Adapun Cappo Osterman berpendapat bahwa matematika sebagai komunikasi
memiliki 5
jenis kegiatan,
yaitu :
menulis writing,
merepresentasikan representing, mendengarkan listening, membaca reading , dan menyampaikan secara lisan talking.
12
Hal ini sejalan dengan pendapat Baroody yang mengatakan bahwa pembelajaran harus dapat membantu siswa
mengkomunikasikan ide matematika melalui lima aspek komunikasi yaitu: representing, listening, reading, discussing, and writing.
13
Collins, dkk dalam buku Mathematics Applications and Connections mengatakan bahwa salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada para siswa untuk mengembangkan dan mengintegrasikan keterampilan berkomunikasi melalui modeling, speaking,
writing, talking, drawing, serta mempresentasikan apa yang telah dipelajari.
14
Lebih lanjut lagi Jacobs menyimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis sebagai salah satu aktivitas sosial talking maupun sebagai alat bantu
berpikir writing
yang direkomendasikan
para pakar
agar terus
ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Komunikasi memainkan peranan sentral dalam Professional Teaching Standards NCTM, karena mengajar adalah
mengkomunikasikan.
15
Sesuai dengan yang telah disampaikan dalam pembatasan masalah. Kemampuan Komunikasi Matematis yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi
kemampuan siswa dalam: Memberikan jawaban dengan kalimatnya sendiri,
Membuat model matematika dari suatu permasalahan Menyatakan hasil pemeriksaan suatu pernyataan
Menyatakan konsep matematika ke dalam ilustrasi di kehidupan nyata.
12
W. George C., Yvonne M. P., James H. Vance, Learning Mathematics in Elementary and Middle Schools, Toronto: Pearson., 2004 p. 13
13
Wahid Umar, Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Pembelajaran Matematika, STKIP Siliwangi Bandung vol.1 no.1, 2012
14
Ibid.
15
Ibid.
2.
Metode Pembelajaran Konvensional
Metode pembelajaran konvensional dapat diartikan sebagai metode pembelajaran yang lazim digunakan oleh guru disekolah yang menjadi tempat
penelitian. Pembelajaran matematika yang dilaksanakan di sekolah tempat penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode ekspositori. Metode ekspositori
menekankan proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Oleh karena
metode ekspositori lebih menekankan kepada proses verbal, maka sering juga disebut dengan istilah chalk and talk.
16
Metode pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru teacher centered approach.
Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui metode ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara
terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama metode ini adalah pencapaian akademik hasil
belajar siswa.
17
Seperti metode pembelajaran lainnya metode pembelajaran ekspositori juga memiliki karakteristik yang menjadi ciri khasnya. Karakteristik pembelajaran
ekspositori antara lain :
18
1. Penyampaian materi secara verbal. Artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam metode pembelajaran ini, oleh karena itu
metode ini sering juga disebut metode ceramah. 2. Konsep dihapal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.
3. Tujuan utamanya adalah penguasaan materi pelajaran. Seperti pada poin kedua, dalam metode ini guru menilai penguasaan materi siswa
berdasarkan kemampuan siswa dalam mengungkapkan kembali materi yang telah diberikan.
16
Wina Sanjaya.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana, 2009 h.179
17
Ibid., h.179
18
Ibid., h.179
Metode ekspositori memiliki kelemahan dan keunggulan tertentu seperti layaknya metode pembelajaran lainnya. Keunggulan metode ini antara lain, yang
pertama, guru dapat mengontrol urutan penyampaian materi secara mutlak. Kedua, guru dapat menyampaikan materi dengan waktu yang relatif singkat.
Ketiga, dapat digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
19
Kelemahan metode ini yang pertama, tidak efektif untuk kelompok siswa dengan kemampuan menyimak rendah. Kedua, tidak dapat melayani perbedaan
individu setiap siswa. Ketiga, karena komunikasi hanya terjadi satu arah antara guru dan sekelompok siswa maka sulit untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam bersosialisasi komunikasi. Keempat, karena pembelajaran berpusat pada guru maka metode ini sangat bergantung pada kemampuan dan kecakapan yang
dimiliki guru.
