Analisis Struktur Berita III Berjudul “Terpikat Gadis Tetangga”

D.3. Analisis Struktur Berita III Berjudul “Terpikat Gadis Tetangga”

D.3.a. Struktur Sintaksis

Judul berita tersebut adalah “Terpikat Gadis Tetangga”. Kata “terpikat” menunjukkan makna suka atau tertarik terhadap sesuatu. Kata “gadis tetangga” merujuk pada Herawati yang merupakan tetangga Boediono pada saat merka masih sama-sama tinggal di Blitar. Konstruksi yang ingin dibangun dari judul ini adalah bahwa Boediono tertarik pada Herawati.

Berita ini tidak menggunakan lead, dan langsung masuk ke pendahuluan dengan paragraf sebagai berikut: Di masa remajanya, inilah dua kegiatan harian Boediono: membuka

toko batik keluarganya di pagi hari, dan menutupnya di malam hari. Diam-diam, kegiatan anak muda itu mencuri perhatian gadis tetangganya, Herawati. Herti, begitu dia biasa disebut, menaruh simpati karena amat jarang dia melihat lelaki muda mau melakukan pekerjaan seperti itu. (Paragraf 1 Berita III Boediono)

Pendahuluan ini berisi tentang bagaimana Herti menaruh perhatian kepada Boediono. Kata “mencuri perhatian” mengandung makna bahwa Herawati tertarik kepada Boediono secara diam-diam. Konstruksi yang dibangun dari pendahuluan ini adalah Boediono bukan seperti lelaki muda kebanyakan yang jarang melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan oleh Boediono. Boediono dikonstruksikan sebagai lelaki muda yang giat membantu orang tua.

Kutipan yang mengonstruksikan tentang karakter Boediono terdapat dalam paragraf berikut: Menurut Herti, dia menyukai kesederhanaan suaminya. “Orangnya juga

ulet,” kenang Herti saat bertutur kepada Tempo. (Paragraf 4 Berita III Boediono)

Dari penggalan paragraf tersebut menandakan bahwa Boediono adalah orang yang berkarakter sederhana dan ulet tidak mudah menyerah dalam bekerja. Terdapat konstruksi lain tentang karakteristik Boediono dalam paragraf berikut:

Boediono yang pendiam pun tak pernah bercerita soal urusan kantor. (Paragraf 8 Berita III Boediono) Ratri menuturkan ibunya gemar berbicara dan membuat suasana ramai, kebalikan dari sang Bapak. “Ibu memberi warna dalam keluarga, sementara Bapak yang tenang cenderung membosankan,” kata Ratri. (Paragraf 10 Berita III Boediono)

Ratri dan Dios mengatakan kedua orang tuanya tak pernah bersuara keras kepada anak-anak mereka. Namun, dalam disiplin, tak ada toleransi dan kompromi. (Paragraf 11 Berita III Boediono)

Dari kutipan paragraf tersebut memberikan gambaran yang jelas bahwa Boediono adalah tipikal orang yang tak banyak bicara sedangkan istrinya adalah tipikal orang yang banyak bicara. Pasangan suami istri tersebut mendidik adalnya dalam disiplin yang tinggi.

Selain Boediono dalam berita ini juga mengonstruksikan tentang karakteristik Istri Boediono, Herawati. Selain paragraf diatas, terdapat karakteristik Herawati dalam paragraf berikut:

Setelah menikah, Herti memutuskan total menjadi ibu rumah tangga. “Itu mauku sendiri,” katanya. Dia menegaskan pantang mencampuri pekerjaan suaminya. ... Herti hanya memberikan saran ini kepada suaminya dalam soal kerja: “Jangan menyakiti orang lain.” (Paragraf 8 Berita III Boediono)

Tatkala Susilo Bambang Yudhoyono meminta Boediono menjadi calon wakil presidennya, bekas Gubernur Bank Indonesia ini meminta saran istrinya. “Saya bilang, di mana pun mengabdi itu sama saja, yang penting kerjanya benar,” kata Herti. (Paragraf 9 Berita III Boediono)

Dari penggalan paragraf tersebut mengkonstrukikan bahwa Herti hanya ibu rumah tangga biasa dan bukan tipikal istri yang memiliki pengaruh banyak terhadap penggambilan kebijakan Boediono. Ia hanya memberi nasehat tentang kebaikan.

Paragraf ini ditutup dengan paragraf sebagai berikut: Ibu dua anak yang telah dewasa ini tetap energetik. Dia gemar bermain

tenis. Bila sedang di rumah, Herti rajin membersihkan rumah dan merawat tumbuhan. “Ibu tak suka memasak,” tutur Ratri. Keahlian terbaik sang Ibu dalam hal memasak: nasi goreng. Ratri ingat ketika mereka masih kanak-kanak—saat uang masih sulit dan semua serba terbatas—ibunya selalu menyajikan nasi goreng, tanpa telur.

Penekanan yang dilakukan dalam penutup ini adalah tentang Herawati, sehingga kurang relevan dengan karakteristik Boediono. Pada kalimat terakhir menekankan tentang latar bahwa saat awal-awal berumah tangga (anak-anaknya masih kecil) Boediono dan Herawati mengalami masa-masa sulit ditunjukkan dengan kalimat ”saat uang masih sulit dan semua serba terbatas—ibunya selalu menyajikan nasi goreng, tanpa telur.”

