dia melihat binatang laut umang-umang yang kecil dikejar-kejar binatang laut lainnya yang lebih besar untuk dijadikan mangsanya. Serial kedua lakon Orkes
Madun II ini melukiskan manusia lemah yang dikejar-kejar manusia kuat untuk dijadikan mangsanya. Maka, tokoh Waska yang ini berkeinginan
menjadi kuat untuk membalaskan dendam kesumatnya kepada para pengejar makhluk-makhluk kecil untuk dijadikan mangsanya. Oleh karena itu, Waska
ingin menjadi kuat agar dapat melampiaskan dendamnya untuk membalas dengan cara menodong penodong, merampas perampas, dan merampok
perampok. Menurut KBBI, arti kedua umang-umang adalah orang yang suka
berpakaian bagus, tapi bukan kepunyaannya sendiri, secara metaforis dapat dimaknai sebagai orang yang suka menggunakan atau memanfaatkan hal-hal
atau kekuasaan yang bagus, besar, tetapi itu bukan milikhaknya sendiri tentu tidak pas, mungkin bahkan kedodoran.
42
BAB IV ANALISIS
Pandangan Hidup Tokoh Waska dalam Naskah Drama Umang-umang atawa Orkes Madun II Karya Arifin C. Noer.
Pada bab iv ini peneliti akan melakukan analisis, mulai dari unsur intrinsik, ekstrinsik, serta pengajaran drama di sekolah.
A. Unsur Intrinsik Naskah Drama Umang-umang atawa Orkes Madun II Karya Arifin C. Noer.
1. Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang berhubungan dengan premis drama sekaligus berhubungan pula dengan nada dasar dari sebuah naskah
dan sudut pandang yang dikemukakan oleh pengarangnya.
1
Naskah drama Umang-umang atawa Orkes Madun II karya Arifin C. Noer bertemakan
kemiskinan dan cara menanggulangi kemiskinan itu sendiri. Waska : Aku pernah memilih, tapi aku ditolak, selalu
ditolak. Kemiskinan telah menodongku, kelaparan telah menodongku, dan aku tak rela dicincang oleh kemiskinan
dan kelaparan, maka kutodongkan kekayaan”.
2
Melalui judul yang sangat sederhana ini, umang-umang memiliki makna yang sangat dalam. Umang-umang atau yang kita kenal sebagai
kelomang adalah binatang laut jenis ketam atau siput kecil yang lemah. Hidup di lumpur di tepi pantai, atau numpang bersarang di bekas sarang
binatang lain yang tidak lagi digunakan.Umang-umang yang dipimpin oleh Waska adalah kumpulan orang terbuang atau orang miskin yang numpang
secara paksa pada harta orang lain, yaitu dengan cara merampok, menodong, dan sebagainya. Kumpulan orang-orang terbuang ini memiliki
cara menanggulangi kemiskinannya. Waska : Ranggong, sejak muda saya memimpikan
memimpin suatu operasi besar secara simultan.
1
Herman, Op,cit., h. 24
2
Arifin, Op,cit., h. 24
Seluruh penjuru kota kita serang, kita rampok habis- habisan. Paling sedikit 130 bank yang ada, 400
pabrik, 2000 perusahaan menengah dan kecil dan ribuan toko-toko dan warung-warung yang ada di
kota ini, akan kita gedor secara serempak. Mendadak. Pasti. Pasti menetas impian tua saya ini.
Jumlah kita, anak-anak lapar dan dahaga sudah menjadi rongga mulut raksasa yang juga akan
mengancam keheningan langit. Kehadiran kita yang bersama ini akan menggetarkan para nabi dan
malaikat.
3
Dialog di atas adalah rencana Waska merampok secara simultan untuk menanggulangi kemiskinan kelompoknya. Merugikan orang lain
dan memiliki apa yang bukan miliknya. Hal ini sama seperti umang- umang dalam kehidupan, ia merampok sarang yang lebih baik dan lebih
bagus untuk kelangsungan hidupnya. Ia rela membunuh sang empunya sarang untuk tempat tinggalnya kelak.
Kemiskinan dengan berbagai jenisnya, merupakan tema sentral caturlogi naskah drama Orkes Madun. Selain kemiskinan ekonomi,
kemiskinan jiwa, moral, dan kemiskinan metafisis juga disajikan dengan jelas oleh Arifin dalam naskah lakon ini.
Waska : Kami bertiga berdiri bagaikan
trisula yang berkarat yang digenggam bermilyar tangan lapar dan dahaga, lapar badan, dan lapar
jiwa.
4
Debleng : Betapapun hina dinanya orang
yang ada dalam kubur ini, Tuhan, namun terimalah dia. Barangkali ia hanyalah serbuk kayu, barangkali
ia hanyalah arang, barangkali ia hanyalah daki, barangkali ia hanyalah karat pada besi tua, namun
tak bisa dipungkiri ia adalah milikMu, makhlukMu, maka terimalah ia kembali dalam rahasiaMu.
Kejahatan yang dilakukan orang dalam kubur ini betul-betul kelewatan, Tuhan. Ia telah menghina
dirinya habis-habisan. Sekali lagi, Tuhan, terimalah ia karena Engkau pun tahu kami tak bisa
menyimpannya. Amin...
5
3
Arifin, Op,cit., h. 5
4
Ibid, h. 70
5
Ibid, h. 4