Siswa Kemampuan Kognitif Sedang di Kelas Kontrol

Secara visual perbandingan sebaran data antara siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 4.1 : Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Nilai Kemampuan Komunikasi Matematis Pada gambar 4.1 dapat kita lihat bahwa secara keseluruhan siswa kelas eksperimen memperoleh hasil tes yang lebih baik dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. Secara visual terlihat kurva yang mewakili nilai perolehan kelas eksperimen selalu berada di atas kurva yang mewakili perolehan kelas kontrol. Contoh lainnya, apabila kita ambil angka 70 maka kita dapat melihat bahwa hanya 11 orang siswa dari kelas kontrol yang mampu mencapai nilai tersebut, sedangkan pada kelas eksperimen terdapat 22 siswa dengan nilai sama atau lebih dari 70. Hal ini menunjukan perbedaan kemampuan komunikasi matematis yang dimiliki siswa dari kedua kelas yang menjadi sampel penelitian ini. Langkah selanjutnya adalah melihat perbandingan hasil perolehan siswa jika ditinjau dari kemampuan kognitif masing-masing kelompoknya dan mengabaikan kelas, yakni siswa berkemampuan kognitif rendah dan siswa berkemampuan kognitif sedang. 5 10 15 20 25 30 35 40 45 30 38 46 54 62 70 78 86 94 Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Fr ek u ensi

6. Perbandingan Siswa Kemampuan Kognitif Rendah dengan Siswa

Kemampuan Kognitif Sedang Jika ditinjau dari tingkat kemampuan kognitifnya dengan mengabaikan kelas asal siswa maka kita akan memperoleh dua kelompok berbeda, yakni kelompok siswa berkemampuan kognitif rendah dengan kelompok siswa berkemampuan kognitif sedang. Dari tabel 4.1 dapat kita lihat nilai rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa berkemampuan kognitif rendah sebesar 57,45 dengan simpangan baku 11,25 dan nilai rata-rata kemampuan matematis siswa berkemampuan kognitif sedang sebesar 76,54 dengan simpangan baku 8,09. Dari data tersebut dapat kita simpulkan bahwa nilai yang diperoleh siswa berkemampuan kognitif rendah lebih variatif dibandingkan nilai yang diperoleh siswa berkemampuan kognitif sedang. Sedangkan jika ditinjau dari nilai rata-rata kemampuan komunikasi matematis dapat dikatakan bahwa siswa berkemampuan kognitif sedang memiliki kemampuan komunikasi matematis yang lebih baik dibandingkan siswa berkemampuan kognitif rendah dengan selisih nilai rata-rata sebesar 19,09. Hal ini sejalan dengan hasil temuan sebelumnya yang menyatakan bahwa siswa dengan kemampuan kognitif lebih tinggi akan memiliki kemampuan komunikasi matematis yang lebih baik.

7. Nilai Rata-rata Keseluruhan

Pada tabel 4.1 dapat kita lihat nilai rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa dari penelitian ini adalah sebesar 63,73. Jika kita tinjau berdasarkan kelas maka diperoleh hasil bahwa nilai rata-rata siswa kelas eksperimen lebih besar dari nilai rata-rata keseluruhan, sedangkan nilai rata-rata siswa kelas kontrol lebih rendah dari nilai rata-rata keseluruhan. Hal ini menunjukan bahwa siswa yang belajar dengan metode WPS memiliki skor kemampuan komunikasi matematis lebih tinggi dibandingkan siswa yang belajar dengan metode konvensional. Dengan pembanding yang sama kita juga dapat menarik kesimpulan bahwa siswa yang memiliki tingkat kemampuan kognitif yang lebih tinggi akan memiliki kemampuan komunikasi matematis yang lebih baik pula. Hal ini berdasar pada nilai rata-rata yang diperoleh siswa kemampuan rendah dan siswa kemampuan sedang.

B. Pengujian Hipotesis

Analisis data penelitian bertujuan untuk membuktikan kebenaran dari pernyataan yang telah ditetapkan dalam hipotesis penelitian. Data akan dianalisis dengan Uji ANAVA dua jalur, dengan data yang akan dianalisis adalah nilai rata- rata hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol baik siswa dengan kemampuan rendah maupun siswa dengan kemampuan sedang. Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 4.1 terlihat bahwa nilai rata- rata kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas kontrol. Demikian pula halnya dengan nilai rata-rata siswa kemampuan sedang yang lebih tinggi dari nilai rata-rata siswa kemampuan rendah. Namun untuk mengetahui apakah perbedaan ini signifikan atau tidak, perlu dilakukan uji hipotesis penelitian menggunakan uji ANAVA dua jalur. Sebelum dilakukan uji ANAVA terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan SPSS yakni uji Shapiro-Wilk, dan uji homogenitas data menggunakan uji Levene. Berikut data hasil pengujian normalitas dan homogenitas data :

1. Uji Normalitas Nilai Siswa Kemampuan Rendah Kelas Eksperimen

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Nilai Siswa Kemampuan Rendah Kelas Eksperimen Uji Shapiro-Wilk digunakan dengan pertimbangan jumlah objek yang akan diujikan 50. 2 Data hasil uji shapiro-wilk dikatakan normal jika nilai signifikansi 0,05. 3 Pada tabel 4.7 dapat dilihat nilai signifikansi untuk data siswa kemampuan rendah kelas eksperimen adalah 0,079 0,05. Dapat disimpulkan bahwa data ini memiliki sebaran normal. Grafik sebaran data siswa kemampuan rendah kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar 4.2 : 2 Richard. Op. cit., p. 159 3 Ibid., p. 160