Analisis Struktur Berita II Berjudul “Sudut Elite di Wistminster”

B.2. Analisis Struktur Berita II Berjudul “Sudut Elite di Wistminster”

B.2.a. Struktur Sintaksis

Judul berita ini adalah Sudut Elite di Wistminster. Wistminster adalah salah satu nama kota di London tempat Prabowo mengenyam pendidikan SMA. Kata “Sudut Elite” merupakan ungkapan untuk American School in London (tempat Prabowo bersekolah) dimana sekolah itu terletak di sudut blok tempat gedung-gedung elite. Sehinga hal yang ingin ditonjolkan dalam berita ini adalah saat Prabowo mengenyam pendidikan SMA di sebuah sekolah elite (American School) di London.

Lead terdiri dari dua kalimat yakni “Selama dalam pelarian, Prabowo selalu bersekolah di sekolah elite. Dia pernah menyusun anggaran rumah tangga senat pelajar Lead terdiri dari dua kalimat yakni “Selama dalam pelarian, Prabowo selalu bersekolah di sekolah elite. Dia pernah menyusun anggaran rumah tangga senat pelajar

Kalimat kedua “Dia pernah menyusun anggaran rumah tangga senat pelajar di Swiss” menunjukkan bahwa ia seorang siswa yang berinisiatif. Di dalam tubuh berita disebutkan bahwa ia yang memprakarsai penyusunan anggaran rumah tangga tersebut. Konstruksi yang ingin dibangun dari lead ini adalah bahwa Prabowo memiliki latar belakang pendidikan formal yang bagus dan memiliki inisiatif untuk hal-hal yang baru.

Memasuki tubuh berita, paragraf pendahuluan berita ini sebagai berikut:

Gedung York Terrace di City of Westminster, London, Inggris, itu hanya satu blok dari museum lilin terkenal Madame Tussaud’s dan tak jauh dari beberapa tempat penting, semacam Regent’s Park, Wallace Collection, dan Royal Academy of Music. Di gedung itulah dulu Prabowo Subianto menyelesaikan sekolah menengah atas. Pada kurun 1963-1970, bangunan berlantai tiga itu dipakai American School in London. (Paragraf 1 Berita II Prabowo)

American School termasuk sekolah elite. Uang sekolah para pelajarnya saat ini 19 ribu poundsterling atau sekitar Rp 317 juta per tahun. Dengan uang sebanyak itu, seorang mahasiswa non-Eropa sudah mampu menempuh studi untuk meraih dua gelar master. Uang sebesar itu juga bisa untuk membiayai sekolah satu orang calon doctor of philosophy dari Eropa. (Paragraf 5 Berita II Prabowo)

Pendahuluan ini berisi deskripsi tempat Prabowo bersekolah di Westminster, London tepatnya di American School in London. Konstruksi yang ingin dibangun adalah bahwa sekolah itu memang benar sekolah elite dimana dekat dengan tempat-tempat penting di London.

Latar informasi yang menggiring pemikiran Tempo dalam mengonstruksi isi berita ini adalah informasi tentang sekolah Prabowo dijelaskan berikut ini:

Prabowo menempuh sekolah menengah atas di London ini setelah berpindah-pindah sekolah mengikuti ayahnya, Sumitro Djojohadikusumo, melarikan diri ke luar negeri (1957-1967). Ekonom senior itu harus meninggalkan Indonesia karena terlibat dalam pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia-Perjuangan Semesta (PRRI-Permesta). Kala itu, PRRI membentuk pemerintahan tandingan, dan Sumitro menjadi Menteri Perhubungan dan Pelayaran. (Paragraf 3 Berita II Prabowo)

Dari latar informasi ayah Prabowo yang berpindah-pindah ke luar negeri, berdampak pada sekolah Prabowo yang juga harus berpindah-pindah. Dalam mencari informasi tentang sekolah Prabowo, Tempo juga meminta keterangan dari pihak American School in London, tetapi tidak diperbolehkan. Serta meminta keterangan dari Wendy Robinson sebagai berikut:

Tempo kemudian mendapatkan info dari Wendy Robinson, editor penerbitan media alumni sekolah itu, yang memastikan Prabowo memang pernah bersekolah di sana. “Benar, ia tercatat bersekolah di sini sejak 1966 hingga 1968,

tapi kami tidak bisa memberikan informasi lebih jauh,” katanya. (Paragraf 11 Berita II Prabowo)

