Bulu sihabuluan Analisis Struktur Musik

9 Setelah melihat progresi akord pada lagu Tibu Do Ahu Ro, arah gerak akor selalu mengikuti melodi dan mempunyai suatu pusat patokan yang teratur, kaidah harmoni yang selalu dipakai akor I yang kaidah harmoninya bebas bergerak ke akor lainnya, pergerakan akor I ke akor V dapat dilihat dari bar 1, 2, 3 merupakan akor I ke bar 4 merupakan akor V, kemudian bar 11, 12, 13 merupakan akor I ke bar 14, bar 29 merupakan akor V, ke bar 30, 35, 36, 37 merupakan akor I, ke bar 38 merupakan akor V, bar 53 merupakan akor I ke 54 merupakan akor I. Kemudian pergerakan akor I ke akor IV dapat dilihat dari bar 15 merupakan akor I ke bar 16 merupakan akor IV, bar ke 18, 19 20 merupakan akor I ke bar 21 merupakan akor IV, bar ke 24, 25 merupakan akor I ke bar 26 merupakan akor IV, bar 31, 32 merupakan akor I ke bar 33 merupakan akor IV, bar 39 merupakan akor I ke bar 40 merupakan akor IV, bar 42, 43, 44 merupakan akor I ke bar 45 merupakan akor IV, bar 39 merupakan akor I ke bar 40 merupakan akor IV, 49 merupakan akor I ke bar 50, maka dapat disimpulkan bahwa lagu tersebut memiliki susunan akord yang harmonis, karena tidak ditemukan adanya pelanggaran-pelanggaran terhadap kaidah-kaidah harmoni.

4.3.2 Bulu sihabuluan

Sebelum menganalisis struktur musik lagu Bulu Sihabuluan yang dinyanyikan trio Lasidos, perlu penulis jelaskan bahwa pada masa setelah munculnya istilah parlima estetika bernyanyi di trio musik populer Batak Toba sedikit banyak mengalami perubahan. Istilah Parlima merupakan suatu keunikan Universitas Sumatera Utara di komposisi musik trio pada musik populer Batak Toba, setelah munculnya istilah ini, menimbulkan perbedaan gaya bernyanyi di trio, dengan kesan trio menunjukkan skill 230 Hilman Padang personil trio Lasidos berpendapat musik iringan tidak mempengaruhi gaya bernyanyi di trio pada musik populer Batak Toba, tidak ada hubungan gaya bernyanyi dengan style musik yang mengiringi, tidak ada perbedaan gaya bernyanyi trio Batak yang hanya diiringi gitar dengan yang diiringi hanya keyboard atau band, karena intinya penyanyi trio harus mampu menjaga harmonisasi, dengan atau tanpa musik iringan dan bagaimana si penyanyi dapat menyampaikan isi atau makna lagu pada si pendengar. bernyanyi, walaupun tujuan parlima sebelumnya merupakan langkah agar harmonisasi tetap terjaga, hal ini sepertinya menjadi acuan atau kriteria kepada trio-trio berikutnya agar di setiap trio harus memiliki salah seorang personil yang bisa menjadi parlima, dapat kita lihat dari beberapa trio yang memiliki personil yang mampu untuk suara ini, seperti trio Lamtama, trio Siemen Star, trio Perdana dan lain-lain. 231 The Beeges memberikan pengaruh yang kuat pada gaya bernyanyi trio Lasidos, seperti pada lagu Bulu Sihabuluan yang diaransement ulang trio Lasidos, Hilman Padang mengatakan pada lagu ini suara dua senganja diangkat satu oktaf, hal ini dikarenakan jika dinyanyikan dengan suara marsada, mardua dan martolu 230 Tidak semua penyanyi bisa parlima atau falset, ada beberapa kriteria yang harus dimiliki penyanyi untuk dapat menjadi parlima seperti: memiliki talenta yang didukung dengan musikalitas, suara yang tinggi dll. 231 Wawancara penulis dengan Bapak Hilman Padang trio Lasidos tanggal 29-06-2013. Universitas Sumatera Utara sepertinya harmonisasinya kurang dapat, untuk menjaga harmonisasi maka parduamardua diangkat satu oktaf. 