memberikan makan anak karena nafsu makan anak yang kurang, informan C akan mencari cara agar dapat mengatasi hambatan ini seperti, memasak makanan yang anak
suka, membelikan makanan atau cemilan yang anak sebagai pengganjal perut sementara bahkan informan C akan memaksa anaknya makan jika anak masih tidak mau makan.
Dalam theory of planned behavior, persepsi atas kontrol perilaku dapat langsung mempengaruhi perilaku seseorang. Pada penelitian ini dapat terlihat, orang
tuapengasuh yang memiliki persepsi atas kontrol perilaku yang kuat juga memiliki pemenuhan kecukupan gizi harian yang baik.
Berbeda dengan informan B dan D yang juga memiliki hambatan dalam memberikan makan anak karena nafsu makan anak yang kurang, namun upaya
menghadapi hambatan yang berbeda dari informan C. Informan B dan D hanya berusaha untuk menyediakan dan membelikan makanan yang anak suka tetapi tidak
akan memaksa jika anaknya tidak mau makan. Informan B dan D akan mengganti makanan pokok dengan makanan selingan jika anak sulit makan. Orang tua juga merasa
kurang memiliki sumber daya untuk memaksakan anaknya makan. Melihat hal ini dapat dikatakan jika persepsi informan B dan D lemah terhadap
kesempatan agar dapat memberikan makanan bergizi kepada anak. Lemahnya persepsi atas kontrol perilaku yang dimiliki orang tuapengasuh ini berdampak pada kecukupan
gizi harian anak yang kurang. Persepsi atas kontrol perilaku mengindikasikan bahwa motivasi seseorang
dipengaruhi bagaimana ia mempersepsikan tingkat kesulitan atau kemudahan untuk menampilkan suatu perilaku tertentu Achmat, 2010. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi motivasi adalah pengetahuan. Berdasarkan penelitian Nuri, dkk 2012,
pengetahuan memiliki hubungan yang sangat signifikan dalam memotovasi seseorang untuk berperilaku. Pemberian pengetahuan mempengaruhi antisipasi terhadap situasi
yang akan dating. Oleh karena itu, pemberian pengetahuan mengenani makanan bergizi yang dibutuhkan anak HIV diharapkan dapat memotivasi orang tuapengasuh untuk
mewujudkan perilaku tersebut.
6.4 Niat Orang tua Pengasuh terhadap Pemberian Makanan bergizi
Pada penelitian ini, orang tuapengasuh memiliki sikap yang positif atau favorable terhadap pemberian makanan bergizi pada anak. Orang tua pengasuh mendukung untuk
memberikan makanan yang bergizi kepada anak HIV. Sikap positif ini muncul karena orang tuapengasuh memiliki belief positif mengenai konsekuensi jika asupan gizi
harian anak terpenuhi. Behavioral belief ini terlihat dari hasil wawancara dimana orang tua mengetahui jika asupan gizi anak tidak terpenuhi maka akan mempengaruhi
kesehatan anak. Tidak hanya memiliki sikap yang positif, orang tua pengasuh juga memiliki
norma subjektif postif. Hal ini terlihat dari hasil wawancara mendalam yakni orang tuapengasuh yakin jika orang yang mereka anggap berpengaruh akan mendukung
mereka agar dapat memberikan makanan bergizi kepada anak. Adapun orang-orang yang memiliki pengaruh kepada orang tua untuk memberikan makanan yang bergizi
untuk anak adalah dokter, pengurus LSMyayasan, dan teman sebaya. Selain meyakini bahwa orang yang orang tua pengasuh akan mendukung perilaku mereka untuk
memberikan makanan yang bergizi, orang tuapengasuh juga memiliki motivasi untuk menjalankan apa yang disarankan orang tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara mengenai niat, semua informan memiliki niat memberikan makanan yang bergizi. Namun usaha mempertahankan niat untuk
memberikan makanan bergizi informan berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh keyakinan mereka dalam mengatasi hambatan.
Intensi atau niat individu menampilkan suatu perilaku adalah kombinasi dari sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku untuk menampilkan perilaku
tersebutAchmat, 2010. Selain sikap dan norma subjektif yang positif, untuk menghasilkan niat yang
positif juga harus didukung persepsi atas kontrol perilaku yang kuat untuk dapat menampilkan perilaku yang diinginkan. Berdasarkan hasil wawancara mendalam,
beberapa orang tuapengasuh di Yayasan Tegak Tegar Jakarta Timur memiliki persepsi kesempatan yang kuat terhadap hambatan yang dihadapi dalam memberikan makanan
yang bergizi untuk anak. Dan masih ada orang tua yang memiliki persepsi atas kontrol perilaku yang lemah karena memiliki persepsi kesempatan yang lemah. Seperti
informan B dan D yang memiliki masalah dalam memberikan makanan bergizi pada anak yaitu karena nafsu makan anak yang buruk. Informan B merasa tidak dapat
mempertaankan niatnya jika nafsu makan anak buruk. Begitu juga informan D, saat nafsu makan anak buruk, informan D pasrah mengitkuti keinginan apa yang ingin anak
makan saat itu. Ajzen 2002 mengatakan bahwa persepsi atas kontrol perilaku mempengaruhi
niat didasarkan atas asumsi bahwa kontrol keprilakuan yang dipersepsikan oleh individu akan memberikan implikasi motivasi pada orang tersebut Hidayat, 2010.
