Menurut penulis trio merupakan suatu fenomena pada masyarakat Batak Toba, yang dapat dilihat dari banyaknya trio yang masih eksis, dan terus
bermunculan trio-trio baru yang menghiasi musik populer Batak Toba, baik sebagai penyanyi trio dan pendengar lagu trio. Kegunaan trio pada aktifitas
masyarakat Batak Toba dapat ditemukan seperti pada acara pesta yang biasanya selalu menyertakan trio, dan bernyanyi di lapokedai dengan format trio. Dari segi
komersial, penjualan kaset trio lebih banyak kita jumpai pada masayarakat Batak Toba.
1.5.1.3.4 Fenomena trio pada masyarakat batak toba
Masyarakat Batak Toba sudah terbiasa dengan harmonisasi nyanyian koor di gereja yang menjadi suatu kebiasaan bernyanyi diluar aktifitas bernyanyi di
gereja. Kebanyakan penyanyi masyarakat Batak Toba lebih menyukai format bernyanyi trio dari pada format bernyanyi kelompok lainnya atau solo, hal ini
dikarenakan memadukan harmonisasi bernyanyi di trio merupakan tantangan yang memberikan kepuasan tersendiri, baik jika dinyanyikan dengan sederhana
atau dengan skill vokal dalam penyampaian makna lagu, dan juga faktor kebiasaan bernyanyi berkelompok yang sulit ditinggalkan penyanyi pada
masyarakat Batak Toba. Menurut penulis beberapa penjelasan di atas dapat dijadikan acuan untuk
melihat kenapa trio begitu kuat atau lebih banyak pada masyarakat Batak Toba.
1.5.5 Landasan teori
Universitas Sumatera Utara
Teori dalam disiplin sejarah biasanya dinamakan “kerangka referensi” atau “skema pemikiran”. Dalam pengertian lebih luas teori adalah suatu perangkat
kaidah yang memandu sejarawan dalam penelitiannya, dalam menyusun bahan- bahan data yang diperolehnya dari analisis sumber, dan juga dalam
mengevaluasi hasil penemuannya Alfian, dalam Basis, Oktober 1992:362. Untuk memandu dalam pendekatan sejarah penulis mengacu pada
Panggabean 1994:30-39 musik populer Batak
Toba dapat dibuat
penggolongannya kepada empat masa, yaitu: a tradisi, b transisi, c modernisasi, dan d konstilasi. Untuk melihat perkembangan trio pada musik
populer Batak Toba pada masa modernisasi menurut penulis perlu membagi ke dalam dua sub judul 1 keberadaan vokal grup dan grup band pada musik populer
Batak Toba 2 sejarah perkembangan trio pada musik populer Batak Toba. Kemudian pada sejarah perkembangan trio pada musik populer Batak Toba
menurut penulis perlu membagi kedalam empat masa 1 Masa Perkembangan 1945-1950, 2 Masa Vakum 1950-1960, 3 Masa Hidup Kembali 1960-
sekarang, 4 Masa Munculnya Trio Perempuan, menurut penulis ini penting karena merupakan masa munculnya trio. Dan mengkombinasikannya dengan
wawancara dengan informan yang sudah ditentukan telebih dahulu. Dalam membahas fungsi, penulis berpedoman pada teori yang
dikemukakan oleh Merriam
87
87
Ibid., hal., 219-226.
yang membagi fungsi musik kedalam sepuluh fungsi, yaitu: 1 Fungsi pengungkapan emosional; 2 Fungsi penghayatan
estetis; 3 Fungsi hiburan; 4 Fungsi komunikasi; 5 Fungsi perlambangan; 6
Universitas Sumatera Utara
Fungsi reaksi jasmani; 7 Fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial; 8 Fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara agama; 9 Fungsi kesinambungan
kebudayaan; dan 10 Fungsi pengintegrasian masyarakat. Teori fungsi didasarkan kepada teori belajar learning theory dalam
antropologi. Proses belajar adalah ulangan-ulangan dari reaksi-reaksi organisme terhadap gejala-gejala dari luar dirinya sedemikian rupa, sehingga salah satu
kebutuhan nalurinya dapat dipuaskan. Teori ini sering juga disebut teori S-D-R stimulus-drive-reaction. Teori ini pada prinsipnya menyatakan bahwa segala
aktivitas kebudayaan sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dan kebutuhan-kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan kehidupannya
misalnya: musik timbul karena pada mulanya manusia hendak memuaskan kebutuhan nalurinya akan keindahan. Dalam konteks seni trio pada musik populer
Batak Toba, seni ini muncul karena berbagai kebutuhan dalam budaya Batak Toba.
