Sarana dan Prasarana Keadaan Umum Pelabuhan Muara Angke

Tabel 4.8. menggambarkan bahwa sebagian responden berada pada usia produktif dan sampai pada waktu penelitian dilakukan mereka masih bekerja. Hanya sebagian kecil saja yang sudah dapat dikatakan tidak lagi muda atau tidak produktif, selengkapnya ada pada Lampiran 1.

2. Jumlah Tanggungan Keluarga

Masyarakat pesisir yang menjadi responden penelitian ini memiliki jumlah anggota keluarga yang bervariasi. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga menentukan seberapa besar pengeluaran dalam suatu rumah tangga. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki responden adalah 5 orang. Jumlah tanggungan keluarga terbesar adalah 8 orang, terdapat pada 2 responden 16,66, bahkan ada salah satu responden yang memiliki dua rumah tangga, yang di rumah dan yang di kampung. Sedangkan jumlah tanggungan keluarga terkecil adalah 4 orang, yang memiliki anggota keluarga terkecil ini sebanyak 5 responden 41,66. Lampiran 1.

3. Pengalaman Usaha

Pengalaman usaha responden cukup bervariasi, hingga waktu penelitian ada responden yang telah menekuni pekerjaannya hingga puluhan tahun, ada yang baru beberapa tahun, dan ada juga yang baru berjalan 4 bulan, yang diakibatkan karena peralihan mata pencaharian. Responden yang memiliki pengalaman usaha terlama adalah 30 tahun, bernama Bapak Kapidun yang telah menekuni pekerjaannya sebagai pengolah limbah ikan semenjak belum ada pemukiman penduduk di Muara Angke. Sedangkan, pengalaman usaha terendah yaitu selama kurang dari 1 tahun 4 bulan, bernama Bapak Supendi yang beralih profesi menjadi petugas keamanan setelah sebelumnya menjadi penjaga WC umum, selain sebagai berprofesi petugas keamanan Bapak Supendi juga memiliki warung kelontong dekat Pelabuhan yang sudah berjualan semenjak Pelabuhan Muara Angke baru diresmikan. Lampiran 1

4. Riwayat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden pada penelitian ini cukup tinggi, yang dilihat dari banyaknya responden menamatkan riwayat pendidikannya hingga SLTA. Hal ini dimungkinkan karena penetapan responden tidak secara random melainkan secara purposive sampling, yang diambil berdasarkan rekomendasi informan dan pertimbangan representatif masing-masing matapencaharian. Sebagian besar responden yang menamatkan riwayat pendidikannya hingga SLTA ini berada pada kelompok umur di bawah 40 tahun, atau dengan kata lain masih dalam usia muda atau produktif. Posisi terbanyak pertama berada pada tingkat pendidikan SLTA, yaitu berjumlah 4 orang 33,33. Terbanyak kedua berada pada tingkat tamat SD, yaitu sebanyak 3 orang 25, tidak tamat SD dan tamat SLTP masing- masing sebanyak 2 orang 16,66, kemudian 1 orang 8,33 yang berada pada posisi terendah, yaitu pada tingkat tidak sekolah. Tabel 4.9. Tingkat Pendidikan Responden Tahun 2014 No Tingkat Pendidikan Jumlah Orang Presentase 1 Tidak Sekolah 1 8,33 2 Tidak Tamat SD 2 16,66 3 Tamat SD 3 25 4 Tamat SLTP 2 16,66 5 Tamat SLTA 4 33,33 Jumlah 12 100,00 Sumber : Data Primer diolah 2014

5. Kondisi dan Fasilitas Perumahan

a. Kondisi Perumahan

Selain sandang dan pangan, tempat tinggal juga merupakan salah satu bagian dari kebutuhan primer masyarakat. Kondisi tempat tinggal atau perumahan memberikan gambaran mengenai tingkat kesejahteraan keluarga. Perumahan yang ideal adalah tempat tinggal yang memenuhi persyaratan kesehatan dan lokasinya mudah untuk menjangkau beberapa fasilitas seperti fasilitas kesehatan, pendidikan, dan pasar. Kondisi perumahan responden pada penelitian ini mayoritas berada dalam kategori semi permanen yang berjumlah 6 rumah 50. Hal ini terlihat dari perumahan responden yang belum seluruhnya memenuhi kriteria perumahan permanen menurut Badan Pusat Statistik pada SUSENAS 2003. Kriteria atap rumah, mayoritas rumah responden masih menggunakan asbes, yaitu sebanyak 10 rumah 83,33 dan hanya 2 rumah 16,66 saja yang atapnya sudah menggunakan genting. Bilik rumah responden yang sudah menggunakan tembok sebanyak 7 rumah 58,33, setengah tembok 1 rumah 8,33, dan masih banyak perumahan responden yang masih menggunakan kayu sebagai bilik rumahnya, yaitu sebanyak 4 rumah 33,33. Status kepemilikan perumahan responden, yaitu sebanyak 8 keluarga 53,33 sudah milik sendiri, dan 4 keluarga 33,33 masih berstatus sewa. Bahan lantai yang digunakan keluarga responden juga bervariasi, sebanyak 6 rumah 50 sudah menggunakan ubin, 2 rumah 16,66 menggunakan lantai plester, dan 4 rumah 33,33 masih menggunakan kayu sebagai lantai rumahnya. Luas perumahan responden terdiri dari 5 rumah 41,66 tergololong berlantai sedang dan 7 rumah 58,33 tergolong memiliki lantai rumah yang sempit Lampiran 2. Hasil penjumlahan kelima elemen keadaan perumahan di atas, diperoleh nilai antara 5-9 sebanyak 2 keluarga 16,66 dengan kategori