Analisis Struktur Berita II Berjudul “Saudagar di Lapangan Hijau”

E.2. Analisis Struktur Berita II Berjudul “Saudagar di Lapangan Hijau”

E.2.a. Struktur Sintaksis

Judul berita kedua adalah “Saudagar di Lapangan Hijau”. Jusuf Kalla dikonstruksikan sebagai “saudagar”. Dalam KBBI kata “saudagar” menunjukkan arti pedagang besar yang sukses. Sedangkan kata “di lapangan hijau” merupakan metafora dari “lapangan sepak bola”. Metafora bahwa “lapangan hijau” bermakna “lapangan sepak bola”. Jika dikaitkan dengan isi berita, konstruksi yang dibangun dari judul tersebut bahwa Jusuf Kalla merupakan pengusaha yang berkecimpung dalam persepakbolaan di Makasar. Sebagai saudagar, keterlibatan Jusuf Kalla dalam persepakbolaan itu adalah sebagai penyandang dana.

Dalam berita ini tidak menggunakan lead, langsung memasuki tubuh berita dengan paragraf pendahuluan berita sebagai berikut: Stadion Mattoangin, Makassar, menyimpan cerita tersendiri bagi Jusuf

Kalla. Di tempat itulah Kalla kecil kerap diajak ayahnya, Haji Kalla, menonton sepak bola. Sang ayah hampir tak pernah absen menonton aksi Ramang, pemain Persatuan Sepak Bola Makassar yang di masa itu jadi kebanggaan Sulawesi Selatan. Jika sore hari ada pertandingan sepak bola, sehabis zuhur, anak-beranak itu sudah siap di stadion sambil membawa sajadah untuk persiapan salat asar. “Bapak memang penggemar bola,” kata Kalla kepada Tempo.

Pembukaan ini mengonstruksikan kecintaan ayah Jusuf Kalla terhadap pertandingan sepak bola dan hal apa yang dilakukan bersama anak-anaknya saat menonton bola. Pembukaan ini mengantarkan pembaca bahwa Jusuf Kalla memiliki latar kecintaan terhadap sepak bola yang diturunkan dari sang ayah.

Dari unit analisis kutipan, beberapa kutipan tentang karakteristik Jusuf Kalla salah satunya dari Muhammad Abduh pada paragraf tiga “Menjadi pengurus PSM itu untuk menghormati bapaknya yang pecandu bola,” ujar Abduh. Kutipan tersebut menekankan konstuksi bahwa Jusuf Kalla adalah anak yang menghormati sang ayah.

Pendapat lain tentang Jusuf Kalla datang dari Syamsuddin Umar (mantan pemain sepak bola asuhan Jusuf Kalla) Syamsuddin Umar bercerita, dalam urusan pendanaan, Kalla tak pernah

pelit. Bahkan pernah, ketika Makassar Utama bertanding di Bali pada 1986, para pemain diperbolehkan membawa keluarganya. (Paragraf 6 Berita II Jusuf Kalla)

Kalla, kata Syam, juga sangat memikirkan masa depan pemainnya. ”Saat itu hampir semua pemain dikuliahkan. Terbukti saya, Yopie Lumoindong, dan Ronny Pattinasarani bisa sarjana,” ujar mantan pelatih PSM itu. (Paragraf 7 Berita II Jusuf Kalla)

Kalimat “Kalla tak pernah pelit” mengonstruksikan bahwa Jusuf Kalla sebagi seorang yang telah berkecukupan buklanlah orang yang pelit, Jusuf Kalla adalah orang yang dermawan. Kalimat “Kalla, juga sangat memikirkan masa depan pemainnya.” Mengonstruksikan bahwa Jusuf Kalla peduli terhadap orang lain. Pada paragraf selanjutnya,

Syam masih ingat dia dan teman-temannya pernah dihukum gara-gara ketahuan memukul wasit saat bertanding di Bogor. “Kami ramai-ramai dihukum. Saya, yang memukul wasit, diskors satu setengah tahun,” ucap Syam. Biarpun begitu, gaji bulanan pemain tetap dibayar. Hikmah lainnya, kata Syam, dia dan teman-temannya bisa menyelesaikan kuliah yang sebelumnya terbengkalai. (Paragraf 8 Berita II Jusuf Kalla)

Paragraf tersebut mengonstruksikan bahwa Jusuf Kalla orang yang tegas dalam meberikan hukuman. Meskipun tegas Jusuf Kalla tetap perduli masa depan orang lain. Jusuf Kalla dalam paragraf empat mengatakan “Mengurus bola itu kayak mengurus bayi,” kata Kalla”. Kata “bayi” mengandung makna repot dan rewel. Sehingga mengurus persatuan sepak bola yang ia dirikan itu membuat repot dan banyak masalah. Dicontohkan dalam paragraf berikut:

Walaupun Toyota, Merpati, dan Mizuno terkadang menjadi sponsor, Kalla tetap merogoh duit lumayan banyak setiap kali klubnya bertanding. “Waktu itu sekitar Rp 100 juta, sebagian besar untuk akomodasi dan tiket pesawat,” katanya. (Paragraf 5 Berita II Jusuf Kalla)

Mengonstruksikan bahwa besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh Jusuf Kalla dalam mengurusnya.

Berita ini diakhiri dengan paragraf sebagai berikut: Abduh mengatakan, dari dulu, temannya (Jusuf Kalla) tak pernah

pusing dengan urusan menang atau kalah. Hanya, karena selalu merugi, ditambah kondisi kompetisi Liga Sepak Bola Utama (Galatama) makin meredup, Makassar Utama akhirnya dibubarkan. Para pemain kemudian bergabung dengan PSM. ”Saya capek,” begitu alasan Kalla.

