Akan tetapi memang sesudah tahun 1883 Zending telah benar-benar berhasil dengan misinya, orang Batak Toba memahami apa arti kesempatan yang diberikan
Zending dan pemerintahan Belanda kepada mereka. Keamanan dan ketertiban, pembukaan daerah permukiman dan lahan pertanian yang baru banyak
memengaruhi taraf kehidupan masyarakat Batak Toba. Masyarakat Batak Toba diberi kesempatan untuk dididik menduduki kedudukan-kedudukan dalam
Zending sebagai pengetua-pengetua, guru dan pendeta. Keunang, 1990: 302
2.5.3 Parmalim
Sebelum terbentuk Negara Republik Indonesia bahwa suku-suku di daerah-daerah sudah menganut agama dan kepercayaan asli seperti agama
Parmalim, kemudian Pada abad ke-19 sekitar tahun 1864 suku Batak Utara banyak menganut faham agama Kristen terutama oleh I.L. Nommensen dan faham
agama Mulajadi dari Tanah Batak berangsur-angsur hilang kemudian beralih ke faham agama Islam dan Kristen dalam kurun waktu sekitar 140 tahun ke masa
sekarang ini, berabad-abad lamanya tidak pernah terpengaruh oleh agama-agama atau faham-faham dari luar, sejak jaman perdagangan kemenyan, sebenarnya
sudah berhubungan dengan dunia luar tanpa terpengaruh atau tak terusik oleh faham-faham luar. Kemungkinan suku Batak mengalami masa frustrasi yang tak
teratasi pada masa Paderi sehingga menimbulkan hubungan manusia Batak yang monotheis dengan Mulajadi Nabolon dianggap tidak mampu membendung
Tuhannya orang luar Bangsa Batak. Faham agama Islam yang sudah bercokol di Batak Selatan dengan anggapan memiliki kekuasaan dibanding Batak di Utara
Universitas Sumatera Utara
sementara kekosongan di Batak Utara menjadi Blessing in disguise
Organisasi agama Parmalim dibentuk antara tahun 1870 sampai tahun 1883 suatu reaksi dari Raja Si Singamangaraja XII untuk meneruskan sikap
hamalimon, dan yang lebih penting lagi adalah untuk menjaga keutuhan kepercayaan asli Batak dari pengaruh agama Kristen dan perluasan administratif
Belanda. Bukti lain yang diajukan adalah keeratan hubungan antara Guru Somalaing Pardede, yang dianggap sebagai mandat dari Raja Si Singamangaraja
XII untuk meneruskan pengorganisasi Parmalim dengan E. Modligiani karunia
tersembunyi bagi Evangelisasi Kristen.
137
Akhirnya aliran Parmalim ini meningkat menjadi Parhudamdam, yang bertalian dengan penyembahan Si Singamangaraja, dan
merambat iBarat api yang menggila meliputi seluruh Tanah Batak. Dalam tahun 1918 dianggap sebagai ancaman politik yang
menguatirkan banyak pejabat Belanda”. , seorang
ahli botani Katolik berkebangsaan Itali, membuat penyatuan kepercayaan Islam, Kristen, kultus individu Si Singamangaraja dan animisme Batak dianggap sebagai
dasar dari organisasi Parmalim ini. Pada tahun 1907 anggapan Parmalim sebagai suatu gerakan keagamaan
dan politis, melahirkan Parhudamdam yang merupakan suatu gerakan keagamaan politis yang lebih ekstrim. “Agama baru” ini secara tidak langsung merupakan
bawahan dari Parmalim. Sehubungan dengan ini Barlett menulis:
138
137
Miodligiani, penulis buku laporan botani dan etnografi di daerah Batak yang berjudul “Fra I Bottacchi Indepedenti”, mengangkat Guru Somailing menjadi juru bicaranya. Sehingga
diduga ia banyak memengaruhi sikap dan cara berfikir Somailing. Dalam Ben Marojahan Pasaribu, “Taganing Batak Toba: Suatu Kajian Dalam Konteks Gondang Sabangunan”
Universitas Sumatera Utara: Jurusan Etnomusikologi, 1986, hal. 37.
138
H.H. Barlett. The Labors of The Datou, Ann Arbor: University of Michigan, 15 dalam Ben Marojahan Pasaribu, “Taganing Batak Toba: Suatu Kajian Dalam Konteks Gondang
Sabangunan” Universitas Sumatera Utara: Jurusan Etnomusikologi, 1986, h. 39.
Universitas Sumatera Utara
Terbentuknya Parhudamdam yang diilhami oleh kematian Si
Singamangaraja XII dan juga dengan adanya pembebanan pajak yang berat oleh Belanda, penyusunan kembali pola-pola tanah milik, dan pengaruh-pengaruh
asing lainnya yang berkembang di wilayah Batak, sehingga hal-hal tersebut di atas menimbulkan suatu mitologi yang messianis, yaitu ada kepercayaan akan
datangnya kembali Si Singamangaraja, dan suatu tema kebinasaan apokaliptis bagi orang-orang yang tidak percaya. Tata cara ibadat Parhudamdam merupakan
paduan antara ritual-ritual gaya Parmalim dengan Islam.
