia yang tidak steril, karena ekonomi tidak bisa berdiri sendiri dan perlu pemahaman dari disiplin hukum, sosial, politik, dan lain-lain. Hatta mencela ekonom yang hanya memahami sisi teknis ilmunya. “Berangkat sampai di tujuan, tapi tak tahu situasi perjalanan,” begitu kata-kata sang proklamator yang tak pernah dilupakan mahasiswa baru itu. (Paragraf 4 Berita I Boediono)

Kalimat dari Moh. Hatta tersebut dikonstruksikan oleh Tempo sangat di camkan oleh Boediono yang ingin menjadi seorang ekonom. Moh. Hatta mengajarkan pada Boediono sebagai ekonom jangan hanya memahami sisi teknis ilmu ekonomi saja. Boediono sebagai seorang ekonom harus tahu tujuan ekonomi namun juga harus tahu bagaimana kondisi ekonomi saat itu. Sehingga bukan menjadi ekomon yang mencapai tujuan tanpa mengetahui proses yang baik.

Pada struktur sintaksis, kutipan dari narasumber merupakan unit yang dianalisis. Semua narasumber yang dikutip Tempo adalah narasumber yang memihak kepada Boediono dan tidak ada yang berseberangan. Kutipan Boediono sendiri dalam mengonstruksikan dirinya terdapat pada paragraf 8 terdapat kutipan Boediono “Kemampuan bahasa Inggris makin bagus, jadi kemaruk baca apa saja.” Mengonstruksikan bahwa saat kemampuan bahasa Ingrisnya semakin bagus ia menjadi gemar membaca buku. Pada paragraf 11, Boediono menceritakan bahwa saat menjadi mahasiswa di Australia ia menjadi operator mesin penerima setoran gandum, ia mengatakan “Itu memang kerja kasar, kok.” Sehingga saat di menjalani pendidikan di Australia Boediono mau berkerja pekerjaan kasar atau berat.

Pada paragraf 13 terdapat inforrmasi bahwa pada 1968, ketika pulang ke Tanah Air, Boediono membeli rumah kecil di Jalan Samiaji, daerah Senen, Jakarta Pusat. Ia Pada paragraf 13 terdapat inforrmasi bahwa pada 1968, ketika pulang ke Tanah Air, Boediono membeli rumah kecil di Jalan Samiaji, daerah Senen, Jakarta Pusat. Ia

Pada paragraf 15 terdapat parafrase Abdillah Toha, seorang rekan Boediono, yakni “Tentang wanita, Abdillah memuji sahabatnya sebagai lelaki setia. Selama di Australia tak pernah menjalin hubungan dengan wanita mana pun kecuali pacarnya di Blitar.” Hal tersebut mengonstruksikan bahwa Boediono adalah lelaki yang setia.

Pada paragraf 19 terdapat kutipan dari Tony Prasetyantono, mantan asisten dosen Boediono, yang mengatakan “Dia minta diantar beli jas obralan di mall yang harganya US$ 40. Murah sekali, padahal beliau sudah menjabat Deputi Fiskal dan Moneter Bappenas.” Pendapat Tony tersebut mengonstruksikan bahwa Boediono sebagi seorang yang sederhana walaupun telah memiliki jabatan yang tinggi.

D.1.b. Struktur Skrip

Unsur who yang ditonjolkan dalam berita ini adalah Boediono sebagai seorang ekonom yang bisa mendapatkan beasiswa kuliah di Australia. Sedangkan unsur what yang ditonkolkan adalah pengalaman dan pelajaran yang bisa diambil Boediono saat menjalani pendidikan di UGM dan Australia. Unsur itu yang ditonjolkan karena saat kuliah di UGM ia mendapat pencerahan tentang dunia ekonomi dari Moh. Hatta yang mampu merubah pemikirannya tentang dunia ekonomi. Saat kuliah di Australia ia mendapat benyak pengalaman saat menghidupi dirinya disana dengan bekerja dan belajar.

Unsur where dan when dalam berita ini adalah Boediono lahir di Blitar, Jawa Timur, 25 Februari 1943. Pada 1961, usia Boediono masih 18 tahun, ia menyimak kuliah dari Moh. Hatta Pagelaran Keraton Yogyakarta yang menginspirasinya. Setahun kuliah di Faluktas Ekonomi UGM kemudian kuliah di ekonomi makro University of Western Australia. Boediono bekerja sambilan di kawasan pertanian Perth, bagian utara Australia Barat, menjadi operator mesin penerima setoran gandum. Pada 1968, ketika pulang ke Tanah Air, Boediono beli rumah kecil di Jalan Samiaji, daerah Senen, Jakarta Pusat. Pada 1965, saat duduk di tingkat tiga, Boediono cuti dua bulan pulang ke Tanah Air. Pada 1968, ketika sedang mengerjakan tesis, dia kembali ke Indonesia. Sambil menyelesaikan tugas akhir studinya, dia bekerja di Bank of America di Jakarta. Menjadi dosen UGM hingga tahun 1980-an.