232 Partitur lagu Bulu Sihabuluan dengan pola satu suara Pada lagu Bulu Sihabuluan terlebih dahulu penulis memaparkan partitur dengan pola suara satu, diikuti dengan partitur pola suara dua, kemudian partitur pola suara tiga dan partitur jika dinyanyikan dengan gaya trio, untuk memberikan perbandingan bentuk pola lagu jika dinyanyikan dalam bentuk trio. Penggunaan jenis suara ParsadaMarsada pada partitur lagu Bulu Sihabuluan sama artinya dengan jenis suara satu atau sopran, ParlimaMarlima sama artinya dengan jenis suara dua atau alto yang dinyanyikan satu oktaf lebih tinggi, dan PartoluMartolu sama artinya dengan jenis suara tiga atau tenor. Penulis menggunakan transkripsi deskriptif memakai symbol notasi konvensional Barat notasi balok. Berikut partitur lagu Bulu Sihabuluan, partitur dengan pola suara satu, diikuti dengan partitur pola suara dua, kemudian partitur pola suara tiga dan partitur jika dinyanyikan dengan gaya trio. Partitur lagu Bulu Sihabuluan dengan pola suara lima 232 Wawancara penulis dengan Bapak Hilman Padang trio Lasidos tanggal 29-06-2013. Universitas Sumatera Utara Partitur lagu Bulu Sihabuluan dengan pola suara tiga Partitur lagu Bulu Sihabuluan jika dinyanyikan dengan gaya trio Partitur lagu Bulu Sihabuluan dengan pola satu suara Partitur lagu Bulu Sihabuluan dengan pola suara lima Partitur lagu Bulu Sihabuluan dengan pola suara tiga Partitur lagu Bulu Sihabuluan jika dinyanyikan dengan gaya trio Universitas Sumatera Utara Partitur lagu Bulu Sihabuluan dengan pola satu suara Partitur lagu Bulu Sihabuluan dengan pola suara lima Partitur lagu Bulu Sihabuluan dengan pola suara tiga Partitur lagu Bulu Sihabuluan jika dinyanyikan dengan gaya trio Partitur lagu Bulu Sihabuluan dengan pola satu suara Partitur lagu Bulu Sihabuluan dengan pola suara lima Partitur lagu Bulu Sihabuluan dengan pola suara tiga Universitas Sumatera Utara Partitur lagu Bulu Sihabuluan jika dinyanyikan dengan gaya trio Ket: • Tanda vibra atau teknik vibrasi adalah suatu bentuk suara yang bergetar dan bergelombang. • I, ii, IV, V, VI Tanda progresi akord. • Tanda legato artinya bersambung. • Tanda forte artinya keras, tanda piano artinya lirih. 1 Pada lagu Bulu Sihabuluan menggunakan tangga nada musik diatonik yaitu tangga nada D,E,F,G,A,B,C,D menggunakan D di atas C tengah dan D’ oktaf di atas C’ oktaf. Lagu ini sudah dapat digolongkan ke masa modern dapat dilihat dari pemakaian melodi yang sudah “harmonis” kedengarannya. Dalam masa modern ini sudah dipengaruhi lagu-lagu gerejani yang sudah mempunyai susunan harmoni dan tonalitas yang jelas. 2 Dari hasil analisis transkripsi lagu Bulu Sihabuluan di atas, khususnya analisis tangga nada dan jumlah nada yang digunakan penulis sebagai acuan untuk menjawab ketujuh pendekatan untuk menemukan nada dasar pada sebuah reportoarlagu sehingga dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut : a. Nada yang sering dipakai adalah nada A. Universitas Sumatera Utara b. Nada yang memiliki ritmis harga ritmis yang besar adalah nada A. c. Nada awal komposisi adalah nada F, dan nada akhirnya adalah nada D. d. Nada paling rendah adalah nada D dan nada paling tengah adalah nada G. e. Interval-interval yang terdapat diantara nada kadang-kadang sebagai patokan - f. Adanya tekanan ritmis pada sebuah nada yaitu nada F. g. Pengenalan yang akrab dengan gaya musik. Penulis menyimpulkan dari pemakaian urutan melodinya dalam tonalitas D Mayor atau tangga nada yang digunakan pada lagu Bulu Sihabuluan tersebut adalah tangga nada Mayor yaitu tangga nada D Mayor, karena melodic line alur melodi yang diakhiri pada nada D juga memberi nuansa bahwa kalimat lagu tersebut telah selesai disajikan. 