Di dalam teori antropologi, ada dua aliran fungsionalisme, yaitu aliran Radcliffe-Brown
88
88
Radcliffe-Brown, A.R., 1952. Structure and Function in Primitive Society. Glencoe: Free Press, h. 181.
yang mengemukakan bahwa fungsi berkaitan dengan struktur sosial masyarakat. Bahwa struktur sosial itu hidup terus sedangkan individu-
individu dapat berganti setiap waktu. Radcliffe-Brown yang melihat fungsi ini dari sudut sumbangannya dalam suatu masyarakat, mengemukakan bahwa fungsi
adalah sumbangan dari suatu bagian aktivitas terhadap aktivitas secara keseluruhan di dalam sistem sosial masyarakatnya, untuk mencapai tingkat
Universitas Sumatera Utara
harmoni atau konsistensi internal. Dan aliran Malinowski,
89
Soedarsono yang mengemukakan
fungsi timbul karena kebutuhan biologis manusia.
90
Membahas struktur musik dilihat dari kualitas dari karakter bunyi musikal sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh cara penggunaan, pemanfaatan serta
pengolahan elemen-elemen musik. Dalam hal ini, penulis juga akan memperhatikan struktur musik yang ditawarkan oleh Wiliam P. Malm,
yang melihat fungsi seni terutama dari hubungan praktis dan integratifnya, mereduksinya menjadi tiga fungsi utama, yaitu: 1 untuk
kepentingan sosial atau sarana upacara; 2 sebagai ungkapan perasaan pribadi yang dapat menghibur diri; dan 3 sebagai penyajian estetis.
Untuk menganalisis fungsi trio pada musik populer Batak Toba, penulis menyesuaikanmengkombinasikan dengan berpedoman pada beberapa pendapat
ahli di atas.
91
89
Malinowski, 1987. Teori Fungsional dan Struktural. dalam Teori Antroplologi.
90
Soedarsono, 1995. Pendidikan Seni dalam Kaitannya dengan Kepariwisataan.
91
William P. Malm, 1977. Music Cultural of the Pacific, Near East and Asia. New Jersey: Prentice Hall Englewood Cliffs, h. 15.
yang diterjemahkan oleh Rizaldi Siagian yang mengatakan bahwa beberapa bagian
penting yang harus diperhatikan dalam menganalisa melodi adalah: 1 Scale Tangga nada; 2 Pitch center Nada pusat, reciting tone nada singgahan yang
dianggap penting; 3 Range Wilayah nada; 4 Jumlah nada-nada Frekuensi pemakaian nada; 5 Penggunaan interval; 6 Pola kadensa; 7 Formula melodi;
8 Melodic contour Grafik kantur melodi
Universitas Sumatera Utara
Untuk membicarakan pendeskripsian dari ritem, analisis bentuk, frase dan motif-motif, Netll
92
Untuk mendiskripsikan bentuk, harus berhadapan dengan dua masalah pokok, yakni: 1 Mengidentifikasi unsur-unsur musik yang dijadikan dasar yang
merupakan tema dari sebuah komposisi; 2 Mengidentifikasikan sambungan- sambungan yang menunjukkan bagian-bagian, frase-frase dan motif-motif di
dalam sebuah komposisi. menyarankan bahwa pendeskripsian ritem sebaiknya dimulai
dengan membuat daftar harga-harga not yang dipakai dalam sebuah komposisi dan menerangkan fungsi dan konteks dari masing-masing nada. Selanjutnya pola
ritem yang sering di ulang sebaiknya dicatat.
