Situmorang dalam irama waltz dengan metrum ¾ yang pada musik klasik Barat, meter ¾ disebut sebagai irama waltz.
Pada era ini perubahan sosial yang fenomenal terjadi pada masa penjajahan, politik dan pergolakan perang dunia kedua, pendudukan Jepang di
Indonesia, masa kemerdekaan meliputi proklamasi kemerdekaan dan perang pasca proklamasi kemerdekaan dan juga didukung dari perubahan di sektor teknologi,
ekonomi, agama dan pendidikan, sehingga pada masa itu kebanyakan lagu-lagu populer Batak Toba bertemakan tentang persahabatan, pengorbanan, kesedihan,
nostalgia, kerinduan terhadap kampung halaman, keindahan alam, nasehat, percintaan, tanah air dan khususnya tentang perjuangan atau patriotism, seperti
yang dikemukakan Tambunan 1982:89 mengemukakan: Lagu-lagu ciptaan tersebut memiliki teks-teks yang akrab dengan keindahan dan kecintaan kepada
alam tanah Batak, lagu-lagu perjuangan, kerinduan kepada kampung halaman, kerinduan kepada keluarga terdekat, pergaulan hidup, kata-kata nasehat, filosofi,
ratapan andung-andung, sejarah marga, ungkapan kegembiraan, percintaan, keluh kesah dan lain-lain.
3.3.3.1 Keberadaan vokal grup dan grup band batak toba
Menurut Ricky Siregar ada dua istilah utama pengelompokan artis penyanyi Batak Toba, yakni penyanyi rekaman dan penyanyi hotel. Penyanyi
rekaman lebih memfokuskan khusus untuk rekaman dan nama mereka terkenal ditengah masyarakat berkat penjualan album-album rekamannya yang laku dan
sukses dipasarkan, sementara penyanyi hotel khusus menghibur di hotel-hotel,
Universitas Sumatera Utara
khususnya di hotel berbintang dan mendapat kontrak kerja diberbagai hotel-hotel berbintang nasional dan sering juga mendapat kontrak kerja diberbagai hotel
berbintang manca Negara. Seperti Tarombo VG sejak tahun 60-an yang beranggotakan Amir Siregar
alm, Ujung Pardede alm, Richard Damanik, Ricky Siregar dan pimpinan Tarombo VG Jan Sinambela alm pencipta lagu Dengke Jahir, mengisi hiburan
di Oasis Restaurant
187
Gambar Tarombo VG nama Tarombo VG jarang dikenal secara umum.
Prestasi Tarombo VG ternyata sangat luar biasa sebagai duta seni budaya Indonesia ke manca Negara dengan ciri khasnya yang selalu tampil dengan
seragam asesoris ulos Batak dan lagu utama adalah lagu-lagu Batak, satu lagi yang menjadi kebiasaan Tarombo VG adalah memberikan ulos Batak sebagai
187
Oasis Restaurant Jl Raden Saleh, Cikini Jakarta Pusat.
Universitas Sumatera Utara
souvenir atau kenang-kenangan kepada tamu terhormat dengan cara di ulos- kan.
188
Gambar Tarombo VG Pada Saat Menghibur B.J Habibie Presiden RI ke-3
Gambar Tarombo VG Pada Saat Menghibur Tri Sutriosno Wakil Presiden RI
188
Ulos adalah kain tenun kas Batak Toba. Seperti kebiasan pada tradisi Batak saat memberikan ulos dengan cara meletakkan ulos tersebut pada pundak yang akan diulosi.
Universitas Sumatera Utara
Gambar Tarombo VG Pada Saat Menghibur Nyonya Hartini Istri Presiden RI Soekarno
Dengan cirikhas utama inilah Tarombo VG merambah dunia, bertualang kemanca Negara atas permintaan atau undangan khusus dari para tamu manca
Negara yang pernah berkunjung ke Oasis Restaurant, maupun atas permintaan pemerintah dalam rangka promosi seni budaya dan pariwisata nusantara.
189
Gambar Tarombo VG Memberikan Ulos Batak Kepada George Benson.
