Tema Unsur Intrinsik Drama

termasuk drama pasti memiliki tema yang merupakan gagasan umum dari keseluruhan cerita, tema itu sendiri membicarakan tentang ide pokok atau hal yang mendasari isi cerita. Tema tidak disampaikan langsung oleh pengarang kepada pembaca, akan tetapi ia hadir secara implisit melalui isi cerita. “Tema merupakan “struktur dalam” dari sebuah karya sastra”. 40 Dalam drama, tema akan dikembangkan melalui alur dramatik dalam plot oleh tokoh- tokoh dengan perwatakan yang memungkinkan konflik dan diformulasikan dalam bentuk dialog. Dialog tersebut yang merunutkan tema dari para lakonnaskah. “Semakin kuat, lengkap, dan mendalam pengalaman jiwa pen garangnya akan semakin kuat tema yang dikemukakan”. 41 Tema yang kuat, lengkap, dan mendalam biasanya lahir karena pengarang berada dalam suasana jiwa yang luar biasa. Suasana di mana ia menjadi lakon dalam naskahpementasannya. Konflik batin di dalam sebuah naskah drama haruslah benar-benar dihayati oleh pengarang, karena dengan tema semacam itu, pembaca akan lebih mudah dan cepat menangkap dan menafsirkan tema yang dimaksud oleh pengarang.

2. PlotAlur

Plot merupakan unsur utama pembangun karya drama. Plot atau alur sebuah cerita ini sangat penting tujuannya karena untuk melihat kesinambungan antara masing-masing penyajian peristiwa dalam karya sastra. Stanton mengemukakan bahwa “plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain”. 42 Plot ini sendiri merupakan kegiatan dalam memilih cerita, misalnya di tahap awal itu dinamakan pengenalan, jadi setiap cerita terdapat bagiannya yang sudah disusun secara apik dan indah oleh pengarang. Tahapan di dalam plot berfungsi untuk mengetahui urutan waktu penceritaan sebagaimana tahapan awal di dalam sebuah karya berisikan tentang informasi penting yang 40 Herman, Op,cit., h.26 41 Ibid, h. 24 42 Burhan, Op,cit., h. 113 berkaitan dengan peristiwa-peristiwa pada tahap selanjutnya. Biasanya, tahap pertama disebut tahap pengenalan. Pada tahap ini pengarang memperkenalkan tokoh-tokoh dramanya dengan watak masing-masing. Pada tahap kedua, alur peristiwa yang terjadi di dalam sebuah karya biasanya ditandai dengan adanya konflik antarpelaku yang merupakan bagian paling menegangkan di dalam sebuah karya. biasanya konflik di sini tidak terlalu serius, hanya pertikaian awal antarpelaku atau masalah yang dialami oleh para lakon. Dari tahap pengenalan sebelumnya, sekarang sudah lebih mendalam karena adanya pertikaian. Kemudian tahap ketiga yang merupakan tahap klimaks atau titik puncak cerita. biasanya, konflik yang meningkat itu akan meningkat terus sampai mencapai titik gawat dari sebuah cerita. Pengarang yang pintar memanjakan pembaca, pasti akan dibuat geregetan karena keingintahuan pembaca terhadap akhir cerita yang dibaca. Akhirnya, tahap ini disebut tahap peleraian yang menampilkan adegan klimaks suatu karya. Di mana dalam tahap ini konflik sudah mereda atau menurun. Tokoh-tokoh yang memanaskan situasi atau meruncingkan konflik telah mati atau menemukan jalan pemecahan. Dalam naskah drama Arifin C. Noer, biasanya akhir dalam ceritanya membutuhkan penjelasan akhir seperti cerita dalam wayang. Akan tetapi dalam naskah drama yang dibahas ini, akhir ceritanya menggantung karena merupakan naskah caturlogi yang berkesinambungan dengan naskah-naskah yang lainnya. Naskah drama Umang-umang ini merupakan serial kedua dari caturlogi Orkes Madun, maka dari itu akhir ceritanya tidak ada penjelasan.

3. Tokoh dan Penokohan

Berbicara tentang plot dan unsur lainnya, tokoh dan penokohan di dalam sebuah karya tidaklah boleh terlupakan, hal ini sangat penting karena tanpa adanya tokoh pemain di dalam sebuah karya, maka tidak akan ada yang mencipta peristiwa dan tidak akan ada konflik dalam peristiwa tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Waluyu, mengemukakan “penokohan ialah cara pengarang menampilkan tokoh-tokohnya, watak tokoh-tokoh, dan bagaimana