Niat Orang tua Pengasuh terhadap Pemberian Makanan bergizi

Tegar Jakarta Timur memiliki perilaku yang baik dalam memberikan makanan untuk memenuhi asupan gizi anak terinfeksi HIV. Perilaku pemenuhan kebutuhan gizi adalah suatu kegiatan atau aktifitas seseorang yang dilakukan dalam kaitannya pemenuhan kebutuhan makanan agar memenuhi kebutuhan gizi bagi tubuh baik yang dapat diamati langsung maupun tidak langsung. Orang tua sangat menentukan tumbuh kembang anak Soetjiningsih, 2005. Menurut Kurniasih 2010, masalah kesehatan yang biasa muncul pada fase anak-anak misalnya, kesulitan anak untuk makan karena terobsesi dengan main, asupan gizi yang tidak seimbang, rentannya fisik anak, dan ancaman keracunan akibat dari kebiasaan makan makanan di luar. Hal inilah yang terlihat sebagai hambatan paling dominan yang dialami orang tuapengasuh. Kesulitan anak untuk makan karena terobsesi main menjadi hambatan berarti dalam upaya memberikan makanan bergizi pada anak. Meski demikian berdasarkan hasil observasi, semua orang tua pengasuh berusaha menyediakan makanan bergizi dengan menyediakan makanan yang beragam seperti agar memenuhi kebutuhan karbohidrat orang tua menyediakan nasi, mie, atau roti untuk dikonsumsi anak. Keterpenuhan protein anak disediakan melalui daging, ayam atau ikan. Kebutuhan vitamin dan mineral orang tuapengasuh penuhi dengan menyediakan sayur-sayuran dan buah untuk dikonsumsi anak. Namun hal ini belum mencukupi keterpenuhan vitamin dan mineral yang dilihat seperti vitamin C, kalsium, dan magnesium berdasarkan 1½ kali Angka Kecukupan Gizi. Hanya dua anak yang terpenuhi dengan baik vitamin dan mineralnya anak F dan anak C, ketiga anak lainnya masih kurang pada pemenuhan vitamin atau beberapa mineral. Masalah gizi bisa dikatakan sangat penting bagi penderita HIV. Bahkan penurunan berat badan pada pendertia HIV sudah dianggap wajar. Padahal, kekurangan kalori dan protein secara bermakna akan mempengaruhi fungsi kekebalan orang yang terinfeksi HIV. Malnutrisi pada penderita HIV akan mengurangi kemampuan individu untuk mencegah penyakit oportunistik atau malignasi dan dalam kenyataanya akan mempercepat timbulnya penyakit infeksi. Pada umumnya penyebab penurunan berat badan adalah asupan makanan yang kurang memadai, malabsorbsi, penggunaan nutrient yang abnormal, peningkatan kebutuhan gizi, dan peningkatan ekskresi nutrient. Semua penyebab ini ikut terlibat dalam penurunan berat badan pada penderita HIVHsu, 2006. Orang tuapengasuh anak terinfeksi HIV kurang memiliki informasi mengenai hal tersebut, sehingga jika anak mengalami sakit seperti demam dan flu orang tuapengasuh menganggap hal tersebut disebabkan anak terlalu letih karena aktivitas mereka. Pengetahuan orang tuapengasuh yang kurang tentang kebutuhan gizi anak HIV yang lebih dari anak biasa membuat beberapa orang tuapengasuh memperlakukan anak terinfeksi HIV sama dengan anak yang tidak terinfeksi. Hal ini terlihat dari hasil wawancara mendalam beberapa orang tua menjawab bahwa kebutuhan gizi anak terinfeksi HIV sama saja dengan anak biasa. Padahal berdasarkan WHO 2003, energi dibutuhkan lebih banyak pada penderita HIV guna menjaga berat badan dan aktivitas fisik juga pertumbuhan. Kebutuhan energi untuk anak HIV lebih besar 10 dari anak yang tidak terinfeksi HIV. Bahkan untuk anak yang mengalami penurunan berat badan dibutuhkan tambahan asupan energi sebesar 50 – 100 dari asupan energi untuk anak tanpa HIV.

6.6 Kontribusi Sikap, Norma Subjektif, Persepsi atas Kontrol Perilaku dan Niat Dalam

Terbentuknya Perilaku Orang tua Pengasuh terhadap Pemberian Makanan bergizi