Sikap Orang tua Pengasuh terhadap Pemberian Makanan Begizi
melakukan hal itu. Orang penting yang memiliki pengaruh tersebut bisa pasangan, sahabat, dokter, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara, orang tuapengasuh merasa dokter memiliki pengaruh yang besar terhadap perlaku pemberian makanan bergizi pada anak. Dalam
penelitian ini, dokter berperan memberikan informasi mengenai makanan bergizi dan memberikan sukungan agar orang tua memberikan anaknya makanan bergizi. Dokter
memiliki pengaruh dalam memberikan pemahaman akan baik dan buruk, atau sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Merujuk pada etik kedokteran UU No.29
tahun 2004, beberapa peran dokter adalah sebagai pendidik yakini memberikan promosi pendidikan kepada masyarakat baik individu, keluarga, maupun masyarakat.
Sebagai pengembang teknologi, dokter dituntut untuk memiliki kreatifitas dan inisiatif untuk menemukan dan memecahkan masalah yang sedang dihadapi pasien sesuai
dengan pengetahuan dan kemampuannya. Serta sebagai pengabdi masyarakat, dokter dituntut memiliki kesediaan untuk memberikan pertolongan Sudarma, 2009. Oleh
karena itu dalam penelitian ini, dokter bisa dikatakan sebagai kekuatan sosial yang mempengaruhi orang tua pengasuh agar memberikan anak mereka makanan bergizi,
dimana orang tuapengasuh akan menuruti permintaan dari dokter karena informan menganggap dokter sebagai orang ahli.
Selain dokter, pengurus LSM yayasan memiliki pengaruh dalam memberikan pengetahuan kepada orang tuapengasuh anak terinfeksi HIV melalui kegiatan
penyuluhan dan pendampingan yang dilakukan LSMyayasan. Sedikit berbeda dengan dokter, pengetahuan yang diberikan LSMyayasan lebih kepada pengetahuan mengenai
penyakit HIV, belum ada pengetahuan yang mendalam mengenai kebutuhan gizi anak
HIV. Pendampingan yang dilakukan pengurus yayasan juga masih sebatas membantu orang tuapengasuh mengurus administrasi pengobatan di rumah sakit. Diakui oleh
informan F sebagai pengurus dari Yayasan Tegak Tegar, bahwa yayasan belum pernah melakukan penyuluhan mengenai kebutuhan gizi anak HIV yang berbeda dari anak
yang tidak terinfeksi. LSM dan orgnaisasilembaga non pemerintah memainkan peran paling penting
dalam penanggulangan HIVAIDS di Indonesia. Karena dapat menjangkau orang-orang dan kelompok dengan kebutuhan khusus seperti, kelompok remaja, agama, wanita,
profesi, ODHA yang biasa sulit terjangkau oleh pemerintah. Kegiatan yang dilakukan LSM meliputi penyuluhan, pelatihan, pendampingan ODHA, pemerian dukungan dan
konseling KPAN, 2003. Keberadaan teman sebaya ini mempengaruhi terbentuknya keyakinan orang
tuapengasuh dalam memenuhi kebutuhan gizi anak HIV. Teman sebaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sesama orang tuapengasuh yang memiliki anak terinfeksi
HIV. Salah satu program kerja Yayasan Tegak Tegar adalah pertemuan rutin bulanan. Pertemuan ini dijadikan sebagai wadah ODHA untuk bertukar cerita, pengalaman, saran
dan motivasi. Tidak hanya itu, teman sebaya secara tidak langsung mempengaruhi perilaku orang tuapengasuh dalam memberikan makanan yang bergizi pada anak.
Kondisi kesehatan anak terinfeksi HIV yang lebih baik atau lebih buruk dari anak yang informan asuh memotivasi informan agar dapat memberikan makanan yang bergizi pada
anak mereka. Selain itu, dengan adanya teman sebaya membuat orang tuapengasuh merasa tidak sendirian atau bukan hanya mereka yang harus merawat anak terinfeksi
HIV. Menurut KPAN 2003, peran sesama ODHA antara lain melaksanakan
penyuluhan melalui kelompok sebaya dan kegiatan pendampingan. Hal ini guna mengurangi stigma dan diskriminasi dan bentuk peran aktif ODHA menanggulangi
HIV-AIDS. Selain normative belief, motivasi orang tua untuk mengikuti pemikiran orang lain
yang mereka anggap penting juga mempengaruhi norma subjektif orang tuapengasuh agar dapat memberikan makanan yang bergizi pada anak. Semua informan memiliki
tanggapan positif terhadap saran yang diberikan orang lain mengenai pemberian makanan bergizi. Dengan adanya saran dari orang lain, selain memberikan pengetahuan
atau informasi baru juga memotivasi mereka agar dapat memberikan makanan yang bergizi pada anak. Seperti informan A yang sangat termotivasi saran dokter sehingga
bersemangat dalam memberikan makanan yang bergizi pada anak. Begitu juga informan E, meskipun merasa tidak pernah mendapatkan saran dan dukungan dokter agar dapat
memberikan makanan bergizi pada anak, namun pujian dokter terhadap status kesehatan anak memberikan semangat kepada orang tua agar dapat memberikan makanan bergizi
pada anaknya. Sedangkan informan lainnya merasa akan lebih baik jika mengikuti saran yang diberikan dokter mengenai makanan yang dianjurkan untuk diberikan
kepada anak. Berdasarkan normatif belief dan motivational to comply yang dimiliki orang tua
yang telah dipaparkan sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa orang tuapengasuh anak terinfeksi HIV di Yayasan Tegak Tegar Wilayah Jakarta Timur memiliki norma
subjektif yang positif untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mereka. Anak informan B dan informan D memiliki asupan makanan yang kurang. Pada
wawancara mendalam mengenai norma subjektif ini, informan B dan informan D hanya