Hal tersebut dialakukan oleh Tempo, guna mencari fakta tentang pendidikan Prabowo, karena Tempo tidak bisa mendapatkan keterangan langsung dari Prabowo. Tempo juga mendapatkan sedikit informasi tentang kehidupan Prabowo di luar negeri,

yakni: Di luar sekolah itu, kehidupan Prabowo dan keluarganya juga masih

kabur. Beberapa warga Indonesia yang bermukim lama di London mengaku tak mengenal keluarga Sumitro. “Mereka enggak campur dengan masyarakat. Kalau orang lain, meski enggak berhubungan dengan KBRI, masih bertemu dengan masyarakat,” kata Royandi Abas, pegawai Kedutaan Besar Republik Indonesia di London, yang tinggal di sana sejak 1956. (Paragraf 13 Berita II Prabowo)

Kata “kabur” mengandung makna tidak jelas informasinya. Dari kutipan Royandi Abas tersebut mengonstruksikan bahwa keluarga Prabowo tidak bersosialisasi dengan masyarakat saat di London. Dalam mengonstruksikan keluarga Prabowo saat tinggal di luar negeri, Tempo, meminta keterangan dari keluarga Tanya Alwi (Kawan Prabowo), yakni:

Tanya juga membantah kabar angin bahwa Prabowo sukar berbahasa Indonesia karena lama bersekolah di luar negeri. “Keluarga Sumitro berbahasa Indonesia dalam kesehariannya,” katanya. (Paragraf 18 Berita II Prabowo)

Dia mengenang keluarga Sumitro sebagai keluarga yang penuh disiplin. “Protokoler banget dan sopan,” kata Tanya. Keluarga itu, kata Tanya, hanya bersedia menerima tamu bila sudah membuat janji 2-3 hari sebelumnya. “Di meja makan mereka juga kaku sekali,” katanya. (Paragraf 19 Berita II Prabowo)

Menurut Tanya, selama di pengasingan, Dora Sigar, ibunda Prabowo, mengurusi sendiri hidangan makan keluarga itu karena mereka tak memiliki pembantu. Keluarga itu juga berdisiplin dalam perkara waktu makan, seperti sarapan pukul tujuh, makan siang pukul satu, makan malam pukul tujuh, dan pukul delapan semua anak sudah harus masuk ke kamar masing-masing. (Paragraf 20 Berita II Prabowo)

Dari kutipan tanya dalam paragraf di atas mengonstruksikan bahwa keluarga Sumitro walaupun di anggap sebagai pemberontak tetap mengajarkan bahasa Indonesia kepada anak-anaknya. Namun keluarga Sumito mendidik anaknya dengan pendidikan ”a la” barat. Selain itu Prabowo dididik untuk berdisiplin dalam hal waktu.

Dalam mengonstruksikan kepemimpinan Prabowo, Tempo membingkai pendapat dari Tanya Alwi, yakni: Tanya Alwi, putri mantan diplomat Des Alwi Abubakar, menuturkan

bahwa di masa itu Prabowo, yang baru berusia 14 tahun, mengambil prakarsa dalam penyusunan rancangan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Student Senate sekolah itu, semacam Organisasi Siswa Intra Sekolah di Indonesia. “Padahal biasanya yang mengurusi senat pelajar itu adalah pelajar senior, yakni anak kelas 10 ke atas, sedangkan dia saat itu masih duduk di kelas 9,” kata Tanya. (Paragraf 17 Berita II Prabowo)

Konstruksi dari kutipan tersebut ingin menunjukkan bahwa Prabowo sebagai anak yang memiliki inisiatif, walaupun ia masih junior tetapi berani untuk memprakarsai gagasan yang biasanya dilakukan oleh siswa yang lebih senior. Karakteristik Prabowo juga diungkapkan oleh Des Awi, yakni:

Dalam kenangan Des Alwi, Prabowo tampak lebih cepat matang dan mulai mengenal politik. “Dia sudah tahu siapa musuh-musuh bapaknya,” kata Des. Bahkan Prabowo sempat berdebat dengan Des mengenai ada-tidaknya Dewan Jenderal dalam kasus Gerakan 30 September 1965 di Indonesia, yang terjadi ketika keluarga Sumitro sedang bermukim di Zurich. (Paragraf 21 Berita