189
Wawancara penulis dengan Bapak Ricky Siregar personil Tarombo Vokal Grup tanggal 16-04-2013.
Universitas Sumatera Utara
Sebelum bergabung di Tarombo VG, Ricky Siregar yang ahli memainkan gitar rythim, mandolin dan kombo, pernah bergabung di Maduma VG pimpinan
Ismail Hutajulu alm pencipta lagu Sibayo enggan, Tolopan Tanjung, Bonar Tindaon, Arifin Hutajulu dan Burhan Silaban alm sekitar awal tahun 1970-an.
Kemudian pernah juga bergabung di bawahbendera Batubara VG bersama Jack Marpaung Lasidos trio, Bernardo Rajagukguk VG Parisma 71, sampe
Simangunsong dan Parlaungan Sihombing alm, kemudian pernah bergabung di Silindung Star VG bersama Charly Sitompul alm, Sabar Manurung dan Robin
Simangunsong. Grup ini sempat mengisi acara hiburan di Mirama Hotel dan Majapahit Hotel serta di penghujung tahun 70-an di kontrak mengisi hiburan di
Bali Beach Hotel, dan juga pernah bergabung di bawahgrup Barito VG bersama Toman Sihombing alm, Jerry Tobing dan Boris Simanjuntak. Baru sejak tahun
1979 hingga 1996 Ricky Siregar bergabung dengan Tarombo VG.
190
Gambar Batubara VG Bersama Jack Marpaung
190
Wawancara penulis dengan Bapak Ricky Siregar personil Tarombo Vokal Grup tanggal 16-04-2013.
Universitas Sumatera Utara
Gambar Tarombo VG Dengan Nainggolan Sister
Pada era akhir tahun 1950 sampai 1970-an muncul Pardolok tolong melodi yang sudah rekaman pada tahun 1960-an di Jerman yang terdiri dari
pemuda-pemuda Batak Toba dipimpin oleh Marihot Hutabarat, kemudian Gordon Tobing dengan Sinondang Tapian Nauli, Parlin Hutagalung
191
Jan Sinambela adalah mantan personil Solu Bolon VG dan Nahum Band pimpinan Nahum Situmorang yang bermarkas di kota Medan. Kemudian setelah
hijrah ke Jakarta sekitar tahun 50-an, Jan Sinambela bergabung dengan Impola dengan Blue Band
dan oleh presiden Republik Indonesia pertama Bapak Sukarno mengganti nama band-nya menjadi Riama Band dengan alasan supaya memakai nama Batak Toba,
yang dulunya merupakan penyanyi langganan istana Negara, kemudian Pusaka Nada Band yang dipimpin oleh S.P Nainggolan.
191
Wawancara dengan Bapak P.Sitompul personil sitompul band tanggal 15-04-2013. “Setelah Parlin Hutagalung personil Riama Band menikah, masuklah sebagai band pengganti
saat itu band Sitompul tahun 1963”.
Universitas Sumatera Utara
VG pimpinan Gordon Tobing sebelum mendirikan Tarombo VG sekitar tahun 60- an dan mengisi acara hiburan di Oasis Restaurant.
192
Istilah vokal grup pada masyarakat Batak Toba lebih melekat kepada penyanyi hotel dan penyanyi penghibur di istana Negara dan juga sebagai media
tour seni budaya pemerintah keberbagai Negara, walaupun ada juga sebagian grup band seperti Nahum band yang dipimpin oleh Nahum Situmorang, Blue band atau
Riama Band yang dipimpin oleh Parlin Hutagalung, Band Sitompul yang dipimpin oleh Posma Sitompul, ada perbedaan dengan band seperti Band Panbers
panjaitan bersaudara mengeluarkan album tahun 1971, Grup band the Mercy’s mengeluarkan album tahun 1972 yang lebih fokus terhadap penjualan album dan
dimana lagu-lagu mereka sudah didominasi dengan teks yang menggunakan bahasa Indonesia.
3.3.3.2 Sejarah perkembangan trio pada musik populer batak toba