Hasil Pengujian Prasyarat Analisis

Setelah dilakukan uji hipotesis, maka diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran Pemecahan Masalah Kreatif dengan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran konvensional dengan taraf signifikansi 5. Hal itu dapat terlihat dari perolehan kemampuan komunikasi matematik siswa pada kedua kelas. Pada kelas eksperimen yang memperoleh nilai rata-rata post test siswa sebesar 62,88, median sebesar 64,58, dan modus sebesar 67,05. Sedangkan kemampuan komunikasi matematik pada kelas kontrol yang memperoleh nilai rata-rata post test siswa sebesar 54,74, median sebesar 53,00, dan modus sebesar 49,83. Berdasarkan perbedaan rata-rata kemampuan komunikasi matematik antara kedua kelas tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran Pemecahan Masalah Kreatif lebih tinggi daripada pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional.

D. Pembahasan

Pengaruh metode pembelajaran Pemecahan Masalah Kreatif PMK dapat dilihat dari perbedaan kemampuan komunikasi matematik siswa pada kelas eksperimen yang memperoleh nilai tertinggi 92 dan nilai terendah 33 serta nilai rata-rata post test siswa sebesar 62,88. Sedangkan kemampuan komunikasi matematik pada kelas kontrol yang memperoleh nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 27 serta nilai rata-rata post test siswa sebesar 54,74. Adanya kelas kontrol sebagai pembanding memperkuat bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran Pemecahan Masalah Kreatif lebih efektif. Hasil pengujian hipotesis diperoleh bahwa H ditolak dan H 1 diterima, artinya rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran Pemecahan Masalah Kreatif lebih tinggi daripada kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat pengaruh yang positif pada penerapan metode pembelajaran Pemecahan Masalah Kreatif terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa. Ada beberapa hal yang mungkin menyebabkan adanya perbedaan nilai rata-rata antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, penyebab- penyebab tersebut diantaranya:

1. Proses Pembelajaran di kelas

Tahapan-tahapan pada metode pembelajaran Pemecahan Masalah Kreatif PMK menjadikan siswa lebih aktif, kreatif, dan pembelajaran lebih bermakna. Siswa dapat mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri dalam memahami materi dan berani untuk mengungkapkan hasil diskusi saat pembelajaran berlangsung. Selain itu, tahapan-tahapan pada metode pembelajaran Pemecahan Masalah Kreatif juga dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan menyelesaikan soal matematika dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan sifat-sifat serta konsep keliling dan luas segi empat. Hal itu berimbas pada meningkatnya kemampuan komunikasi matematik. Beberapa hal yang menyebabkan kemampuan komunikasi matematik pada kelas eksperimen lebih tinggi. Hal yang paling utama adalah proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran tersebut diterapkan dengan menggunakan metode pembelajaran Pemecahan Masalah Kreatif. Metode pembelajaran ini terdiri dari lima tahap yaitu 1 penemuan fakta, 2 penemuan masalah, 3 penemuan gagasan, 4 penemuan solusi, dan 5 penemuan penerimaan. Selain itu, pada pembelajaran berlangsung siswa menggunakan LKS sebagai media belajar. Sebelum tahap-tahap metode PMK dilakukan, guru memberikan apersepsi mengenai pentingnya materi segi empat dalam matematika dan dalam kehidupan sehari-hari pada awal pertemuan di kelas eksperimen. Hal tersebut membuat siswa tertarik dan termotivasi untuk mempelajari segi empat. Namun, pada awal-awal penerapan pembelajaran dengan metode pembelajaran PMK masih belum optimal. Hal itu dapat terlihat pada gambar berikut :