20
Kelemahan utama metode ekspositori adalah desain dan cara penyampaiannya yang membuat siswa menghapal konsep atau materi yang disampaikan, hal ini
tidak merangsang siswa untuk berpikir. Lebih lagi dengan komunikasi satu arah tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk membangun komunikasi dalam
pembelajaran baik antara siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa lainnya.
3. Metode Pembelajaran Write-Pair-Switch WPS
Lebih dari 100 metode Cooperatif Learning telah dikembangkan saat ini,
21
dan ada ribuan variasi yang dapat dilakukan dari metode-metode tersebut. Write- Pair-Switch adalah salah satu dari sekian banyak metode yang diciptakan dengan
mengembangkan model pembelajaran Cooperative Learning. Metode ini merupakan hasil pengembangan dari metode Think-Pair-Share yang telah dikenal
dan dipergunakan lebih dahulu oleh para pelaku pendidikan. Salah satu keunggulan dari metode ini adalah kemampuannya untuk membangun suasana
belajar yang memungkinkan terjadinya interaksi dan komunikasi maksimal antar
19
Ibid., h.190
20
Ibid., h.191
21
George M. Jacobs, Cooperative learning: Theory, principles, and techniques. Paper presented at the First International Online Conference on Second and Foreign Language Teaching and
Research, 2004 p. 4
siswa serta kesempatan yang sama bagi setiap siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas baik secara individu maupun kelompok.
22
Selain itu masih banyak kelebihan-kelebihan lain yang dapat diperoleh dengan menggunakan metode ini dalam pembelajaran, kelebihan tersebut akan dibahas
secara lebih mendalam pada bagian berikutnya. Metode Write-Pair-Switch memiliki langkah-langkah yang tidak terlalu rumit
sehingga mudah bagi guru untuk menerapkannya dalam pembelajaran di kelas. Karena pada dasarnya yang membuat sebuah pembelajaran menjadi menarik
bukanlah metodenya yang memuat banyak langkah namun bagaimana guru dapat mengemas materi yang akan dipelajari menjadi topik atau tugas yang variatif.
23
Adapun langkah-langkah metode Write-Pair-Switch, yaitu :
24
1. Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil 2-4 siswa tiap kelompok.
25
Pada tahap ini siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dengan jumlah siswa tiap kelompok mengikuti aturan yang ada dalam
prinsip pembelajaran kooperatif. 2. Guru meminta setiap siswa untuk mengerjakan tugas dan menuliskan
jawaban secara individu. Pada tahap ini siswa diminta untuk mengerjakan soal atau menyelesaikan tugas yang diberikan guru secara individu.
3. Kemudian siswa berpasangan dan mendiskusikan jawabannya masing- masing. Pada tahap ini siswa diminta mendiskusikan jawabannya sendiri
dengan teman kelompoknya, hal ini bertujuan untuk mengevaluasi dan mengembangkan apa yang telah dikerjakan masing-masing siswa secara
individu. 4. Siswa berganti pasangan dan berdiskusi tentang jawabannya masing-
masing serta hasil diskusi dengan pasangan sebelumnya. Sama dengan langkah ketiga, namun pada tahap ini siswa bertukar pasangan dengan
teman kelompoknya yang lain.
22
George. 2013. op. cit.
23
George. 2004. op. cit., p. 4
24
George. 2013. op. cit.,
25
George M. Jacobs, Power, M. A., Loh, W. I. , The teachers sourcebook for cooperative learning: Practical techniques, basic principles, and frequently asked questions. Thousand Oaks,
CA: Corwin Press, 2002
Tabel 2.1
Perbedaan Metode WPS dan Metode Ekspositori
No. Write Pair Switch
Ekspositori
1 Siswa
menjadi subyek
dalam pembelajaran,
guru hanya
memfasilitasi. Siswa
menjadi objek
yang menerima materi yang disampaikan
guru. 2
Siswa aktif dalam pembelajaran, bertanya, berdiskusi, dan mencari
jawaban atas pertanyaan yang belum diketahui.
