pengalaman ketika anak hanya diberi lauk tempe tahu tanpa daging telur, kesehatan anak mengalami penurunan.
”.. Langsung demam dia kalo dikasih tempe aja..” Informan A Dalam penelitian ini, behavioral believe yang dimiliki orang tua adalah
keyakinan orang tua terhadap outcome dari memberikan makanan yang bergizi untuk anak. Orang tua meyakini anak membutuhkan makanan bergizi guna
menjaga kesehatannya, dengan evaluasi jika anak tidak diberikan makanan bergizi anak akan mudah terserang penyakit, terhambat pertumbuhannya dan fisiknya
menjadi lemah. Kepercayaan inilah yang membuat orang tuapengasuh memiliki sikap yang positif untuk memberikan makanan bergizi kepada anak.
”... Lemaslah dia. Karenakan dia daya tahan tubuhnya udah kurang. Jadi gampang sakit..” Informan C
Meski memilik pengetahuan tentang gizi anak HIV yang terbatas, orang tuapengasuh memiliki sikap yang positif terhadap pemberian makanan bergizi
kepada anak terinfeksi HIV. Hal ini karena orangpengasuh meyakini dampak buruk yang terjadi jika asupan gizi anak tidak terpenuhi.
5.5 Gambaran Norma Subjektif Orang tua Pengasuh terhadap Pemberian
Makanan bergizi
Masih tingginya stigma dan diskriminasi ODHA di masyarakat membuat orang tuapengasuh merahasiakan status infeksi anak mereka dari lingkungan
keluarga dan tempat tinggal. Sehingga sedikit orang yang mereka anggap dapat memengaruhi mereka dalam memberikan makanan begizi kepada anak. Orang-
orang tersebut adalah orang yang mengetahui status anak mereka ataupun orang yang juga memiliki anak terinfeksi HIV. Orang yang mereka anggap penting itu
adalah dokter, pengurus yayasan dan teman sebaya. Teman sebaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang tuapengasuh yang juga memiliki
anak terinfeksi HIV. “…Kaya dokter, orang-orang di yayasan.. temen-temen yang lain, saya suka
cerita anak saya… Habis mau gimana. Yang tau kita begini kan Cuma mereka-
mereka aja..” Infroman C Dokter memiliki pengaruh terhadap perilaku orang tuapengasuh dalam
pemberian makanan bergizi anak HIV. Dokter sering kali memberikan dorongan kepada orang tua agar dapat memberikan makanan yang bergizi kepada anak.
Pada penelitian ini, dokter memberikan dorongan dan memberikan informasi mengenai makanan bergizi kepada orang tuapengasuh pada saat anak melakukan
pegobatan rutin setiap 2 atau 3 bulan sekali. Kelima informan mengaku tidak mendapatkan konsultasi gizi pada pengobatan sebelum penelitian ini dilakukan.
Beberapa informan mengaku belum pernah mendapatkan konsultasi gizi, seperti informan B, informan D, dan informan E. Sedangkan informan A dan C pernah
mendapatkan konsultasi gizi pada awal anak terdeteksi terinfeksi HIV. ”.. Dokter suka nyaranin buat pilih makanan yang bisa bantu kesehatan
dia..” Informan D “…Kaya dokter di carolus tuh mba.. Ya semangat dari dokter itu mba..”
Informan A
Meski tidak pernah mendapatkan konsultasi gizi, informan B dan informan D mengakui jika dokter sering kali mendorong mereka agar dapat
memberikan makanan yang bergizi. Dorongan inilah yang menjadi motivasi orang tuapengasuh agar dapat memberikan makanan bergizi kepada anak.
”.. Ya saya jalanin ya sebatas kemampuan saya aja..” Informan B Lain lagi yang dialami informan E, yang merasa dokter tidak pernah
memberikan saran atau dorongan agar informan memberikan makanan bergizi pada anaknya. Namun pujian dokter terhadap status kesehatan anak yang baik
membuat informan E bersemangat agar dapat terus memberikan makanan bergizi pada anak seperti yang telah ia lakukan untuk mempertahankan kesehatan anak
selama ini. ”.. Kalo kata dokter nia mah A udah sehat. Jadi saya seneng aja, berartikan
saya udah bener ngasih makan A kaya gini…” Informan E
Orang yang dianggap penting lainnya adalah pengurus yayasan. Selain pengurus yayasan yang mengetahui status mereka, yayasanLSM juga memiliki
program kegiatan berupa penyuluhan mengenai HIV-AIDS. Sayangnya, berdasarkan hasil wawancara dengan orang tuapengasuh dan pengurus Yayasan
Tegak Tegar, belum pernah ada penyuluhan mengenai kebutuhan gizi anak terinfeksi HIV. Meskipun belum ada kegiatan mengenai asupan gizi, namun
informan F mengetahui tentang gizi yang dianjurkan untuk penderita HIV, yakni membutuhkan asupan gizi lebih banyak 10 dibandingkan anak normal
seusianya. Padahal kegiatan ini diakui orang tuapengasuh cukup efektif dalam memberikan informasi kepada mereka.