II Prabowo)

“Prabowo percaya adanya Dewan Jenderal setelah membaca Cornell Paper, tapi saya membantahnya,” kata Des, yang saat itu sedang menjenguk keluarga Sumitro di sana. (Paragraf 22 Berita II Prabowo)

Kata “lebih cepat matang” mengonstruksikan Prabowo lebih cepat dewasa dari anak-anak sebayanya. Hal ini bisa disebabkan oleh kondisi keluarganya yang dicap sebagai “pemberontak”, sehingga Des Alwi mengonstruksikan Prabowo sudah tahu siapa musuh-musuh ayahnya. Prabowo yang masih muda juga berani berdebat dengan orang yang lebih senior.

Berita ini ditutup dengan paragraf sebagai berikut: Des tak begitu ingat bagaimana perdebatan itu berlangsung. Namun dia

masih ingat bahwa Prabowo terlihat keras dan ambisius, termasuk soal cita- citanya membereskan masalah di negerinya. “Kalau nanti saya berkuasa, akan saya bereskan semuanya,” kata Des, menirukan ucapan Prabowo muda kala itu. (Paragraf 23 Berita II Prabowo)

Paragraf ini mengonstruksikan watak Prabowo yang keras dan ambisius. Kata “keras” (yang tersirat dalam pengertian di KBBI) mengandung makna bahwa Prabowo selalu bersungguh-sungguh, kuat, lugas dan tegas dalam bertindak. Sedangkan kata “ambisius” mengandung makna penuh ambisi atau berkeinginan kuat mencapai “cita-

citanya membereskan masalah di negerinya”. Kata “membereskan masalah” mengandung makna Prabowo ingin menjadi seorang yang bisa mengatasi permasalahan yang sedang melanda Indonesia. Keinginan itu diperkuat dengan parafrase Prabowo yang di kutip oleh Des Alwi “Kalau nanti saya berkuasa, akan saya bereskan semuanya.” Kalimat itulah yang menjadi alasan Prabowo ingin menduduki kursi kepresidenan diawali dengan menjabat sebagai wakil presiden.

B.2.b. Struktur Skrip

Unsur who dalam berita ini adalah Prabowo. Sedangkan unsur what dalam berita ini adalah pendidikan Prabowo dan apa hal yang dilakukan dan ingin dilakukan oleh

Prabowo. Unsur where dan why dalam berita ini adalah saat Sumitro Djojohadikusumo, melarikan diri ke luar negeri tahun1957-1967. Prabowo tercatat bersekolah di American School in London sejak 1966 hingga 1968. Saat Prabowo kelas 9 di International School, Zurich, Swiss, jiwa kepemimpinannya terbentuk terutamana saat menyusun anggaran rumah tangga pelajar Swiss. Unusur why dalam berita ini adalah alasan mengapa Prabowo memilih pendidikan di luar negeri dan memilih sekolah yang elite. Sedangka unsur how- nya adalah bagaimana Prabowo saat menjalani pendidikan di luar negeri.

B.2.c. Struktur Tematik

Struktur Tematik dalam berita ini adalah detail mengenai pendidikan Prabowo. Diawali dengan pendiskripsian secara detail tentang sekolah Prabowo di London di paragraf 1, 2, 6, 7, 8, 9, 10. Sekolah itu mendapat porsi lebih oleh Tempo bukan karena mendapatkan informasi tentang Prabowo, justru karena sulitnya mendapatkan informasi tentang Prabowo karena ketatnya penjagaan di sekolah itu.

Detail pendidikan Prabowo serta unit analisis koherensi juga terdapat dalam paragraf berikut: Pada mulanya, Sumitro tinggal di Singapura selama dua tahun, lalu ke

Hong Kong dan menetap di sana setahun. Kemudian dia ke Kuala Lumpur, Malaysia, tapi tersiar isu bahwa Sumitro menghasut Malaysia dalam konfrontasi dengan Indonesia, sehingga dia pindah ke Zurich, Swiss, dan tinggal di sana selama dua tahun. Kemudian dia terbang ke London, Inggris, dan sempat memindahkan basis perjuangannya ke Bangkok, Thailand. (Paragraf 4 Berita II Prabowo)

