Pada tiap langkah, diupayakan setiap siswa berhak berpendapat dan semua pendapat harus ditampung, kemudian dipilih bersama mana yang harus diterima.
Untuk pendapat yang tidak terpilih siswa harus menerima dan untuk pendapat yang terpilih siswanya harus menjelaskan pendapatnya sehingga pendapatnya
benar-benar dapat diterima oleh kelompoknya. Setelah semua langkah dilalui, guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran ke arah matematika
formal. 3
Tahap penutup Sebagai pemantapan materi, secara individual siswa mengerjakan quiz
yang ditampilkan dengan media pembelajaran dan guru memberikan poin bagi siswa yang mampu memecahkan permasalahan sebagai upaya memotivasi siswa
dalam mengerjakan soal-soal.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian relevan yang mendukung penelitian ini, antara lain: 1.
Penelitian yang dilakukan Jamil 2012 pada kelas X SMAN 3 Tangerang Selatan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran matematika menggunakan
metode pembelajaran Pemecahan Masalah Kreatif terhadap kemampuan koneksi matematik siswa SMA. Kesimpulan dari hasil penelitiannya adalah
kemampuan koneksi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran Pemecahan Masalah Kreatif lebih baik daripada siswa
yang menggunakan metode pembelajaran ekspositori. Penerapan metode pembelajaran Pemecahan Masalah Kreatif memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa.
17
2. Pujiadi 2008
yang mengambil siswa kelas X SMAN 1 Semarang untuk mengetahui pengaruh pembelajaran matematika menggunakan model
pembelajaran Pemecahan Masalah Kreatif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Kesimpulan dari hasil penelitiannya adalah
implementasi model pembelajaran CPS mempengaruhi aktifitas belajar siswa
17
Yuni Hastin Jamil, “Pengaruh metode Pemecahan Masalah Kreatif Terhadap Kemampuan Koneksi Matematik Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012, tidak
dipublikasikan.
terhadap prestasi belajar 74 dan kemampuan pemecahan masalah matematik 81,2. Rata-rata prestasi belajar siswa 82,51, rata-rata kemampuan pemecahan
masalah siswa kelas eksperimen 78,14, dan rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa kelas kontrol 42,42. Penelitian Pujiadi menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran pemecahan masalah kreatif terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa.
18
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran hendaknya mengajak siswa untuk berinteraksi dengan seluruh peserta belajar yang ada di dalam kelas. Interaksi ini harus berlangsung
secara berkesinambungan sehingga guru tidak terlalu mendominasi kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Ini akan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam mengomunikasikan ide atau gagasannya mengenai materi yang dibahas. Dalam pembelajaran perlu diberikan
soal-soal pemecahan masalah yang menurut siswa untuk mengomunikasikan ide- ide yang mereka miliki. Untuk itu kemampuan komunikasi harus dikembangkan,
karena kemampuan komunikasi yang baik dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang konsep matematika yang dipelajari.
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi antar berbagai komponen yang terlibat di dalamnya baik antar guru dengan siswa, siswa
dengan siswa atau siswa dengan lingkungan sebagai salah satu sumber belajarnya. Oleh karena itu dalam prakteknya dapat dilakukan dengan mengaitkan materi
yang dipelajari dengan lingkungan atau situasi nyata sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pembelajaran dengan kelompok juga membuat para
siswa memiliki kesempatan, dorongan, dukungan untuk berbicara, menulis, membaca dan mendengar dalam kelas. Dengan cara berdiskusi bersama siswa
berkomunikasi untuk belajar matematika dan belajar berkomunikasi secara matematika.
18
Pujiadi, Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Berbantuan CD Interaktif Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siswa SMA Kelas X, Tesis
Pascasarjana UNNES Semarang, 2008, http:lib.unnes.ac.id1679814101506001.pdf
.
Penggunaan pembelajaran Pemecahan Masalah Kreatif dapat membantu siswa mengkomunikasikan atau mendiskusikan pemikirannya dengan teman yang
saling membantu dan bertukar pikiran. Pembelajaran PMK digunakan untuk menjadikan siswa aktif dan lebih cepat mengkontruksi pengetahuannya secara
mandiri, sehingga siswa dapat lebih cepat memahami konsep matematika, sebagai tujuan utama belajar matematika.
