2.5.2 Kristen
Agama Kristen merupakan agama mayoritas di Batak Toba dapat dikatakan Kristen sebagai identitas budaya, merupakan sejarah baru
perkembangan yang sangat dinamis bagi masyarakat Batak Toba yang dimulai pada tahun 1863, ketika misionaris dari Jerman, I.L. Nommensen
131
Pada tahun 1824, dua misionaris Baptist asal menetap di
Silindung. Sebelum itu, berabad-abad lamanya tidak pernah terpengaruh oleh agama-agama dari luar atau tidak ada hubungan dengan dunia luar atau Bangsa
Batak terisolasi yang amat ketat dari hubungan pemahaman kebudayaan, masyarakat Batak Toba hidup dengan gayanya sendiri dan menurut pahamnya
sendiri. Inggris, Richard Burton dan
Nathaniel Ward berjalan kaki dari Sibolga menuju pedalaman Batak.
132
Pada tahun 1850, Sebelum
kedatangan I.L. Nommensen, dua orang pengabar Injil berkebangsaan Inggris, memasuki daerah Batak Toba tahun 1824, baru beberapa hari sampai di tanah
Batak, mereka sudah dikejar-kejar, sehingga melarikan diri meminta perlindungan kepada pihak Belanda. Sepuluh tahun kemudian, dalam tahun 1834 dua orang
penginjil Amerika harus menebus kegiatannya dengan nyawanya karena dibunuh Schreiner, 2002:56.
Dewan Injil Belanda menugaskan Herman Neubronner van der Tuuk untuk menerbitkan buku tata bahasa dan kamus bahasa Batak-
Belanda. Hal ini bertujuan untuk memudahkan misi-misi kelompok Kristen
131
Hotmaida. Hutasoit, T. Simanjuntak, 1993. I.L. Nommensen Sang Penabur Di Tanah Batak. PT BPK GUNUNG MULIA.
132
R. Burton and N,Ward. Transactions of the Royal Asiatic Society.London: Report of a Journey into the Batak Country, in the interior of Sumatra, in the year 1824. 1:485-513.
Universitas Sumatera Utara
Belanda dan Jerman berbicara dengan masyarakat Toba dan Simalungun yang menjadi sasaran pengkristenan mereka.
133
Neubronner Van Der Tuuk, bertempat tinggal di dekat pantai di Barus di daerah pinggiran. Dalam perjalanannya ke Danau Toba hampir saja ditebus
dengan nyawanya, ketika sekelompok masyarakat Batak Toba mengejar- ngejarnya tetapi Neubronner Van Der Tuuk berhasil melarikan diri dan ia berhasil
dapat mencapai kembali tempat tinggalnya di Barus. Van Asselt, Heine, Betz dan Klammer yang mengadakan rapat pendeta pada 7 Oktober 1861 di Sipirok untuk
mengatur strategi PI. Kemudian dilanjutkan oleh Nommensen, Schreiber, Johansen dkk sejak tahun 1862.
134
Masyarakat Batak Toba mulai terbuka dalam menerima agama baru, pekerjaan para zending dan keinginan untuk merubah hidup bisa jadi
penyebabnya. Mengenai persentasi penganut agama Kristen di Batak Toba, Geertz menuliskan: Agama Kristen telah dianut oleh kira-kira seperdua dari orang Batak;
ada juga sedikit menjadi Islam, sedangkan yang lainnya tetap memeluk apa yang dinamakan orang Batak Toba sebagai agama perbegu, yaitu kepercayaan kepada
roh-roh.
135
Sebenarnya I.L. Nommensen juga mengalami banyak kesulitan di tahun- tahun pertama dengan kasus yang sama seperti yang dialami misionaris
133
Van der Tuuk, Bataksch Leesbok, Stukken in het Mandailingsch; Stukken in het Dairisch. Amsterdam, 1861. Dalam http:id.wikipedia.orgwikiSuku_Batak. Halaman ini terakhir
diubah pada 10.08, 23 November 2012.
134
PWT. Simanjuntak, 2011. “Berkat Sekolah Zending, Tano Batak Maju” Horas, Edisi 135. 5-20 Maret, h. 13.
135
Greetz, Hildred. 1986. Aneka Budaya dan Komunitas di Indonesia. Jakarta: Yayasan Ilmu-ilmu Sosial dan FIS-UI Terjemahan Zainuddin A. Rahman.
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya, dari berbagai pihak ia mengalami berbagai hambatan dan gangguan, berkali-kali nyawanya terancam dan jelas keberadaannya tidak di terima raja- raja.
Pasaribu Arifin, 2011 menuliskan tentang: Berita tentang Nommensen sampai ke telinga Raja Amandari, salah satu raja dari pomparan O Sumurung dan
beliau menyuruh salah seorang pembantunya yaitu Pandjingkel Silalahi untuk menyampaikan kepada Nommensen bahwa dia tidak di terima di Hutabagasan
136
Mula-mula di Silindung, kira-kira 15-20 tahun kemudian di Dataran Tinggi Danau Toba dan Balige dan sekitarnya. Di sekitar Danau Toba walaupun
sudah melalui perjuangan yang sengit, dengan campur tangan sebuah ekspedisi militer Belanda dan pencaplokan daerah itu, hasilnya memuaskan bagi Zending.
, akan tetapi karena I.L. Nommensen mempunyai wibawa dan pribadinya yang
besar dan juga karena silindung yang menjadi cita-citanya dari awal, baru ia berdoa, “Hidup atau Mati, aku tinggal ditengah-tengah bangsa ini, berdiam
memberitakan firman-Mu. Kemudian kesabarannya pun menuai hasil, dimulai dari Huta dame di
desa Sait Ni Huta. Huta Dame adalah perkampungan pertama yang dibangun Nommensen untuk menampung orang Batak yang tertindas di wilayah Silindung
sekaligus menjadi pusat penyebaran agama Kristen pertama di Tanah Batak. Dilokasi ini pula Nommensen membangun gereja Dame, yakni Gereja pertama di
Silindung yang didirikan pada tahun 1864. Sesudah itu gerakannya bertambah cepat, sehingga agama Kristen mencapai perkembangan yang pesat di Batak
Toba.
136
Arifin Pasaribu, 2011. “Tarutung Kota Wisata Penuh Sejarah” Horas, Edisi 142. 10-30 September, h. 39.
Universitas Sumatera Utara
Akan tetapi memang sesudah tahun 1883 Zending telah benar-benar berhasil dengan misinya, orang Batak Toba memahami apa arti kesempatan yang diberikan
Zending dan pemerintahan Belanda kepada mereka. Keamanan dan ketertiban, pembukaan daerah permukiman dan lahan pertanian yang baru banyak
memengaruhi taraf kehidupan masyarakat Batak Toba. Masyarakat Batak Toba diberi kesempatan untuk dididik menduduki kedudukan-kedudukan dalam
Zending sebagai pengetua-pengetua, guru dan pendeta. Keunang, 1990: 302
2.5.3 Parmalim