2.1.2 Pengertian AIDS
Acquired Immune Deficiency Syndrome AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV. Penderita infeksi HIV
dinyatakan sebagai penderita AIDS ketika menunjukan gejala atau penyakit tertentu yang merupakan akibat penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan
virus HIV atau tes darah yang menunjukan jumlah CD4 200mm
3
Depkes, 2006. Berdasarkan pedoman terapi ARV tahun 2011, ODHA tanpa gejala
klinis stadium klinis 1 dan belum pernah mendapatkan ARV dianjurkan mulai menjalani tera
py ARV bila jumlah CD4 ≤ 350 selmm
3
. Orang dengan HIV akan mengalami fase dimana tidak ada gejala
penyakit dan penderita tampak sehat sehingga dapat melakukan aktivitas fisik secara normal namun dapat menularkan virus kepada orang lain. Fase ini
disebut fase asimtomatik. Setelah melalui fase tanpa gejala, memasuki fase simtomatik, akan timbul gejala- gejala pendahuluan seperti demam,
pembesaran kelenjar limfa, yang kemudian diikuti oleh infeksi oportunistik. Dengan adanya infeksi oportunistik maka perjalanan penyakit telah memasuki
stadium AIDS. Fase simtomatik ini rata- rata berlangsung selama 1,3 tahun yang berakhir dengan kematian Kemenkes, 2011.
Sampai saat ini masih belum ditemukan obat untuk menyembuhkan penyakit HIV. Namun sudah ditemukan obat yang dapat menghambat
perkembangbiakan HIV. Pengobatan ARV ini terbukti bermanfaat memperbaiki kualitas hidup, menjadikan infeksi oportunistik menjadi lebih
jarang ditemukan dan lebih mudah diatasi sehingga menekan morbiditas dan mortalitas dini Depkes, 2006.
2.2 HIV-AIDS pada Anak
Kasus AIDS pada anak pertama kali dilaporkan ke Center for Disease Control and Prevention CDC pada tahun 1982. Dilaporkan hampir 9.000 anak
dengan usia di bawah 13 tahun menderita AIDS dan 5.000 anak kurang dari 15 tahun meninggal karena AIDS. Sebesar 91 kasus AIDS pada anak disebabkan
oleh perinatal transmission dan hampir menjadi penyebab terjadinya kasus baru HIV pada anak King, dkk, 2004. Presentase penularan HIV dari ibu ke bayi
cukup besar yaitu 25 – 45. Selama masa kehamilan, persalinan dan pemberian
ASI sampai 24 bulan memiliki resiko penularan HIV sebesar 30 – 45
Hasnawaty, 2011. Terdapat perbedaan perjalanan penyakit HIV pada anak dan orang
dewasa. Anak dengan HIV memiliki progresivitas penyakit HIV lebih cepat dibandingkan orang dewasa, anak juga memiliki jumlah virus lebih banyak
dibandingkan dengan orang dewasa, infeksi oporunistik juga sering muncul sebagai penyakit primer dengan perjalanan penyakit yang lebih agresif karena
berkurangnya sistem imunitas tubuh Saloojee Violari, 2001. Pada anak HIV, lazim ditemukan abnormalitas metabolisme dan
pertumbuhan. Sejumlah penelitian yang dilakukan pada anak-anak di Amerika dan Afrika menunjukan bahwa, pertumbuhan yang buruk menjadi indikator
perkembangan penyakit dan menjadi faktor resiko terjadinya kematian. Sehingga
penting bagi anak HIV untuk mempertahankan kondisi tubuh mereka dari keparahan penyakit dengan mengonsumsi zat gizi penting Arpadi, 2005.
2.3 Gizi Anak
Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis
ketika masih berstatus bayi. Di tahun pertama kehidupan, panjang bayi bertambah 50, tetapi tidak berlipat setelah usia bertambah sampai 4 tahun Arisman, 2009.
Kondisi yang khas dan permasalahan pada anak usia 3-5 tahun adalah anak mulai ingin mandiri. Dalam hal makanan pun anak usia ini bersifat sebagai
konsumen aktif. Artinya, mereka dapat memilih dan menentukan sendiri makanan yang ingin dikonsumsi. Pada usia ini kerap terjadi anak menolak makanan
yangtidak disukai dan hanya mau mengonsumsi makanan favoritnya. Aktivitas bermain juga kadang membuat anak menunda waktu makan. Jika orang tua tidak
memperhatikan, bisa saja anak baru minta makan menjelang waktu tidur saat ia telah lelah beraktivitas seharian dan baru merasa lapar. Padahal, usia balita cukup
rawan karena pertumbuhan dan perkembangan diusia ini akan menentukan perkembangan fisik dan mental anak diusia remaja dan ketika dewasa Kurniasih,
2010. Arisman 2009 menambahkan, perkembangan mental anak dapat dilihat dari kemampua
nnya mengatakan “tidak” terhadap makanan yang ditawarkan. Pada banyak penelitian dilaporkan bahwa pada usia ini anak hanya mau makan
satu jenis makanan selama berminggu-minggu.