Pandangan Tokoh Waska tentang Penderitaan.

pemerintahan yang nyatanya pada masa pengarang tersebut menulis naskah ini, rezim orde baru sedang melakukan hegemoni besar-besaran. Sebagai naskah drama, jika naskah drama ini diasosiasikan seperti manusia, naskah atau pertunjukannya memiliki dua wajah, dua kepribadian. Wajah pertama, Waska dengan umang-umang sebagai bala tentaranya. Wajah kedua adalah Semar dan para anggota aktif orkes madun. Dalam kehidupannya, Arifin menggambarkan Waska adalah seorang cendikiawan dan Semar adalah pemimpin yang memiliki umur panjang, seperti pemerintahan Soeharto dengan kemiliterannya, 32 tahun. Masa kepemimpinan paling lama di Indonesia. Semar yang hanya menonton Waska dan bala tentaranya yang asik merampok semesta sama halnya dengan Soeharto yang menonton saja ketika kaum cendikiawan memberontak atas kepemimpinannya dengan melibatkan kerja sama dari negara asing. Gerakan cendikiawan yang menentang pihak asing untuk bekerja sama ini digambarkan oleh Arifin lewat umang-umangnya lewat perampokan besar-besaran yang pada saat itu sedang gaungnya pembangunan di tangan kepemimpinan Soeharto. Waska digambarkan sedang menyusun rencana besar untuk mengubah cara pandang bala tentaranya agar mengikuti caranya menentang pemerintahan yang sedang melakukan pembangunan besar-besaran, akan tetapi pemerintah tidak pernah melihat bahwa rakyat kecil menderita akibat perekonomian melemah dan pembangunan terus maju pesat. Pemerintahan Orde Baru berjanji akan membangun ekonomi nasional dan meningkatkan taraf pendidikan dan kesejahteraan. Orde Baru memang mampu membangun ekonomi nasional, tetapi tidak mampu meningkatkan taraf pendidikan dan kesejahteraan. Orde Baru mengembangkan gaya pemerintahan yang paternalistik, namun juga menindas. Orde Baru berusaha mencari keterlibatan rakyat untuk mendapatkan legitimasi, tetapi hanya lewat cara-cara yang dikendalikan dengan cermat. Sebagian besar pembangunan ekonomi nasional bergantung pada perusahaan asing dan hanya terjadi pertumbuhan kecil pada industri pribumi. 44 Itulah bukti sejarah yang ditulis oleh seorang sastrawan apabila tidak ada orang yang pada waktu itu tidak dapat menulis secara terang-terangan karena takut pada pemerintah, yaitu pemerintahan Orde Baru ditangan Soeharto. Pada akhirnya, elite Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto, keluarga, dan kroni-kroninya menciptakan bentuk pemerintahan yang terkadang disebut kleptokrasi: pemerintahan yang dipimpin oleh para pencuri. 45

3. Pandangan Waska tentang Tanggung Jawab.

Menurut WJS. Poerwodarminto, “tanggung jawab adalah suatu yang menjadi kewajiban keharusan untuk dilaksanakan, dibahas, dan sebagainya”. 46 Waska sangat menghargai setiap detik yang ia lakukan. Ia sangat bertanggung jawab atas apa yang ia perbuat. Menurutnya, tanggung jawab adalah suatu kepercayaan hidup. Tidak bertanggung jawab sama saja dengan tidak memiliki cita-cita. Itu bentuk tanggung jawabnya terhadap hal yang ia inginkan. Engkos : Waska, kita sudah tujuh jam mengintip nonstop, bagaimana seterusnya? Waska : Betul-betul anjing kurapan budak setan itu. nggak sabaran. Mana bisa ia menjadi penjahat besar tanpa memiliki ketahanan menghadapi waktu. Bertanggung jawab itu dimulai dari hal kecil, misalnya dalam menghadapi waktu. Kalau dalam mengahadapi waktu saja kita tidak bisa bertanggung jawab, bagaimana dengan perihal yang lain? Menurut Waska, tanggung jawab adalah perwujudan kesadaran akan kewajibannya, maka 44 Jopie Lasut, Malari : Melawan Soeharto dan Barisan Jenderal ORBA, Depok: Yayasan Penghayat Keadilan, 2001, h. 10 45 Ibid 46 Lies, Op,cit., h. 103 dari itu, apabila ada bala tentaranya melakukan hal diluar keinginannya atau tidak mewujudkan kesadarannya akan kewajibannya, pasti Waska tidak menyukainya. Hal yang tidak diinginkan Waska, yaitu bahwa bala tentaranya tidak sabar dan tidak memiliki tanggung jawab terhadap waktu. Menurutnya, apabila ingin menjadi penjahat besar haruslah sabar dan harus seksama dalam memperhatikan, baik itu memperhatikan lawan, bahkan kawan. Agar sewaktu-waktu, hal itu akan mengajari kita bagaimana caranya bertindak selanjutnya. Menghargai waktu adalah bentuk tanggung jawab paling mendasar bagi Waska. Dari situlah kita berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencapai kesadaran kita akan tanggung jawab. Menurutnya, jika kita mencintai atau menginginkan sesuatu, kita harus menjalani setiap detik dari prosesnya. Tidak boleh lemah, tidak banyak bicara, tidak banyak mengeluh, apalagi murung dan gagal. Pandangan hidup Waska akan tanggung jawab adalah perihal membuktikan dan bekerja keras. Ia rela melakukan apapun agar rencana besarnya dalam merampok semesta berhasil. Walaupun akibatnya ia tak dapat mati. Begitulah Waska, apapun yang diinginkannya harus dilaksankan dengan baik dan dengan berbagai cara yang baik. Menurutnya, jika sesuatu dijalankan dengan mementingkan proses, apapun hasilnya, pasti akan berpengaruh pada hati, pikiran, maupun jiwa. Pada saat itu Waska memang akan melakukan kegiatan yang sangat besar dan terencana, karena ia dan komplotannya memang diasingkan dari dunia luar. Perbuatan besar itu tidak akan ia sia-siakan hanya karena salah satu bala tentaranya tidak bertanggung jawab terhadap waktu. Oleh karena itu ia membunuh Engkos karena tidak sabar menghadapi waktu. SAMBIL MELUDAHKAN SEDERETAN KATA- KATA UMPATAN, WASKA MELEMPARI ENGKOS DENGAN BATU DAN APA SAJA YANG DIDAPAT. ORANG-ORANG YANG MENONTON PUN IKUT MELEMPARI, MEREKA BARU BERHENTI KETIKA ENGKOS SUDAH NGGAK BERKUTIK LAGI.