3 Setelah penulis analisis dengan menyesuaikan rumusan, interval yang digunakan pada lagu Bulu Sihabuluan, interval yang paling banyak muncul adalah prime perfect murni sebanyak 25 kali, kemudian sekunda mayor besar sebanyak 15 kali, kemudian kwart perfect sempurna 5 kali, kemudian sekunda minor sebanyak 4 kali, kemudian terts minor sebanyak 3 kali, terts Mayor sebanyak 2 kali. 4 Dengan melihat nada-nada yang telah ditranskripsikan wilayah nada yang digunakan pada lagu Bulu Sihabuluan adalah nada terendah adalah D di atas C tengah dan nada tertinggi adalah nada D’ oktaf di atas C’ oktaf. Maka keseluruhannya adalah berjarak 1200 sent atau 6 langkah. Dengan demikian, pada lagu Bulu Sihabuluan pernah mencapai wilayah nada satu oktaf atau tangga nada diatonik. Universitas Sumatera Utara 5 Frekuensi pemakaian nada-nada pada lagu Bulu Sihabuluan menggunakan nada A sebanyak 12 kali, nada F sebanyak 10 kali, nada D sebanyak 9 kali dan nada E sebanyak 8 kali, nada G sebanyak 5 kali, nada D’ sebanyak 4 kali, nada B sebanyak 4 kali, nada C’ sebanyak 2 kali. 6 Kadensa pada lagu Bulu Sihabuluan, metode penetapan kadens ini didasarkan pada perjalanan melodinya. Dan kadens pada lagu Bulu Sihabuluan merupakan kadens sempurna karena berakhir dengan nada D yang merupakan nada tonal. 7 Formula melodi yang digunakan pada lagu Bulu Sihabuluan berbentuk AB, umumnya diulang-ulang kembali melodinya tetapi dengan materi teks yang selalu baru. Meliputi bentuk A mulai dari birama pertama ketukan ke-4 sampai birama ke-5 ketukan ke 1, kemudian A’ mulai dari birama ke-5 ketukan ke-3 sampai birama ke-9 ketukan ke-1, kemudian bentuk B meliputi birama ke-9 ketukan ke-3 sampai birama 17 ketukan ke-1, kemudian B’ meliputi birama ke-17 ketukan ke-3 sampai birama ke-21. 8 Kontur yang digunakan umumnya adalah gerak ascending dan descending. Dapat dilihat dari grafik dibawah, grafik warna biru yang bergerak horizontal yang menandakan pergerakan melodi: Universitas Sumatera Utara 9 Setelah melihat progresi akord pada lagu Bulu Sihabuluan, arah gerak akor selalu mengikuti melodi dan mempunyai suatu pusat patokan yang teratur, kaidah harmoni yang selalu dipakai akor I yang kaidah harmoninya bebas bergerak ke akor lainnya, pergerakan akor I ke akor VI dapat dilihat dari bar 1, 2, 3 merupakan akor I ke bar 4 merupakan akor VI, pergerakan akor I ke akor VI dapat dilihat dari bar 8 merupakan akor I ke bar 9 merupakan akor IV, kemudian bar 12 merupakan akor I ke bar 13 merupakan akor IV, bar 17 merupakan akor I ke bar 18, 19, 20 merupakan akor IV. Pergerakan akor VI ke akor V dapat dilihat dari bar 4, 5 merupakan akor VI ke bar 6 merupakan akor V, maka dapat disimpulkan bahwa lagu tersebut memiliki susunan akord yang harmonis, karena tidak ditemukan adanya pelanggaran-pelanggaran terhadap kaidah-kaidah harmoni.

4.3.3 Tapasada ma rohanta