dapat ditentukan dengan mengantisipasi semua kemungkinan dan akibat yang akan timbul kelemahan dan kelebihan jika jawaban terhadap masalah
dilaksanakan. Pada fase konvergen, dinilai kriteria mana yang paling sesuai untuk digunakan sebagai kriteria.
5 Menemukan Penerimaan
Tahap ini merupakan akhir dari proses pemecahan masalah kreatif. Pada penemuan penerimaan, siswa mengembangkan rencana tindakan yang dibutuhkan
untuk mengimplementasikan solusi. Penemuan solusi merupakan proses evaluative sebagai puncak pemecahan masalah.
Pada fase divergen, siswa mencatat semua langkah yang kemungkinan dilakukan untuk melaksanakan gagasan. Untuk keperluan tersebut, dapat
digunakan beberapa pertanyaan : apa saja yang harus dilakukan? Kapan harus dilakukan? Dimana dilakukan dan bagaimana melakukannya?.Pada fase
konvergen, siswa memilih langlah-langkah yang benar-benar diperlukan dan disusun menurut urutan yang tepat. Siswa juga menetapkan siapa yang akan
melakukannya, bilamana, dimana dan bagaimana. Hasil dari tahapan ini adalah suatu rencana pelaksanaan gagasan yang khusus dan terperinci sehingga mudah
untuk dilaksanakan. Tahapan tahapan Pemecahan Masalah secara Kreatif yang dikemukakan di
atas, dapat melatih siswa untuk mengkomunikasikan ide matematiknya, berpikir kritis untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, berpikir sistematis
dan logis sesuai datafakta yang tersedia serta dapat melatih siswa untuk saling berinteraksi satu sama lain. Menurut Pepkin PMK memiliki indikator sebagai
berikut :
16
1 Siswa mampu menyatakan urutan langkah-langkah pemecahan masalah
2 Siswa mampu menemukan kemungkinan-kemungkinan strategi pemecahan
masalah 3
Siswa mampu mengevaluasi dan menyeleksi kemungkinan-kemungkinan dengan kriteria-kriteria yang ada
16
Karen L.
Pepkin, Creative
Problem solving
in Math,
2000, p.
63 http:hti.math.uh.educurriculumunits20000200.02.04.pdf
4 Siswa mampu memilih suatu pilihan solusi yang optimal
5 Siswa mampu mengembangkan suatu rencana dalam mengimplementasikan
strategi pemecahan masalah 6
Siswa mampu mengartikulasikan bagaimana PMK dapat digunakan dalam berbagai bidang dan situasi.
Pada metode Pemecahan Masalah Kreatif PMK, ketika siswa dihadapkan dengan situasi pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan
masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Pemecahan Masalah Kreatif merupakan representasi dimensi-dimensi proses yang alami, bukan suatu
usaha yang dipaksakan. Metode PMK merupakan metode yang dinamis, siswa menjadi lebih terampil sebab siswa mempunyai prosedur internal yang lebih
tersusun dari awal. Dari penjelasan tentang metode Pemecahan Masalah Kreatif yang sudah
dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa metode Pemecahan Masalah Kreatif merupakan model memecahkan masalah dengan pengungkapan gagasan sebanyak
mungkin untuk dievalusi dan diseleksi dengan menggunakan kriteria agar diperoleh suatu solusi yang tepat. Metode PMK adalah proses mental untuk
menciptakan solusi dari suatu masalah. Secara oprasional metode PMK adalah metode pembelajaran dengan
setting diskusi kelompok kecil dimana setiap siswa dalam kelompoknya dituntut untuk menggunakan imajinasinya sehingga dia kreatif dalam menyelesaikan suatu
permasalahan. Penyelesaian permasalahan dapat dengan berbagai cara, dimana dalam pembelajaran ini siswa mengkomunikasikan argumen-argumen. Argumen-
argument tersebut akan ditanggapi sesama anggota kelompok dan dinilai bersama, sehingga tercapai sebuah jawaban yang maksimal. Tanggapan dan penilaian
dilakukan untuk mencapai sebuah kesepakatan bersama sehingga setiap anggota kelompok mempunyai pemahaman, pengertian, dan keyakinan terhadap apa yang
sedang dipelajari bersama.