Dia sempat menyelesaikan sekolah dasarnya di Hong Kong pada 1961, lalu melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama di Victorian Institute, sekolah swasta paling tua dan terkenal di Kuala Lumpur, Malaysia. (Paragraf 15 Berita II Prabowo)

Prabowo hanya dua tahun bersekolah di negeri jiran. Setelah itu, dia melanjutkan sekolahnya di International School di Zurich, Swiss, selama setahun dan menamatkan sekolah menengah atasnya di London, Inggris. Namun di Swisslah jejak kepemimpinan Prabowo terlihat. (Paragraf 16 Berita II Prabowo)

Paragraf ini menjelaskan secara detail bagaimana kondisi pendidikan yang dijalani oleh Prabowo. Dalam paragraf empat terdapat sebuah latar informai tentang ayah Prabowo “Kemudian dia ke Kuala Lumpur, Malaysia, tapi tersiar isu bahwa Sumitro menghasut Malaysia dalam konfrontasi dengan Indonesia, sehingga dia pindah ke Zurich, Swiss.” Kalimat tersebut mendeskriditkan ayah Prabowo yang sudah di cap sebagai pemberontak juga diisukan menghasut Malaysia dalam konsforntasi dengan Indonesia.

B.2.d. Struktur Retoris

Beberapa kata yang dipilih oleh Tempo dalam tubuh berita guna menekankan dan menonjolkan makna-makna tertentu dalam berita ini adalah antara lain adalah penggunaakn kata ”sekolah elite” dalam menyebut sekolah-sekolah dimana tempat Prabowo mengenyam pendidikan. Hal ini untuk mengonstruksikan bahwa Prabowo ingin disekolahkan dengan sekolah yang bermutu.

Prabowo dikonstruksikan sebagai anak pemberontak yang dimarginalkan (orang yang terpinggirkan karena perbuatannya) terbukti dari pengguaan kata-kata berikut ini pada paragraf 5 “Prabowo mengikuti keluarganya yang mengasingkan diri ke berbagai negara.” Pada paragraf 15 ”Selama Sumitro dalam pelarian, Prabowo juga berpindah- pindah sekolah.” Pada paragraf 18 “Keluarga Des Alwi dan keluarga Sumitro bersahabat lama. Keduanya adalah pentolan Partai Sosialis Indonesia dan sama-sama diburu ketika terlibat pemberontakan PRRI-Permesta.” Pada paragraf 20 “Menurut Tanya, selama di pengasingan, Dora Sigar, ibunda Prabowo, mengurusi sendiri hidangan makan keluarga itu karena mereka tak memiliki pembantu.”

Dari unit grafis terdapat dua buah foto. Foto pertama dengan caption “Gedung York Terrace di City Of Westminster, London, Inggris.” Foto ini untuk memperkuat isi berita mengenai sekolah tempat dimana Prabowo mengenyam pendidikan SMA. Foto Dari unit grafis terdapat dua buah foto. Foto pertama dengan caption “Gedung York Terrace di City Of Westminster, London, Inggris.” Foto ini untuk memperkuat isi berita mengenai sekolah tempat dimana Prabowo mengenyam pendidikan SMA. Foto

Berita ini ditulis dengan gaya bahasa biasa (tidak menggunakan gaya bahasa), tidak menggunkan kata ganti untuk Prabowo, dan tidak menggunakan metafora.

B.2.e. Konstruksi Kepemimpinan Prabowo di Berita II

Latar pendidikan Prabowo di sekolah elit menjadi penonjolan utama dalam berita ini. Sedangkan untuk karakteristik kepemimpinan, Prabowo dikonstruksikan sebagai anak yang mempunyai inisiatif dan ide-ide yang segar dibandingkan dengan teman-temannya yang lebih senior. Bahka ia berani berdebat dengan orang yang lebih tua.

Prabowo dikonstruksikan memiliki watak yang keras dan ambisius. Kata ”keras” (yang tersirat dalam pengertian di KBBI) mengandung makna bahwa Prabowo selalu bersungguh-sungguh, kuat, lugas dan tegas dalam bertindak. Sedangkan kata “ambisius” mengandung makna penuh ambisi atau berkeinginan kuat mencapai “cita- citanya membereskan masalah di negerinya”. Kata “membereskan masalah” mengandung makna Prabowo ingin menjadi seorang yang bisa mengatasi permasalahan yang sedang melanda Indonesia.