aktris, keras lemahnya dialog, dan sebagainya. Teks samping ini biasanya ditulis dengan tulisan yang berbeda dari dialog, biasanya ditulis miring atau
huruf kapital semua. Dalam naskah drama Umang-umang ini, teks samping ditulis dengan hurup kapital. Teks samping sangat berguna untuk memberikan
petunjuk kepada pemain jika naskah drama ini dipentaskan, dan juga kepada pembaca jika tidak dipentaskan. Untuk keperluan pementasan, teks samping
memberikan petunjuk kapan aktor harus diam, jeda antarkedua pemain, suara berbisik, keadaan pemain seperti batuk, dan sebagainya. Di dalam naskah itu
dijelaskan secara jelas dan gamblang, yang berbeda hanya di dalam naskah drama hal itu ditulis, sedangkan dalam pementasan teks samping berupa
panduan atau bisa disebut bukan dialog.
D. Unsur Ekstrinsik Drama
Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung, ia memengaruhi terciptanya sebuah karya lewat
latar belakang sosial pengarang. “Ekstrinsik ialah unsur-unsur pengaruh luar eksplanasi dan unsur lahiriah yang terdapat dalam k
arya sastra itu”.
52
Menurut Welleck dan Warren, bagian yang termasuk unsur “ekstrinsik karya sastra adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap,
keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya sastra yang d
itulisnya”.
53
Misalnya karya Arifin ini, ia memasukan unsur Cirebon lewat nama-
nama tokoh dalam naskahnya. “Unsur ekstrinsik berikutnya adalah keadaan psikologi, baik yang berupa psikologi pengarang
yang mencakup proses kreatifnya, psikologi pembaca, maupun penerapan prinsip psikologi dalam karya”.
54
Misalnya keadaan psikologis pengarang
memengaruhi keadaan tema, bahasa, serta alur cerita dalam karyanya.
52
P. Suparman Natawijaya, Apresiasi Sastra dan Budaya, Jakarta: PT Interma, 1982, h. 101
53
Burhan, Op,cit., h. 24
54
Ibid, h. 24
E. Drama sebagai Media Pembelajaran
“Pengajaran drama di sekolah dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan, yaitu: 1 pengajaran teks drama yang termasuk sastra, dan 2
pementasan drama yang termasuk bidang teater”.
55
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar-mengajar yang digunakan untuk
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, serta keterampilan siswa sehingga
terjadinya proses pembelajaran.
Sebagai media pembelajaran, drama dapat dikategorikan sebagai pembelajaran teori drama dan pembelajaran apresiasi drama.Masing-masing
pembelajaran ini terdiri atas dua jenis, yaitu teori tentang teks naskah drama dan apresiasi pementasan drama. Dalam apresiasi itulah, naskah maupun
pementasan adalah hal penting karena teori termasuk dalam kawasan kognitif, dan apresiasi dalam kawasan afektif. Untuk meningkatkan daya apresiasi
siswa, maka langkah yang ditempuh adalah meningkatkan kemampuan membaca karya sastra, dalam hal ini adalah naskah drama. Hal ini
dimaksudkan agar siswa memiliki pengetahuan luas tentang sastra, seni, dan budaya yang terkandung di dalam drama baik dalam segi pementasan dan
teori serta karya.
Mempelajari naskah drama, dapat memperkaya kemampuan membaca dan memahami jalan cerita, tema, masalah tentang masyarakat, dan juga
melalui dialog-dialog pelakunya, siswa juga belajar tentang bahasa lisan dan kemampuan tampil percaya diri di depan kelas.Pengajaran drama juga dapat
melatih keterampilan berbahasa siswa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Siswa akan menyimak naskah yang dibacakan oleh siswa lainnya
yang kemudian ia menganalisis naskah tersebut menjadi tulisan yang kemudian membacakan juga hasil analisisnya di depan kelas.Drama sangat
penting bagi bagi pendidikan karena dapat mengungkapkan lebih banyak tentang kemanusiaan dalam segala kekompekan dan konflik-konfliknya itulah
yang membentuk pembelajaran drama. “Drama tidak hanya cermin
55
Herman, Op,cit., h. 156