Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Proyek pengembangan Pantai Utara Jakarta bukanlah gagasan baru yang lahir setelah diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995. Inti dari proyek ini sudah disinggung sewaktu Profesor Ir. H. Van Breen meninjau masalah banjir kota Jakarta ketika masih menyandang nama Batavia. 11 Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 telah memberikan kewenangan dan tanggung jawab kepada Gubernur DKI Jakarta untuk menyelenggarakan reklamasi kawasan Pantura Jakarta, yang ditindaklanjuti oleh Perda DKI No. 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Kawasan Pantura Jakarta. Sementara itu Perda DKI Jakarta No. 6 Tahun 1999 tentang RTRW Jakarta 2010 dan Pergub No. 121 Tahun 2012 juga ikut memberikan panduan kebijakan terhadap penyelenggaraan reklamasi Kawasan Pantura Jakarta. 12 Reklamasi pantai utara akan menimbun laut Teluk Jakarta seluas 2.700 ha. Batas wilayah reklamasi yaitu dari batas wilayah Tangerang sampai dengan Bekasi yang dibagi menjadi tiga kawasan yaitu zona barat west zone, zona tengah central zone, dan zona timur east zone dengan uraian sebagai berikut : 13 1. Zona Barat, termasuk daerah proyek Pantai Mutiara dan proyek Pantai Hijau di daerah Pluit serta wilayah Pelabuhan Muara Angke dan daerah proyek Pantai Indah Kapuk, dimana yang merupakan daerah reklamasi adalah daerah laut seluas kira-kira 1000 ha kira-kira 6,5 km x 1,5 km. 2. Zona Tengah, meliputi wilayah Muara Baru dan wilayah Sunda Kelapa, begitu pula daerah Kota, Ancol Barat dan Ancol Timur hingga pada batas daerah Pelabuhan Tanjung Priok, dimana yang merupakan daerah reklamasi adalah daerah laut seluas kira-kira 1400 ha kira-kira 8 km x 1,7 km. 3. Zona Timur, yang meliputi wilayah Pelabuhan Tanjung Priok ke Timur termasuk daerah Marunda dengan luas daerah laut yang akan direklamasi kurang lebih 300 ha kira-kira 3 km x 1 km. 11 A.R. Soehoed, Proyek PANTURA Transformasi dari Ibukota Propinsi ke Ibukota Negara : Persiapan-persiapan Bagi Proyek Multifungsi, Jakarta : Djambatan, 2004, h. 25 12 Badan Pelaksana Reklamasi Pantai Utara Jakarta, “Rencana Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta”, 2008, http:panturajakarta.blogspot.com 13 Anonim Undergraduated Institut Teknologi Sepuluh November ITS Surabaya, pdf. Gambar 1.1. Peta Pengembangan Kawasan TerbangunPeta Peruntukan Reklamasi Pantura Jakarta Dalam Pergub No. 121 Tahun 2012 tentang Penataan Ruang Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta, diungkapkan bahwa Sub-Kawasan Barat akan proyeksikan sebagai kawasan perumahan horizontal dan vertikal, kegiatan pariwisata dan kawasan perkantoran, perdagangan dan jasa secara terbatas, dalam hal kegiatan pariwisata pemerintah telah membangun Pelabuhan Muara Angke sebagai sarana transportasi massal untuk penyebrangan wisata menuju Kepulauan Seribu. Salah satu latar belakang pembangunan Pelabuhan Muara Angke adalah karena tingginya animo masyarakat maupun wisatawan yang ingin berkunjung ke Kepulauan Seribu, disamping itu pembangunan Pelabuhan Muara Angke ini juga merupakan solusi bagi pemenuhan kebutuhan wisata yang efektif dan efisien masyarakat urban. Pelabuhan Muara Angke dibangun sejak tahun 2004 dan memiliki luas 3,4 hektar, biaya untuk membangun pelabuhan ini menelan biaya sekitar Rp 130 miliar. Pelabuhan ini utamanya difungsikan untuk mempermudah akses masyarakat atau wisatawan yang ingin berkunjung ke Kepulauan Seribu. Menurut informasi narasumber sebelum dibangun menjadi pelabuhan, kawasan ini awalnya merupakan rawa dan tambak yang dikelola oleh sebagain warga sekitar, yang kemudian mengalami proses pembangunan dengan teknik pengerukan dan pengurukan sebidang lahan atau disebut juga reklamasi. 14 Dengan pembangunan pelabuhan ini meniscayakan terjadinya suatu dampak serta perubahan sosial- ekonomi masyarakat, proses perubahan sosial terjadi karena manusia adalah makhluk yang berpikir dan bekerja, manusia juga selalu mempertahankan kehidupannya serta memperbaiki nasibnya. 15 Disamping itu, perubahan sosial juga terjadi karena keinginan manusia untuk menyesuaikan diri dengan keadaan sekelilingnya yang terus berubah baik dalam aspek sosial-budaya maupun aspek ekologis. Dengan berubahnya kondisi fisik suatu wilayah yang diakibatkan oleh pembangunan, masyarakat berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang telah berubah baru, terutama dalam hal aktivitas sosial-ekonomi masyarakat, seperti penyesuaian antara pendapatan dengan pengeluaran rumah tangga, peralihan matapencaharian, serta strategi-strategi adaptasi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, begitu juga dengan penyesuaian sikap masyarakat terhadap kondisi lingkungan yang baru tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh dengan mengadakan penelitian mengenai perubahan sosial-ekonomi masyarakat di sekitar pelabuhan Muara Angke. Dengan demikian, maka penelitian ini diberi judul “Dampak Reklamasi Pantai Utara Jakarta Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Tinjauan Sosiologis Masyarakat di Sekitaran Pelabuhan Muara Angke, Kelurahan Pluit, Jakarta Utara ”.