Penutup berita ini mengisahkan penutupan klub Makasar Utama merupakan “ending” dari usaha Jusuf Kalla dalam mengurus klub tersebut. Jusuf Kalla sudah tidak sanggup dengan mengatakan “Saya capek.”.

E.2.b. Struktur Skrip

Unsur who dalam berita ini adalah Jusuf Kalla dan persatuan sepak bola yang ia dirikan. Unsur what-nya adalah apa yang dilakukan Jusuf Kalla terhadap persatuan sepak bola yang ia dirikan.

Unsur where dan when dalam berita ini adalah Stadion Mattoangin, Makassar menjadi kenangan saat Jusuf Kalla masih kecil. Jusuf Kalla, yang sukses sebagai saudagar, diminta menjadi Ketua Persatuan Sepak Bola Makassar mulai 1980 sampai 1990. Kalla juga mendirikan klub sendiri, Makassar Utama, pada 1985.

Unsur why dalam berita ini adalah alasan mengapa Jusuf Kalla menyukai sepak bola. Dan unsur how-nya bagaimana Jusuf Kalla mencurahkan perhatiannya untuk dunia persepakbolaan di Makasar.

E.2.c. Struktur Tematik

Unit analisis koherensi yang mengonstruksikan karakteristik Jusuf Kalla antara lain terdapat pada paragraf 1 terdapat koherensi penjelas yakni ”anak-beranak itu sudah siap di stadion sambil membawa sajadah untuk persiapan salat asar.” Kata ”sambil membawa sajadah” menekankan bahwa ayah Jusuf Kalla mengajarkan anak-ananya Unit analisis koherensi yang mengonstruksikan karakteristik Jusuf Kalla antara lain terdapat pada paragraf 1 terdapat koherensi penjelas yakni ”anak-beranak itu sudah siap di stadion sambil membawa sajadah untuk persiapan salat asar.” Kata ”sambil membawa sajadah” menekankan bahwa ayah Jusuf Kalla mengajarkan anak-ananya

Pada pargaraf dua terdapat koherensi penjelas yakni ”Berhubung badannya paling kecil, Kalla selalu kebagian posisi kiper” Mengonstruksikan bawa postur tubuh Jusuf Kalla lebih kecil dibandingkan dengan teman-teman sebayanya.

Koherensi penjelas juga terdapat pada Paragraf 6 yakni “Bahkan pernah, ketika Makassar Utama bertanding di Bali pada 1986, para pemain diperbolehkan membawa keluarganya.” Kalimat tersebut mengkontruksikan bahwa Jusuf Kalla tidak pelit dalam memberikan dana untuk orang lain.

Pada Paragraf 10 terdapat koherensi pembeda yakni “Hanya, karena selalu merugi, ditambah kondisi kompetisi Liga Sepak Bola Utama (Galatama) makin meredup, Makassar Utama akhirnya dibubarkan.” Koherensi penyebab dan penjelas Mengonstruksikan Jusuf Kalla sudah enggan mengurus persatuan sepak bola itu karena lama-lama merugi dan kondisi kompetisi Liga Sepak Bola Utama (Galatama) meredup.

E.2.d. Struktur Retoris

Dari unit analisis leksikon, terdapat pilihan kata yang mengonstruksikan karakteristik Jusuf Kalla yakni pada paragraf tiga “Kalla, yang sukses sebagai saudagar, diminta menjadi Ketua Persatuan Sepak Bola Makassar.” Kalimat “Kalla, yang sukses sebagai saudagar” mengonstruksikan bahwa Kalla adalah pengusaha yang sukses. Pada paragraf delapan terdapat kalimat“Kalla dikenal tegas mengambil kebijakan.” Hal itu menandakan dengan jelas bahwa Jusuf Kalla adalah seorang yang tegas. Pada paragraf 10 terdapat kalimat “Tapi Kalla sendiri, kata Abduh, tak percaya pada hal-hal klenik seperti itu.” Kalimat tersebut ingin menunjukkan bahwa Jusuf Kalla tidak percaya pada hal klenik, karena ia dididik dalam ajaran agama Islam yang kuat.

Terdapat satu buah foto dengan caption “Cinta bola. Jusuf Kalla bersama pengurus dan pemain PSM Makasar di stadion Mattoangin, Makasar, 1980-an.” Foto tersebut menguatkan konstruksi Jusuf Kalla sebagai pecinta bola sehingga mau dengan sukarela menyumbang dana besar untuk kelangsungan sepak bola Maksar.

Menggunakan kata ”lapangan hijau” untuk mengistilahkan lapangan sepak bola dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan persepakbolaan, hal tersebut sudah dibahas dalam judul.

Mengunakan pengandaian dari kutipan Jusuf Kalla yakni ”Mengurus bola itu kayak mengurus bayi.” Pengandaian ini mengandung konstruksi bahwa mengurus segala hal yang berhubungan dengan persepak bolaan itu tak mudah, semuanya dari awal. Mengurus bayi kadang ada “rewel”nya dan banyak yang harus diatur dan dipersiapkan.

E.2.e. Konstruksi Kepemimpinan Jusuf Kalla di Berita II

Jusuf Kalla dikonstruksikan sebagai seorang yang berbakti kepada orang tua. Ia mendirikan persatuan sepak bola untuk menghargai ayahnya yang menyukai sepak bola. Jusuf Kalla menjadi pengusaha yang sukses sehingga mampu membiayai operasional klub yang ia dirikan. Jusuf Kalla dikonstruksikan sebagai seorang yang tidak pelit. Jusuf Kalla seorang yang dermawan. Jusuf Kalla dikonstruksikan sebagai pemimpin yang tegas dalam memberi hukuman kepada bawahan.