Siswa pasif dalam pembelajaran, hanya mendengarkan dan mencatat
semua yang disampaikan oleh guru.
3 Interaksi dan komunikasi antar
siswa lebih
maksimal, terjadi
banyak pertukaran informasi. Komunikasi antar siswa terkait
materi sangat minim karena siswa hanya mendengarkan guru
Lebih khusus lagi dalam penelitian ini, metode Write-Pair-Switch adalah metode pembelajaran yang dilakukan melalui tahapan : Siswa menuliskan
jawaban dari tugas yang diberikan guru secara individu. Siswa berpasangan dan saling mendiskusikan jawabannya masing-masing. Setelah itu siswa diminta
bertukar pasangan dan kembali berdiskusi. Kemudian siswa diberikan kesempatan untuk menyempurnakan jawabannya.
4. Tingkat Kemampuan Kognitif Siswa
Setiap manusia yang normal tentu pernah melakukan kegiatan berpikir dalam hidupnya. Ada yang berpikir secara ringan dan ada pula yang berpikir keras untuk
memecahkan suatu masalah yang datang pada kehidupannya. Sebagaimana kisah nabi Ibrahim yang berfikir ketika melihat situasi di lingkungan tempat hidupnya.
Dikisahkan Ibrahim kecil termenung melihat ayahnya Azar menyembah patung yang dibuatnya sendiri. Ibrahim bertanya “untuk apa engkau menyembah patung
berhala tersebut ayah?”. Azar menoleh pada Ibrahim dan berkata “ini sebagai
ucapan terima kasih untuk semua yang tel ah diberikan dan diciptakan untuk kita”.
Ibrahim yang merasa tidak puas dengan jawaban itu berkata “dia patung itu bahkan tak bisa menciptakan dirinya sendiri”, “dia bahkan tak bisa bergerak bila
tidak dipindahkan” sambung Ibrahim. Azar marah mendengar hal itu dan
menghukum Ibrahim agar Ia jera. Namun Ibrahim kecil terus berpikir dan merenung, berusaha menemukan Tuhan yang menurutnya patut Ia sembah.
Sampai suatu ketika Allah SWT mengirimkan wahyu kepada Ibrahim, wahyu tersebut merupakan jawaban dari semua proses berfikir yang dilakukan Ibrahim.
26
Para ahli filsafat mengatakan bahwa, berpikir adalah awal dari lahirnya semua ilmu pengetahuan. Matematika sebagai ilmu pengetahuan yang dikenal
sulit tentu memiliki banyak penemu di dalam pengembangannya. Penemuan diperoleh setelah penelitian selama bertahun-tahun dan melalui proses berpikir
keras seperti yang dilakukan Fibonacci, John Napier, Phytagoras, dan Karl Friederich Gauss.
Marybelle Savage membagi kemampuan kognitif ini kedalam 3 tingkatan : kemampuan tingkat tinggi yang disebut kemampuan pemecahan masalah dan
evaluasi problem solving evaluation, kemampuan tingkat menengah atau sedang yang disebut kemampuan menginterpretasikan interpretation, dan
kemampuan tingkat rendah yang disebut kemampuan mengetahui knowledge.
27
Untuk dapat memahami secara baik apa yang dimaksud dengan 3 tingkat kemampuan kognitif dalam penelitian ini, berikut definisi dari ketiga tingkatan
menurut Marybelle Savage yang diadaptasi dari Taksonomi Bloom dan Levine.
28
a. Tingkat Pertama Rendah
– Knowledge Kemampuan kognitif pada tingkat ini meliputi kemampuan mengingat,
memahami, dan menggunakan apa yang telah dipelajari atau materi yang telah diberikan. Permasalahan pada tingkat ini mengacu pada kemampuan
individu untuk memahami keterkaitan antara satu informasi dengan informasi lainnya yang telah diberikan.
29
26
Hamid S. R , Buku Pintar Tentang Islam, Jakarta:Pustaka Amani, 1995
27
Professional. op. cit.
28
Ibid.
29
Ibid.