Pada tahap menemukan fakta, siswa dilatih untuk dapat menemukan dan memahami informasidata dari suatu permasalahan yang telah disajikan.
Selanjutnya siswa memilih informasi paling penting yang berhubungan dengan konsep materi yang sedang dibahas. Dalam tahap ini, siswa dapat mendiskripsikan
sebuah ide dalam bentuk gambar dan siswa juga dapat membentuk model matematika dari informasi yang mereka temukan.
Pada tahap menemukan masalah, siswa menfokuskan masalah yang benar- benar ingin diselesaikan.siswa mencoba menjelaskan masalah yang mereka
temukan dengan meninjau berbagai aspek. Dalam tahap ini, kemampuan siswa dalam bernalar dapat berkembang.siswa dapat menuliskan masalah yang
ditemukan dengan mengidentifikasi masalah tersebut dengan gambar dan juga dapat mengubah masalah dengan model matematika.
Pada tahap menemukan gagasan, siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan gagasan-gagasan mereka yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah. Melalui tahap ini siswa dapat menyatakan gagasan mereka dalam bentuk gambar, diagram, dan grafik. Siswa dapat menjelaskan
gagasan-gagasan yang logis dengan bahasa mereka sendiri dengan cara menuliskan gagasan tersebut.
Pada tahap menemukan solusijawaban, siswa dilatih agar lebih selektif dalam memilih metode penyelesaian yang efektif. Siswa dapat saling
mengevaluasi dan menyeleksi berbagai gagasan tentang strategi penyelesaian masalah untuk mendapatkan solusi yang optimal. Melalui tahapan ini kemampuan
siswa dalam menyelesaikan permasalahan dengan alasan-alasan yang logis dapat berkembang.misalnya, siswa dapat menjawab masalah dengan gambar, suatu
persamaan, dan melakukan perhitungan dengan benar.
Siswa merencanakan
tindakan yang
dibutuhkan untuk
mengimplementasikan solusi yang telah disepakati. Pada tahap ini, siswa dapat mengorganisasikan penyelesaian masalah langkah demi langkah. Penyelesaiannya
dapat menggunakan gambar, diagram dan grafik. Siswa dapat juga membentuk model matematika dan melakukan perhitungan yang tepat, serta dapat
memberikan penjelasan yang masuk akal dan benar dengan bahasa mereka. Pada tiap tahap pembelajaran PMK siswa diberikan kesempatan untuk
menuliskan ide mereka dengan bahasa mereka sendiri. Kemudian setiap siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan ide-ide tersebut kepada kelompoknya.
Setelah setiap siswa dalam kelompok berdiskusi masalah ide-ide yang ditulis, terdapat ide-ide yang akan disepakati bersama. Siswa akan melakukan revisi dari
ide-ide yang mereka tulis. Menurut Goetz, untuk mengembangkan kemampuan komunikasi
matematik, dalam pembelajaran matematika harus menggunakan teknik curah pendapat, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan ide-ide
mereka sebelum menuliskannya, memberikan kesempatan kepada siswa untuk meggambarkan ide-ide kemudian mendiskripsikannya, memberi kesempatan
kepada siswa untuk merevisi dan membetulkan tulisan mereka, dan melakukan refleksi. Dalam metode Pemecahan Masalah Kreatif, hal-hal yang mendorong
siswa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematik mereka terpenuhi.
Metode Pemecahan Masalah Kreatif hakikatnya adalah melakukan operasi prosedural urutan tindakan, tahap demi tahap secara sistematis untuk memecahkan
masalah. Ciri dari metode PMK adalah menemukan fakta, menemukan masalah, menemukan gagasan, menemukan solusi, dan menemukan penerimaan serta
melaksanakan tindakan. Langkah-langkah tersebut memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan komunikasi matematik siswa, dimana siswa bisa
mengungkapkan ide-ide matematik yang dapat membantu siswa pada pemahaman konsep matematika. Proses untuk menemukan konsep matematika dilandasi dari
bahan ajar yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi kemampuan mereka.