93
Untuk mendukung pembahasan dari aspek musik di atas diperlukan suatu transkripsi. Pengertian dari transkripsi oleh Bruno Netll
94
adalah proses menotasikan bunyi, membuat bunyi menjadi symbol visual. Dalam hal notasi
musik penulis mengacu pada tulisan Charles Seeger dalam Netll,
95
92
Bruno Netll. Theory and Method in Ethnomusicology. New York: The Free Press, h. 148-150.
93
Ibid., hal. 148-150.
94
Ibid., hal. 99.
95
Ibid., hal. 24-34.
yang mengemukakan bahwa ada dua jenis notasi yang dibedakan menurut tujuan notasi
tersebut: pertama adalah notasi Preskriptif, yaitu notasi yang bertujuan untuk seorang penyaji bagaimana ia harus menyajikan sebuah komposisi musik,
selanjutnya dikatakan bahwa notasi ini merupakan suatu alat untuk membantu mengingat. Kedua adalah notasi Deskriptif, yaitu notasi yang bertujuan untuk
menyampaikan kepada pembaca ciri-ciri dan detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca.
Universitas Sumatera Utara
Dalam kerja analisis, langkah pertama yang dikerjakan ialah mengubah bunyi musik ke dalam lambang visual melalui sebuah proses kerja yang disebut
transkripsi. Transkripsi merupakan proses menotasikan bunyi dari yang kedengaran secara aural menjadi visual dalam bentuk simbol-simbol bunyi.
Simbol bunyi yang terlihat tersebut dinamakan notasi musik, yang pada sistem notasi Barat, secara garis besar dibagi dalam dua jenis, yaitu notasi balok dan
notasi angka. Dalam penelitian ini, notasi lagu-lagu trio pada musik populer Batak Toba
menggunakan notasi balok, dengan menggunakan garis paranada dalam kunci trebel atau kunci G. Penggunaan notasi balok ini dikarenakan: a lebih dikenal
secara umum dalam penulisan musik baik secara nasional maupun internasional, b lagu-lagu trio pada musik populer Batak Toba umumnya diciptakan dengan
menggunakan notasi balok atau angka seperti yang ada dalam kebudayaan Barat, c notasi balok Barat ini sesuai digunakan untuk musik-musik diatonik maupun
mikrotonal. Untuk mentranskripsikan lagu trio pada musik populer Batak Toba maka,
berbagai langkah peneliti lakukan sebagai berikut. a mengupayakan pendekatan tonalitas yang paling sesuai dengan lagu asli menggunakan alat tape, VCD, alat
musik gitar dan muse score yang dipandu tutorial muse score b mendengarkan nada secara seksama, agar dapat membedakan antara bunyi suara, alat musik dan
lainnya, c nada yang didengar di pindahkan ke dalam bentuk tulisan, dengan menggunakan garis paranada untuk notasi balok, d memperlambat kecepatan
tape dua kali dari kecepatan normal, kemudian menggunakan kecepatan normal,
Universitas Sumatera Utara
e hasil transkripsi di dengar ulang lalu memeriksa kembali, lalu diteruskan pada nada lainnya.
Sebelum menganalisis lagu trio pada musik populer Batak Toba, penulis terlebih dahulu memaparkan beberapa penjelasan tentang lagu yang akan
dianalisis. Kemudian menggunakan transkripsi deskriptif memakai symbol konvensional Barat notasi balok. Adapun lagu-lagu trio pada musik populer
Batak Toba yang ditranskripsi adalah lagu-lagu yang menurut hemat penulis dapat mewakili pekembangan gaya-gaya tertentu dalam perkembangan lagu trio pada
musik populer Batak Toba secara umum. Teori musik ini diharapkan dapat menuntun dalam menganalisis data-data dalam tesis ini.
1.5.5.1 Teori etnomusikologi