Unsur how dalam berita ini adalah bagaimana Boediono meniti karier mulai dari sekolah dasar kuliah hingga menjadi calon wakil presiden. Sedangkan unsur why yang paling menonjol adalah mengapa Boediono bisa terjun ke bidang ekonomi.

D.1.c. Struktur Tematik

Dilihat dari segi koherensi antarkata atau antarkalimat yang mengonstruksikan karakteristik Boediono antara lain terdapat dalam paragraf berikut: Dunia akademis yang datar itu kini mulai menarik hati Boediono,

apalagi kampus Pagelaran kerap dikunjungi profesor. Boediono beruntung, karena sebagai mahasiswa tingkat satu, ia sudah “digembleng” para pakar. Namun kesulitan ekonomi kemudian menyergapnya di tengah jalan dan uang kiriman ibundanya hasil berjualan batik itu seret. (Paragraf 5 Berita I Boediono)

Dalam paragraf tersebut terdapat koherensi penjelas (apalagi), penyebab (karena), dan pembeda (namun). Dari kalimat tersebut mengonstruksikan bahwa dunia pendidikan yang dulu biasa-biasa saja mulai membuat Boediono tertarik dan sesetelah Dalam paragraf tersebut terdapat koherensi penjelas (apalagi), penyebab (karena), dan pembeda (namun). Dari kalimat tersebut mengonstruksikan bahwa dunia pendidikan yang dulu biasa-biasa saja mulai membuat Boediono tertarik dan sesetelah

Detail-detail yang di tonjolkan dalam berita ini ada dua hal, yakni detail tentang kondisi dan situasi saat Boediono kuliah dan detail tentang pendidikan Boediono. Detail tentang kondisi dan situasi yang dialami Boediono terdapat pada paragraf enam:

Uang kiriman wesel hanya cukup untuk bayar kos dan nunut makan ibu kos dua kali sehari. Kalau lapar menyerang, ia mesti puasa. “Sebulan sekali baru jajan bakso atau tongseng dekat kampus Pagelaran atau Malioboro.” Dan tak dinyana, dari kondisi serba terjepit ini, terbukalah sebuah dunia baru bagi mahasiswa fakultas ekonomi tingkat dua ini. Boediono memperoleh beasiswa Colombo Plan. (Paragraf 6 Berita I Boediono)

Paragraf tersebut mengonstruksikan bahwa Boediono tengah mengalami kesulitan ekonomi, dan ia berusaha untuk mengatasinya. Saat kuliah di Australia, ia juga mencari penghasilan tambahan, yakni terdapat pada paragraf berikut:

Pada musim liburan, Boediono dan Abdillah Toha bekerja sambilan di kawasan pertanian Perth, bagian utara Australia Barat, menjadi operator mesin penerima setoran gandum di sebuah lembaga semacam Bulog di Indonesia. Mereka mengoperasikan mesin besar untuk memasukkan gandum yang turun dari truk ke gudang. Kadang jadi kuli angkut. “Itu memang kerja kasar, kok.” Tapi honornya lumayan besar, bisa ditabung, beli buku, dan traveling. (Paragraf 11 Berita I Boediono)

Di sela belajar, Boediono kembali mengukir kecintaannya memetik dawai gitar. Bersama Abdillah Toha, mereka membentuk band beraliran musik calypso beranggotakan lima orang mahasiswa Indonesia. “Kami sempat beberapa kali masuk televisi di Australia dan main di sejumlah klub,” kata Abdillah Toha. (Paragraf 12 Berita I Boediono)

Sehingga memperkuat konstruksi bahwa Boediono adalah ekonom yang berkompeten di bidangnya. Sedangkan detail tentang kepemimpinannya adalah tentang sifatnya yang pandai, bersahaja, dan baik hati.