b. Metode Pemecahan Masalah Kreatif Pada Pembelajaran Matematika
Pada pembelajaran matematika masih ditemukan banyak masalah, diantaranya terdapat siswa yang malu bertanya dan juga malu mengungkapkan
idenya kepada guru dan temannya. Terdapat siswa yang kurang mampu memahami soal yang diberikan, sehingga guru sering mengulang materi.Siswa
malas mengerjakan tugas, dikarenakan mereka menganggap matematika itu sulit. Masalah-masalah yang timbul dimungkinkan adanya pembelajaran yang
berlangsung kurang memotivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran matematika.
Belajar matematika yang sebenarnya tidak menerima begitu saja konsep yang sudah jadi, akan tetapi siswa harus memahami bagaimana dan darimana
konsep tersebut terbentuk melalui kegiatan mencoba dan menemukan, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya
berorientasi pada penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-harinya, untuk itu proses
pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan siswa bukan mengajar siswa.
Belajar berkonotasi pada aktivitas siswa atau individu, sedangkan aktivitas individu dapat dipengaruhi oleh kondisi emosional sehingga suasana
pembelajaran yang kondusif dalam keadaan nyaman dan menyenangkan sangat diperlukan. Dengan suasana yang kondusif maka akan muncul motivasi dan
kreativitas yang merupakan cikal bakal aktivitas belajar sehingga potensi siswa akan tumbuh dan berkembang secara optimal. Suasana belajar yang kondusif
dapat diciptakan dengan cara menghargai siswa secara layak dan tidak pernah menyepelekannya, selalu berwajah ramah, tatapan mata penuh kasih, tutur kata
lembut menyejukkan, senyum dan sesekali ada canda, menjaga citra diri yang positif, berbicara fokus, bersikap mengajak dan bukan memerintah, nada suara
rendah menyenangkan dan gerakan badan tidak dubuat-buat. Jika seorang guru dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika seperti ini, maka
diharapkan akan lenyap citra negatif dari pembelajaran matematika selama ini dan
proses pembelajaran yang bermakna akan terwujud dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Berikut sintaks metode Pemecahan Masalah Kreatif dalam pembelajaran matematika:
1 Tahap awal
Guru menanyakan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika, kemudian mengulas kembali materi sebelumnya yang dijadikan
prasyarat materi yang akan dipelajari siswa dan menjelaskan aturan main dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model Pemecahan Masalah
Kreatif PMK. Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2 Tahap inti
Siswa membentuk kelompok kecil untuk melakukan small discussion. Tiap kelompok terdiri atas 4-5 siswa yang dibentuk oleh guru dan bersifat
permanen. Tiap kelompok mendapat LKS yang berisi materi pembelajaran dan permasalahan untuk dibahas bersama dalam kelompoknya. Secara berkelompok
siswa memecahkan permasalahan yang terdapat dalam LKS sesuai dengan petunjuk yang tersedia di dalamnya. Siswa mendapat bimbingan dan arahan dari
guru dalam memecahkan masalah. Peranan guru dalam hal ini adalah menciptakan situasi yang dapat memudahkan munculnya pertanyaan dan mengarahkan
kegiatan brain storming dalam rangka menjawab pertanyaan atas dasar interes siswa penekanan dalam pendampingan siswa dalam menyelesaikan permasalahan
adalah sebagai berikut: a
Menemukan fakta Pada langkah ini, siswa membaca permasalahan yang telah disajikan oleh
guru. Dari permasalahan siswa mengumpulkan datainformasi, kemudian memilih informasi yang penting yang berhubungan dengan konsep dengan menuliskan
informasi tersebut dalam LKS. Masing-masing siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk mencocokkan informasi dan memilih informasi yang lebih
penting.
