menyarankan penambahan asupan beberapa vitamin untuk meningkatkan imunitas, seperti vitamin B kompleks, vitamin C dan E. Menurut Almatsier
2004, syarat diet HIV-AIDS membutuhkan vitamin dan mineral tinggi yaitu 1 ½ kali 150 Angka Kecukupan Gizi AKG, terutama vitamin A, B
12
, C, E, folat, kalsium, magnesium, seng dan selenium.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pemenuhan asupan gizi dapat membantu anak terinfeksi HIV dengan status gizi kurang dalam
penyembuhan dari diare akut Arpadi, 2005. Menurut Arpadi 2011 , asupan gizi yang baik merupakan kunci dari
gaya hidup yang sehat untuk anak dengan HIVAIDS. Asupan gizi yang optimal akan membantu mendorong fungsi imunitas, memaksimalkan terapi
Antiretroviral mengurangi resiko terkena penyakit kronis, serta membantu untuk mewujudkan kualitas hidup yang lebih baik Jama, 2010.
2.4.2 Masalah Gizi pada Anak HIV
Menurut Arpadi 2005, abnormalitas pada pertumbuhan dan metabolisme sangat lazim terjadi pada anak yang terinveksi HIV. Lambatnya
pertumbuhan adalah manifestasi awal dari infeksi HIV pada anak yang akan mempengaruhi kelangsungan hidup anak dengan HIV tersebut.
Terlambatnya pertumbuhan dan berkurangnya massa lemak bebas sangat signifikan mempengaruhhi kelangsungan hidup. Kegagalan atau
terlambatnya pertumbuhan pada anak HIV seringkali disebabkan oleh penyakit dan keadaan sekuder yang menyertai infeksi HIV. Penyebab
sekunder dari infeksi HIV adalah asupan makan yang tidak mencukupi, diare, dan anemia. Penyebab sekunder dari gagalnya pertumbuhan ini sebenarnya
dapat dicegah, dibalik atau dikembalikan, serta didiubah atau dibatasi namun memang rumit.
Infeksi gastrointestinal adalah hal yang biasa terjadi pada anak yang menderita
kurang gizi
dan keterlambatan
pertumbuhan. Infeksi
gastrointestinal ini juga sangat berperan menyebabkan lambatnya pertumbuhan pada anak HIV. Anak yang terinfeksi HIV terlihat sangat mudah
diserang atau rentan terhadap penyakit diare Arpadi, 2005.
2.5 Pengaruh Orang Tua Pengasuh Terhadap Asupan Gizi Anak
Menurut Almatsier 2011, salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan makan pada anak adalah pengaruh orang tua, pengasuh dan saudara. Ketiganya
dapat mempengaruhi ketersediaan makan, pengetahuan gizi, kandungan zat gizi makanan yang ditawarkan, gaya dan kecepatan makan, harapan dan
modeljumlah makanan yang hendak dimakan, dan penggunaan makanan yang tidak bergizi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fatimah 2008, disimpulkan bahwa faktor yang memiliki kontribusi terhadap gizi kurang pada anak adalah
riwayat penyakit infeksi, tingkat pengetahuan ibu yang kurang dan tingkat sosial ekonomi yang rendah, dan asupan zat gizi yang kurang. Pengetahuan orang tua
terutama terhadap gizi sangat berpengaruh terhadap tingkat kecukupan gizi yang diperoleh anak. Hal ini bekaitan dengan kandungan makanan, cara pengolahan
makanan, kebersihan makanan dan lain-lain. Orang tua perlu memahami pengetahuan tentang zat-zat yang dikandung dalam makanan, cara mengolah
makanan, menjaga kebersihan makanan, waktu pemberian makan dan lain-lain sehingga pengetahuan yang baik akan membantu ibu atau orang tua dalam
menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Novita 2011 bahwa status gizi anak merupakan peran nyata orang
tua dalam memberikan asupan yang seimbang dan berkualitas. Dalam penelitian Fatimah 2008 diketahui bahwa anak yang menderita
gizi kurang memiliki riwayat penyakit infeksi. Asupan nutrisi yang rendah dan terdapatnya penyakit infeksi pada anak pada peneitian Fatimah didominasi oleh
rendahnya kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan yang memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan kesehatan. Padahal menurut Kurniasih 2011,
untuk mengatasi masalah gizi pada anak, orang tua disarankan memperkenalkan beraneka ragam makanan sejak dini kepada anak. Orang tua juga dianjurkan
untuk mencukupi kebutuhan akan camilan sehat di rumah. Selain sehat, makanan dari rumah juga terjamin lebih sehat dan aman.
2.6 Perilaku Manusia
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang amat luas antara lain; berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat dimati oleh pihak luar Notoatmodjo, 2007. Menurut Skiner 1983 dalam Notoatmodjo 2007,
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar.
Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons. Terdapat dua faktor
yang yang mempengaruhi masing-masing orang dalam memberikan respon terhadap suatu stimulus yakin, faktor internal dimana karakteristik orang yang
bersangkutan yang bersifat bawaan seperti jenis kelamin, tingkat kecerdasan, tingkat emosional, dan sebagainya. Faktor lainnya adalah faktor eksternal yakni
lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang
mewarnai perilaku seseorang Notoatmodjo, 2007.
2.7 Teori Perilaku
Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor
penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena merupakan resultan dari berbagai faktor internal maupun eksternal lingkungan. Perilaku
manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya
Notoatmodjo, 2007. Teori adalah seperangkat pernyataan atau prinsip yang dirancang untuk
menjelaskan sekelompok fakta atau fenomena, terutama yang telah berulang kali