Sedangkan dari unit analisisi kata ganti, hanya ada satu kata ganti yang menonjol untuk menggantikan Boediono yakni pada paragraf lima ”anak kos di kampung Ngadiwinatan, NG II, Jalan Patok”. Kata ganti tersebut untuk menguatkan konstruksi Boediono yang saat itu sedang menjalani kuliah di Yogyakarta. Sebagai anak kos, ia Sedangkan dari unit analisisi kata ganti, hanya ada satu kata ganti yang menonjol untuk menggantikan Boediono yakni pada paragraf lima ”anak kos di kampung Ngadiwinatan, NG II, Jalan Patok”. Kata ganti tersebut untuk menguatkan konstruksi Boediono yang saat itu sedang menjalani kuliah di Yogyakarta. Sebagai anak kos, ia

D.1.d. Struktur Retoris

Beberapa pilihan kata (leksikon) di tubuh berita yang dipilih Tempo dalam menekankan dan menonjolkan makna-makna tertentu selain kata-kata yang telah dijelaskan struktur berita sebelumnya adalah pada paragraf lima 5 “Harga barang membubung gara-gara inflasi. Kondisi ini membuat anak kos di kampung Ngadiwinatan, NG II, Jalan Patok, dekat pos polisi itu sulit bernapas.” serta pada paragraf enam “Kalau lapar menyerang, ia mesti puasa. Dan tak dinyana, dari kondisi serba terjepit ini, terbukalah sebuah dunia baru bagi mahasiswa fakultas ekonomi tingkat dua ini.” Kalimat di kedua paragraf tersebut mengonstruksikan bahwa Boediono saat menjalani kuliah di UGM sedang mengalami kesulitan ekonomi, dan ia selalu berusaha megatasi kesulitan tersebut.

Pada paragraf delapan terdapat kata-kata ”Ia telah melompat jauh.” Kalimat tersebut mengonstruksikan bahwa Boediono yang semula mahasiswa bisas-biasa, menjadi mahasiswa yang mendapat biaya ke luar negari. Pada paragraf 12 terdapat kalimat “Di sela belajar, Boediono kembali mengukir kecintaannya memetik dawai gitar.” Mengonstruksikan bahwa Boediono bisa bermain gitar.

Pada paragraf 18 terdapat kalimat “Boediono bukan tipe dosen yang pongah.” Kalimat tersebut mengonstruksikan Boediono bukan dosen yang sombong atau congkak terhadap mahasiswa. Pada paragraf 22 terdapat kalimat “Dia ditunjuk menjadi Kepala Biro Ekonomi Bappenas. Sejak itulah karier Boediono melejit.” Kata “karier melejit” mengonstruksikan setelah menjadi Kabiro Bapenas, karier Boediono semakin meningkat dengan pesat menduduki jabatan yang lebihtinggi.

Dari unit grafis terdapat sebuah ilustrasi dan dua buah foto. Deskripsi ilustrasi tersebut adalah Boediono berdiri mengenakan jas dengan berpose menunjuk sesuatu, untuk mendukung konstruksi pada judul. Foto pertama dengan caption “Pernikaan Boediono dan Herawati 1969”. Foto tersebut hanya memperkuat fakta tentang pernikahan Boediono dan Herawati. Foto kedua dengan caption “Boediono duduk paling kanan, sebelum tampil di televisi Perth, Australia”. Foto ini digunakan untuk mendukung penekanan berita yakni (1) bahwa Boediono gemar bermain musik (terutama musik calypso yang metaforanya digunakan dalam judul dan penutup). (2) Boediono dan rekan- rekannya bermain musik di Australia untuk membantu biaya hidup dan kuliah di sana. (3) Menekankan bahwa Boediono berhasil berkuliah di luar negeri.

D.1.e. Konstruksi Kepemimpinan Boediono di Berita I

Boediono dikonstruksikan sebagai seorang yang tidak suka berorganisasi. Ada satu saat dimana Boediono diminta menjadi ketua kelas, tapi dengan terpaksa. Boediono dikonstruksikan sebagai siswa yang cerdas dalam banyak hal. Boediono menguasai bidang ekonomi, dan kepemimpinannya dibidang ekonomi dikonstruksikan tersebuntuk saat mendengarkan ceramah dari Moh. Hatta tentang kehidupan dunia ekonomi. Boediono dikonstruksikan menjalani masa kuliah dengan biasa-biasa saja, hingga suatu saat ia mendapatkan beasiswa pendidikan ke luar negeri, namun tidak diceritakan bagaimana ia mendapatkan beasisiwa tersebut.

Saat menjalani pendidikan di Australia, ia dikonstruksikan bekerja kasar guna mendapatkan uang tambahan. Ia dikonstruksikan sebagai seorang yang pandai mengatur keuangan pribadinya. Boediono dikonstruksikan sebagai seorang yang setia terhadap perempuan. Selain itu, ia juga dikonstruksikan sebagai seorang yang sederhana. Sebagai Saat menjalani pendidikan di Australia, ia dikonstruksikan bekerja kasar guna mendapatkan uang tambahan. Ia dikonstruksikan sebagai seorang yang pandai mengatur keuangan pribadinya. Boediono dikonstruksikan sebagai seorang yang setia terhadap perempuan. Selain itu, ia juga dikonstruksikan sebagai seorang yang sederhana. Sebagai