b Menemukan masalah
Pada langkah ini, diupayakan semua siswa dapat mengidentifikasi semua kemungkinan pernyataan masalah kemudian memilih apa yang paling penting
yang paling mendasari masalah. Untuk munculnya masalah yang akan dipecahkan siswa akan tertantang untuk menyelesaikannya. Siswa akan merencanakan
berbagai cara dan jawaban sebanyak-banyaknya. Guru hanya berperan untuk menfasilitasi siswa untuk mengontruksi pengetahuannya. Dari berbagai masalah
yang disiapkan oleh siswa kemudian masing-masing kelompok memilih masalah yang paling penting dengan memberikan kesempatan terdahulu kepada tiap
anggotanya untuk mengungkapkan jawaban yang mereka rencanakan. c
Menemukan gagasan Pada langkah menemukan gagasan, diupayakan siswa untuk menemukan
sejumlah idegagasan yang mungkin untuk memecahkan masalah. Siswa diberi kesempatan untuk mendiskripsikan ide kemudian menuliskan ide tersebut secara
langsung. Dari berbagai gagasan dipilih gagasan yang paling tepat untuk memecahkan permasalahan.
d Menemukan solusi
Dari gagasan-gagasan yang terpilih, setiap anggota kelompok berhak menjelskan gagasan-gagasan tersebut dengan cara menilainya dengan mengaitkan
hubungan-hubungan yang logis. Dari berbagai pendapat, kemudian kelompok menentukan solusi yang paling tepat untuk memecahkan permasalahan.
e Menemukan penerimaan
Pada langkah terakhir ini, setiap kelompok berusaha untuk memperoleh penerimaan
atas solusi
masalah, menyusun
rencana tindakan
dan mengimplementasikan solusi. Setelah rencana tersusun, masing-masing kelompok
mengutus perwakilan untuk mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas dengan menggunakan media sesuai dengan kreativitasnya. Masing-masing
kelompok berhak mendapatkan saran dan kritik dari kelompok lainnya. Melalui tahap ini siswa diberi kesempatan untuk merevisi dan membetulkan tulisan
mereka. Peran guru adalah mengamati presentasi dari tiap-tiap kelompok dan mengoreksi jika terjadi kesalahan.
Pada tiap langkah, diupayakan setiap siswa berhak berpendapat dan semua pendapat harus ditampung, kemudian dipilih bersama mana yang harus diterima.
Untuk pendapat yang tidak terpilih siswa harus menerima dan untuk pendapat yang terpilih siswanya harus menjelaskan pendapatnya sehingga pendapatnya
benar-benar dapat diterima oleh kelompoknya. Setelah semua langkah dilalui, guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran ke arah matematika
formal. 3
Tahap penutup Sebagai pemantapan materi, secara individual siswa mengerjakan quiz
yang ditampilkan dengan media pembelajaran dan guru memberikan poin bagi siswa yang mampu memecahkan permasalahan sebagai upaya memotivasi siswa
dalam mengerjakan soal-soal.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian relevan yang mendukung penelitian ini, antara lain: 1.
Penelitian yang dilakukan Jamil 2012 pada kelas X SMAN 3 Tangerang Selatan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran matematika menggunakan
metode pembelajaran Pemecahan Masalah Kreatif terhadap kemampuan koneksi matematik siswa SMA. Kesimpulan dari hasil penelitiannya adalah
kemampuan koneksi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran Pemecahan Masalah Kreatif lebih baik daripada siswa
yang menggunakan metode pembelajaran ekspositori. Penerapan metode pembelajaran Pemecahan Masalah Kreatif memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa.
17
2. Pujiadi 2008
yang mengambil siswa kelas X SMAN 1 Semarang untuk mengetahui pengaruh pembelajaran matematika menggunakan model
pembelajaran Pemecahan Masalah Kreatif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Kesimpulan dari hasil penelitiannya adalah
implementasi model pembelajaran CPS mempengaruhi aktifitas belajar siswa
17
Yuni Hastin Jamil, “Pengaruh metode Pemecahan Masalah Kreatif Terhadap Kemampuan Koneksi Matematik Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012, tidak
dipublikasikan.