D.3.b. Struktur Skrip

Unsur Who dalam berita ini ada dua, yakni Boediono dan Herawati (istri Boediono). Sedangkan unsur What dalam berita ini adalah tentang jalinan kasih Boediono dengan Herawati serta kehidupan keluarga mereka setelah menikah.

Unsur Where dan When dalam berita ini ada dalam paragraf tiga yakni ”Saat bersekolah di SMU Negeri 1 Blitar, kedua remaja ini kerap bersepeda bareng”. Paragraf empat yakni “Persahabatan keduanya berlanjut meski selepas SMU Boediono melanjutkan studi ke Yogyakarta. Setahun kemudian, pada 1962, Boediono mendapat beasiswa Colombo Plan ke Universitas Western Australia.” Paragraf lima yakni ”Beberapa lama setelah peristiwa Gerakan 30 September pada 1965, Boediono cuti dua bulan dari kampus dan pulang kampung.” Pada Paragraf tujuh yakni “Kembali ke Tanah Air pada 1969, Boediono meminta kedua orang tuanya melamar Herawati.”

Unsur how dalam berita ini yang ditonjolkan adalah bagaimana jalinan hubungan Boediono dan Istrinya, sedangkan unsur why-nya adalah Boediono ketertarikan herti kepada Boediono.

D.3.c. Struktur Tematik

Dari unit analisis koherensi, koherensi yang mengonstruksikan karakteristik Boediono adalah dalam Paragraf 1 terdapat koherensi penyebab yakni “Herti, begitu dia biasa disebut, menaruh simpati karena amat jarang dia melihat lelaki muda mau melakukan pekerjaan seperti itu.” Pada paragraf 11 sebagai berikut “Namun, dalam disiplin, tak ada toleransi dan kompromi. Ratri pernah mendapat hukuman tidur di kursi teras karena pulang lewat jam malam saat di SMU.” Dalam kalimat tersebut terdapat koherensi pembeda dan penyebab. Kata “tak ada toleransi dan kompromi” mengonstruksikan Boediono mendidik anak-anaknya untuk disiplin dengan lebih ketat.

Dari unit analisis detail yang mengonstruksikan Boediono dan istrinya dalah sebagai berikut: Tatkala Susilo Bambang Yudhoyono meminta Boediono menjadi calon

wakil presidennya, bekas Gubernur Bank Indonesia ini meminta saran istrinya. “Saya bilang, di mana pun mengabdi itu sama saja, yang penting kerjanya benar,” kata Herti. Boediono, menurut Herti, perlu waktu merenung tiga hari—termasuk wakil presidennya, bekas Gubernur Bank Indonesia ini meminta saran istrinya. “Saya bilang, di mana pun mengabdi itu sama saja, yang penting kerjanya benar,” kata Herti. Boediono, menurut Herti, perlu waktu merenung tiga hari—termasuk

D.3.d. Struktur Retoris

Beberapa kata di tubuh berita yang dipilih Tempo dalam menekankan dan menonjolkan makna-makna tertentu selain kata-kata yang telah dijelaskan sebelumnya adalah sebagai berikut, pada paragraf 3 “Kemahiran bermain voli membuat Herawati populer di sekolah menengah itu. Dan Boediono beruntung bisa memikat si bintang voli.” Kata-kata uang dipilih tersebut mengonstruksikan Herawati terkenal di sekolah tempat Herawati dan Boediono bersekolah karena keahlian Herawati dalam bermain Voli.

Pada paragraf 7 “Tahun-tahun lewat, dan dua sejoli itu tetap kompak.” Kata “kompak” Mengonstruksikan bahwa Boediono dan istrinya adalah pasangan yang serasi dan kompak. Pada paragraf 13 “Ibu dua anak yang telah dewasa ini tetap energetik.” Kata “energetik” mengonstruksikan bahwa istri Boediono walau sudah paruh baya tetap memiliki energi dan bersemangat.

Terdapat satu buah foto Istri Boediono dengan captoion “Herawati. Disiplin dalam urusan rumah tangga.” Hal ini mengonstruksikan bahwa Istri Boediono sangat teliti dan disiplin dalam hal urusan rumah tangga, lebih spesifik lagi dalam mengatur keuangan rumah tangga.

D.3.e. Konstruksi Kepemimpinan Boediono di Berita III

Konstruksi yang dibangun tentang karakteristik Boediono bahwa Boediono adalah seorang yang ulet, terlihat saat muda mau membantu pekerjaan orang tua membuka toko. Ia juga dikonstruksikan sebagai seorang yang pendiam. Berbeda dengan istrinya yang cenderung banyak bicara. Dalam berita ini dikonstruksikan Boediono bisa membina keluarga yang harmonis. Istri Boediono dikonstruksikan sebagasi seoraang istri yang tak Konstruksi yang dibangun tentang karakteristik Boediono bahwa Boediono adalah seorang yang ulet, terlihat saat muda mau membantu pekerjaan orang tua membuka toko. Ia juga dikonstruksikan sebagai seorang yang pendiam. Berbeda dengan istrinya yang cenderung banyak bicara. Dalam berita ini dikonstruksikan Boediono bisa membina keluarga yang harmonis. Istri Boediono dikonstruksikan sebagasi seoraang istri yang tak