Berdasarkan ketiga hal yang mempengaruhi niat orang tersebut, beberapa orang tuapengasuh memiliki niat yang kuat karena memiliki sikap dan norma subjektif yang
positif serta persepsi atas kontrol perilaku yang kuat. Sedangkan orang tuapengasuh yang memiliki niat yang kurang kuat dipengaruhi oleh persepsi atas kontrol perilaku
mereka yang lemah meski sikap dan norma subjektif mereka positif. Penambahan pengetahuan mengenai kebutuhan gizi anak terinfeksi HIV
diharapkan dapat merubah sikap dan persepsi atas control perilaku orang tuapengasuh terhadap pemberian makanan bergizi pada anak. Ditambah pemberian pengetahuan
dilakukan oleh orang yang mereka anggap penting dapat menambah keyakinan mereka bahwa orang lain mendukung perilaku pemberian makanan bergizi kepada anak
terinfeksi HIV. Oleh karena itu, dengan dilakukannya penambahan pengetahuan yang dilakukan yayasan diharapkan dapat menguatkan niat orang tua untuk dapat
memberikan makanan bergizi pada anak terinfeksi HIV.
6.5 Perilaku Orang tua Pengasuh terhadap Pemberian Makanan bergizi
Berdasarkan hasil perhitungan kecukupan gizi pada anak terinfeksi HIV di Jakarta Timur, mereka memiliki kebutuhan gizi dan kecukupan gizi yang beragam.
Membandingkan dengan hasil perhitungan recall 24 jam, didapatkan dua anak memiliki konsumsi energi yang belum mencukupi kebutuhan yang dianjurkan. Sedangkan tiga
anak lainnya sudah memenuhi kebutuhan energi yang dibutuhkan. Anak yang kebutuhan gizi makronya terpenuhi adalah mereka yang memiliki nafsu makan yang
baik didukung perilaku orang tuapengasuh yang telaten memberikan makan anak mereka. Seperti anak informan A, anak informan C, dan anak informan D. Sehingga
dapat dikatakan bahwa tidak semua perilaku orang tuapengasuh di Yayasan Tegak
Tegar Jakarta Timur memiliki perilaku yang baik dalam memberikan makanan untuk memenuhi asupan gizi anak terinfeksi HIV.
Perilaku pemenuhan kebutuhan gizi adalah suatu kegiatan atau aktifitas seseorang yang dilakukan dalam kaitannya pemenuhan kebutuhan makanan agar memenuhi
kebutuhan gizi bagi tubuh baik yang dapat diamati langsung maupun tidak langsung. Orang tua sangat menentukan tumbuh kembang anak Soetjiningsih, 2005. Menurut
Kurniasih 2010, masalah kesehatan yang biasa muncul pada fase anak-anak misalnya, kesulitan anak untuk makan karena terobsesi dengan main, asupan gizi yang tidak
seimbang, rentannya fisik anak, dan ancaman keracunan akibat dari kebiasaan makan makanan di luar.
Hal inilah yang terlihat sebagai hambatan paling dominan yang dialami orang tuapengasuh. Kesulitan anak untuk makan karena terobsesi main menjadi hambatan
berarti dalam upaya memberikan makanan bergizi pada anak. Meski demikian berdasarkan hasil observasi, semua orang tua pengasuh berusaha
menyediakan makanan bergizi dengan menyediakan makanan yang beragam seperti agar memenuhi kebutuhan karbohidrat orang tua menyediakan nasi, mie, atau roti untuk
dikonsumsi anak. Keterpenuhan protein anak disediakan melalui daging, ayam atau ikan. Kebutuhan vitamin dan mineral orang tuapengasuh penuhi dengan menyediakan
sayur-sayuran dan buah untuk dikonsumsi anak. Namun hal ini belum mencukupi keterpenuhan vitamin dan mineral yang dilihat seperti vitamin C, kalsium, dan
magnesium berdasarkan 1½ kali Angka Kecukupan Gizi. Hanya dua anak yang terpenuhi dengan baik vitamin dan mineralnya anak F dan anak C, ketiga anak lainnya
masih kurang pada pemenuhan vitamin atau beberapa mineral.