B. Identifikasi Masalah

Jika diamati secara seksama, persoalan pemanfaatan sumber daya pesisir dan lautan selama ini tidak optimal dan berkelanjutan disebabkan oleh faktor- faktor kompleks yang saling terkait satu sama lain. Faktor-faktor tersebut dapat dikategorikan kedalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor- 14 Wawancara dengan pengolah ikan, Bapak Kapidun 80 Tahun, Sabtu 12 Juli 2014, Pukul 12.25 WIB, di halaman rumah. 15 Phill Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bandung: Bina Cipta, 1977, h. 188. faktor yang berkaitan dengan kondisi internal sumber daya masyarakat pesisir dan nelayan, seperti : 16 1. Rendahnya tingkat pemanfaatan sumber daya, teknologi dan manajemen usaha, 2. Pola usaha tradisional dan subsisten hanya cukup memenuhi kehidupan jangka pendek, 3. Keterbatasan kemampuan modal usaha, 4. Kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat pesisir dan nelayan. Sedangkan Faktor eksternal, yaitu : 17 1. Kebijakan pembangunan pesisir dan lautan yang lebih berorientasi pada produktivitas untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, bersifat sektoral, parsial dan kurang memihak nelayan tradisional, 2. Belum kondusifnya kebijakan ekonomi makro political economy, suku bunga yang masih tinggi serta belum adanya program kredit lunak yang diperuntukan bagi sektor kelautan. 3. Kerusakan ekosistem pesisir dan laut karena pencemaran dari wilayah darat, praktek penangkapan ikan dengan bahan kimia, eksploitasi dan perusakan terumbu karang, serta penggunaan peralatatan tangkap yang tidak ramah lingkungan, 4. Sistem hukum dan kelembagaan yang belum memadai disertai implementasinya yang lemah, dan birokrasi yang beretos kerja rendah serta sarat KKN, 5. Perilaku pengusaha yang hanya memburu keuntungan dengan mempertahankan sistem pemasaran yang mengutungkan pedagang perantara dan pengusaha, 16 Wahyuningsih Darajati Direktur Kelautan dan Perikan an, Bappenas, “Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu dan Berkelanjutan”, Makalah Sosialisasi Nasional MFCDP, 22 September 2004 17 Wahyuningsih Darajati Direktur Kelautan dan Perikanan, Bappenas, “Strategi Pengelolaan Wilayah Pesi sir dan Lautan Secara Terpadu dan Berkelanjutan” Makalah Sosialisasi Nasional MFCDP, 22 September 2004 6. Rendahnya kesadaran akan arti penting dan nilai strategis pengelolaan sumber daya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu bagi kemajuan dan kemakmuran bangsa. Dengan adanya pembangunan kawasan komersial jelas akan mendatangkan banyak keuntungan ekonomi bagi wilayah tersebut. Alasan utamanya adalah bahwa semakin banyak kawasan komersial yang dibangun maka akan menambah pendapatan asli daerah PAD, kawasan komersil dalam hal ini yaitu hasil dari reklamasi pantai. Reklamasi pantai telah memberikan keuntungan dan dapat membantu kota dalam rangka penyediaan lahan untuk berbagai keperluan pengembangan kawasan, penataan daerah pantai, pengembangan wisata bahari, dan lain-lain. Namun bagaimanapun juga reklamasi merupakan bentuk campur tangan intervensi manusia terhadap keseimbangan lingkungan alamiah pantai yang akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi dan sedimentasi pantai, dan berpotensi menimbulkan gangguan pada lingkungan. Tidak hanya itu, kehadiran reklamasi juga dapat berdampak pada aspek sosial masyarakat, khususnya untuk aspek-aspek sosial yang nyata, seperti kependudukan, tingkat pendidikan, mata pencaharian, pendapatan dan pengeluaran rumah tangga. Mata pencaharian sebagai petani tambak, nelayan dan buruh misalnya, dengan adanya reklamasi akan mempengaruhi hasil tangkapan dan berimbas pada penurunan pendapatan mereka.

