Pengeluaran Non Pangan Perubahan Pengeluaran Rumah Tangga

Sumber : Data Primer diolah 2014 Tampak bahwa sesudah pembangunan pelabuhan muara angke, pendapatan rumah tangga responden berada di bawah pengeluaran rumah tangga. Diantara responden mengakui akan ketimpangan ini dan menyatakan bahwa untuk mengatasi hal tersebut, sebagian responden seperti kelompok nelayan, pengolah dan pedagang ikan dan non perikanan terpaksa berhutang pada warung, tetangga, dan bahkan juragan mereka. Pembayaran hutang diakui responden akan dilakukan setelah mereka memiliki rezeki atau bahkan terkadang melalui potongan imbalan juragan mereka. Realitas ini merupakan salah satu karakteristik utama masyarakat pesisir yang dikenal dengan istilah patron klien, yaitu hubungan antara dua orang yang sebagian besar melibatkan persahabatan instrumental, dimana seseorang yang kedudukan sosialnya patron lebih tinggi menggunakan pengaruh dan sumber daya yang dimilikinya untuk memberikan perlindungan atau keuntungan, atau keduanya kepada orang yang kedudukannya client lebih rendah. 69 Pola hubungan seperti ini memiliki ciri khusus yaitu adanya ketimpangan dalam pertukaran. Ketimpangan tersebut terjadi karena juragan berada pada posisi yang lebih kuat dan kaya dari pandeganya. 70

F. Sikap Masyarakat Mengenai Dampak Pelabuhan Muara Angke

Dalam menanggapi pembangunan pelabuhan yang telah berdiri selama hampir sepuluh tahun ini, masyarakat memiliki sikap yang menunjukkan adanya optimisme terhadap pembangunan pelabuhan muara angke. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan sikap masyarakat yang diolah dengan Skala Likert Lampiran 5, yaitu 10 orang 83,33 setuju dan 2 orang 16,66 sangat setuju terhadap pembangunan pelabuhan Muara Angke Tabel 4.18, hal ini dimungkinkan karena kehadiran pelabuhan Muara Angke tidak menganggu kegiatan usaha mereka, di samping itu sebagian besar responden juga belum mengetahui kepastian rencana reklamasi Pantai Utara Jakarta, dengan kata lain belum ada sosialisasi oleh pihak terkait bahwa lokasi mereka termasuk dalam peta rencana reklamasi Pantai Utara Jakarta. Oleh karena itu, terlepas dari sikap optimis responden terhadap pembangunan pelabuhan tersebut, mereka juga khawatir jika sewaktu-waktu penggusuran terjadi di lahan yang mereka tempati, karena lahan yang selama ini mereka tempati adalah lahan milik pemerintah. Seperti yang diutarakan oleh salah satu responden berikut : “Wilayah ini dahulunya rawa-rawa yang kurang terurus, terus dijadikan tambak- tambak ikan oleh masyarakat pendatang yang mulai membangun pemukiman disini dengan menguruk rawa-rawa, tapi pas udah ramai pemukiman tiba-tiba wilayah yang kami tempati ini diklaim milik pemerintah”. 71 69 Kusnadi, Nelayan : Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial, Bandung : Humaniora Utama Press, 2000, h. 18 70 Syamsir Salam, Amir Fadilah, Sosiologi Pedesaan, Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 212 71 Wawancara dengan petugas keamanan, Bapak Supendi 36 Tahun, Sabtu 12 Juli 2014, Pukul 14.15 WIB, di dalam rumah.