139
139
Ismail Manalu, 1985. Mengenal Batak. Medan: CV Kiara 1985, h. 174. Adanya pengucapan “La Illaha Illallahu” yang berulang-ulang dalam ibadat mereka, merupakan
perkembangan yang sinkretis yang sudah akomodatif dalam menerima unsur-unsur agama, terutama agama Islam.
Sesudah kemerdekaan, penganut Parmalim semakin terpinggirkan. Bahkan oleh penganut agama tertentu mereka dicitrakan sebagai si pelebegu yang
menyembah setan, hantu. Persepsi demikian tertanam karena klaim kebenaran agama yang masuk ke Indonesia. Tentu saja dampak dari klaim tersebut sangat
fatal bagi penganut Parmalim. Dalam pelaksanaan ibadat parmalim, selain acara ibadat rutin setiap hari
Sabtu, hampir seluruh upacara ritual mereka dilaksanakan dengan musik, baik dengan gondang sabangunan maupun dengan gondang hasapi. Sebutan yang
diberikan kepada yang memainkan alat-alat musik yang ada di masyarakat Batak Toba adalah Pargonci. Selain sebutan Pargonci adalah sebutan pande atau sering
disebut dengan pande nami, dan juga Tukang nami. Sebutan pargonci atau pande ini diberikan kepada yang memainkan ensembel Gondang Sabangunan dan
Gondang Hasapi.
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini tulisan Pasaribu tentang kegiatan Parmalim yang dikutip dari catatan harian Masashi Hiroshue, sebagai berikut.
Dungi marliat ma margondangi ganup ripe: manukma digondangkan ia na umpogos, hambing ia di naummora, jadi sai
marpunguma nasida ganup ari mangan-mangan, ia dung lojabe manortori, ai ndang ringkot roha nasida marulaon. Ai songon
ondo di dok guru nasidai: Mangulape angka parbegu I, dohot angka na Cristen I, na hita do I sogot, ninna, Huhut didok: molo
dung mulak sian habuangan Guru Somalaing dohot Ompu Barnit ama pangajari I, sega ma tano on, jadi mago masude na cristen
dohot parbegu I, alai sonangma ianggo hita. Ai patarma disi harajaonni rajanta Si Singamangaraja I dohot tuanta Raja Rom.
140
Kemudian setiap keluarga menari berkeliling dengan iringan gondang: keluarga yang sederhana mempersembahkan ayam, dan
bagi keluarga yang kaya kambing, yang dipersembahkan melalui gondang, setiap hari mereka berkumpul dan makan-makan, dan
mereka terus menari hingga letih, namun mereka tidak mengindahkan pekerjaan. Sebab guru mereka pernah berkata:
walaupun kaum kafir dan kristen senantiasa bekerja, kelak hasilnya akan jatuh ke tangan kita, kemudian dikatakan: apabila Guru
Somalaing dan Ompu Barnit, guru kecintaan kita, sudah kembali dari pembuangan berubahlah dunia ini, lantas musnahlah semua
kristen dan kafir, tetapi kalau kita akan mendapat kesenangan. Sebab jelaslah pada saat itu kerajaan dari Raja Si Singamangaraja
dan Tuan Kita Raja Rom. Terjemahannya:
141
Secara umum peribadatan Parmalim dapat dibagi atas tiga kelompok ritual, yaitu:
140
Ben M Pasaribu, 1986. Taganing Batak Toba: Suatu Kajian Dalam Konteks Gondang Sabangunan. Medan: Universitas Sumatera Utara: Jurusan Etnomusikolog, hal. 41. Masashi
Hiroshue adalah seorang warga Jepang yang menulis topik tentang Parmalim untuk disertasinya pada Australia National University.
141
Dalam tonggo-tonggo doa Si Singamangaraja, diucapkan hormat kepada Mulajadi na Bolon, Martua Raja Uli, Tuan Soripada Aceh dan kepada Martua Raja Rom, yang diperkirakan
adalah Raja Turki dari Istambul dari kekaisaran Ottoman yang pengaruh dan wibawanya masuk melalui Aceh.
Universitas Sumatera Utara
1. Upacara yang wajib dilaksanakan oleh anggota penganut Parmalim dua kali
dalam setahun, yang disebut sipaha sada dan sipaha lima. Upacara sipaha sada berlangsung selama lima hari, sedang upacara sipaha lima berlangsung
selama tiga hari. 2.
Upacara yang dilaksanakan secara khusus, tanpa berpegang pada bulan-bulan tertentu, yang pelaksanaannya merupakan kehendak dari perseorangan.
Upacara seperti ini disebut maradat, misalnya martutu aek yaitu upacara pemandian bagi anak yang baru lahir; manggalang na paet yaitu suatu upacara
kurban setelah melaksanakan puasa selama sehari semalam; dan sebagainya. 3.
Upacara yang dilaksanakan apabila seseorang ada melakukan kesalahan atau perbuatan asusila sehingga dilaksanakan acara manopoti sala memohon
ampun. Kepada orang yang melakukan kesalahan ini akan dikenakan aturan yang “ingkon pajong-jongonna hau sarung marnaik, halangonna gondang
bolon” harus mendirikan kayu sarung marnaik dan mengadakan acara gondang.
2.5.4 Siraja batak