C. Pembatasan Masalah

Ruang lingkup penelitian ini hanya difokuskan pada zona barat saja, yaitu perkampungan nelayan Muara Angke, lokasi ini merupakan salah satu wilayah yang merasakan dampak reklamasi Pantai Utara Jakarta, hasil reklamasi yang terlihat yaitu seperti reklamasi di bagian timur kawasan hunian mewah Pantai Mutiara, reklamasi di bagian barat Pantai Indah Kapuk serta dibangunnya pelabuhan Muara Angke sebagai akses penyebrangan masyarakat umum, karena di pelabuhan sebelumnya yang sebenarnya merupakan pelabuhan nelayan intensitasnya sudah terlalu padat. Kehadiran reklamasi ini niscaya berpengaruh terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat Muara Angke. Kondisi masyarakat di kawasan perkampungan nelayan Muara Angke tidak jauh berbeda dengan kondisi masyarakat pesisir lainnya dimana kebanyakan masyarakat berprofesi sebagai nelayan dan pelaku usaha perikanan lainnya seperti pedagang dan pengolah hasil laut. Sebagian besar nelayan yang ada di Muara Angke merupakan pendatang dari luar wilayah DKI Jakarta seperti dari Indramayu, Cirebon, Serang dan Tegal. Demikian pula para pedagang ikan dan kerang merupakan pendatang yang umumnya sudah berdagang di Muara Angke lebih dari lima tahun. Permasalahan disini akan difokuskan pada aspek perubahan sosial- ekonomi masyarakat pesisir akibat pembangunan pelabuhan Muara Angke yang merupakan salah satu bagian dari kebijakan reklamasi Pantai Utara Jakarta, dampak sosial-ekonomi mulai muncul ketika terdapat aktivitas : proyek, program atau kebijaksanaan yang akan diterapkan pada suatu masyarakat. Bentuk intervensi ini mempengaruhi keseimbangan pada suatu sistem masyarakat. Pengaruh yang ditimbulkan bisa bersifat positif, ataupun negatif. Perubahan yang dimaksud adalah beralihnya keadaan sosial-ekonomi masyarakat ketika sebelum adanya reklamasi hingga setelah reklamasi. Kemudian yang dimaksud dengan masyarakat pada penelitian ini adalah masyarakat pesisir yang mencari nafkah di sekitar wilayah penelitian, antara lain nelayan, pedagang dan pengolah ikan, pedagang dan pengolah kerang, dan mata pencaharian non perikanan. Sedangkan, aspek sosial-ekonomi difokuskan pada aspek-aspek yang dapat diukur tangible, seperti pengalaman usaha, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, kondisi dan fasilitas perumahan, mata pencaharian, pendapatan rumah tangga dan pengeluaran rumah tangga.

D. Rumusan Masalah

Reklamasi yang tidak memperhatikan pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantai dapat mengakibatkan degradasi lingkungan pesisir, hal ini sangat berpengaruh terhadap hilangnya potensi sumber daya hayati pesisir terutama beberapa biota laut yang selama ini dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, begitu juga pada aspek sosial-ekonomi masyarakat, bagi mereka yang tidak memiliki keterampilan selain melaut, mereka tidak memiliki alternatif usaha lain selain menjadi buruh nelayan, dengan adanya reklamasi akan mempengaruhi hasil tangkapan dan berimbas pada penurunan pendapatan mereka. Oleh karena itu, perlu suatu perencanaan pembangunan yang terpadu, yang tidak hanya berorientasi pada aspek lingkungan saja tetapi juga aspek sosial-ekonomi masyarakat, sehingga dampak sosial-ekonomi masyarakat juga dapat diprediksi dan diantisipasi oleh pemerintah selaku pengampu kebijakan. Dengan demikian maka muncul rumusan masalah, Bagaimanakah dampak pembangunan pelabuhan Muara Angke terhadap perubahan sosial-ekonomi masyarakat perkampungan nelayan Muara Angke ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perubahan sosial-ekonomi masyarakat perkampungan nelayan Muara Angke akibat pembangunan pelabuhan Muara Angke.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Dalam hal ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan dan pengetahuan, baik bagi para pembacanya maupun bagi