Sifat alami orang batak toba

PSG mempunyai kedudukan dan peranan di dalam peribadahan dan kehidupan gereja. PSG dapat berfungsi sebagai berikut. 73 Menjadi sekolah musikmenyanyi bagi para anggota jemaat. Hal ini berarti PSG dapat berperan untuk mengajar dan melatih jemaat bernyanyi dengan baik dan menjadi tempat di mana para anggota jemaat dapat mengembangkan talentanya di bidang seni suara. Hal ini sangat penting mengingat masyarakat Batak Toba yang gemar bernyanyi adalah masyarakat yang mayoritas menganut agama Kristen. Nyanyian para biduan dapat dibagi kedalam tiga bagian, yakni nyanyian solo, nyanyian kelompok vokal atau yang lazimnya dikenal dengan istilah vokal group, dan nyanyian paduan suara. 74 Dari penjelasan di atas dan mengingat PSG dinyanyikan dengan empat suara SATB dan juga dari pernyataan Sylado Remy, 1983 … Ketika ‘Indonesia Raya’ masih umum dinyanyikan satu suara, orang-orang Batak telah menyanyikan secara SATB, 75 penulis berasumsi istilah-istilah vokal grup dan trio yang dipakai untuk menyebutkan identitas kelompok penyaji vokal di Batak Toba merupakan pengaruh dari kegiatan PSG, yang kebetulan masyarakat Batak Toba mayoritas memeluk agama Kristen. Budaya atau sifat alami orang Batak Toba dan diperkuat oleh hubungannya dengan falsafah masyarakat Batak Toba yang di sebut dengan

1.5.1.3.2 Sifat alami orang batak toba

73 Ibid., hal. 8. 74 Ibid., 75 Sylado Remy loc. cit. Universitas Sumatera Utara Dalihan Natolu selalu diartikan atau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Tiga Tungku Sejerangan atau Tungku Nan Tiga. Tungku yang berkaki tiga sangat membutuhkan keseimbangan yang mutlak. Jika satu dari ketiga kaki tersebut rusak, maka tungku tidak dapat digunakan, berbeda dengan kaki lima, jika satu kaki rusak masih dapat digunakan dengan sedikit penyesuaian meletakkan beban, begitu juga dengan tungku berkaki empat. Tetapi untuk tungku berkaki tiga, itu tidak mungkin terjadi, inilah yang dipilih leluhur suku Batak sebagai falsafah hidup dalam tatanan kekerabatan antara sesama yang bersaudara, dengan hula-hula dan boru. Perlu keseimbangan yang absolut dalam tatanan hidup antara tiga unsur. Untuk menjaga keseimbangan tersebut kita harus menyadari bahwa semua orang akan pernah menjadi hula-hula, pernah menjadi boru, dan pernah menjadi dongan tubu. Dalihan Na Tolu dianalogikan dengan tiga tungku masak di dapur tempat menjerangkan periuk. Maka adat Batak mempunyai tiga tiang penopang dalam kehidupan, yaitu: 1 pihak semarga in group; 2 pihak yang menerima istri wife receiving party; 3 pihak yang memberi istri giving party. 76 76 N.Siahaan, 1982. Adat Dalihan Natolu Prinsip dan Pelaksanaannya. Jakarta: Penerbit Grafindo, h. 35. Orang Batak apabila jumpa dengan orang Batak, yang pertama sekali ditanyakan adalah marga bukan nama, berdasarkan dalihan natolu, jika dia sudah mengetahui marganya maka masing-masing akan menempatkan posisinya, apakah dia dongan tubu, hula-hula atau boru dan jika dia salah satu diantaranya maka timbul rasa kekeluargaan. Universitas Sumatera Utara Menurut asumsi penulis faktor-faktor di atas dapat dijadikan acuan bagaiman masyarakat Batak Toba dalam aktifitas masyarakatnya sering berkumpul sehingga memungkinkan adanya kerjasama yang juga tentunya dalam hal bernyanyi dapat kita lihat dari banyaknya trio yang menamakan trio nya sesuai dengan marganya, seperti trio Nainggolan Sister, trio The Heart Simatupang Sister, trio Simbolon Sister. Ada pepatah Batak yang mengatakan manuk ni pea langge hotek-hotek lao marpira, sirang marale-ale, lobian matean ina, artinya ada kalanya kehilangan seorang sahabat pilunya melebihi kehilangan seorang ibu, bagi orang Batak Toba persahabatan juga sangat berperan penting, yang memungkinkan adanya kerjasama yang juga tentunya dalam hal bernyanyi dapat kita lihat dari banyaknya trio yang awalnya dari pertemanan dan mereka menamakan trionya dengan kesepakatan para personilnya seperti trio The King, trio Golden Heart, trio Lasidos, trio Ambisi, trio Maduma, trio Pratama, trio Lamtama, trio Santana, trio Elexis, trio Marsada, trio Nirwana yang tentunya nama trio mempunyai arti sendiri bagi para personilnya. Pada tahun 50 sampai 60-an istilah untuk kelompok penyaji instrumental dan vokal, lebih sering di sebut dengan istilah vokal grup, dapat kita lihat dari kut ipan di bawah ini.

1.5.1.3.3 Munculnya istilah trio