Tokoh dan Penokohan Unsur Intrinsik Naskah Drama Umang-umang atawa Orkes Madun II Karya Arifin C. Noer.
naskah lakon ini. Borok dan Ranggong adalah tokoh yang berkaitan penting dengan Waska.
Waska adalah seorang pemimpin komplotan yang disegani anak buahnya.
Nabi : Kenapa Waska?
Gustav : Waska, pemimpin besar kami,
pemimpin umat manusia, sedang menderita sakit. Bahkan pada detik-detik ini ia sedang dalam
keadaan inkoma, sakaratulmaut. Nabi
: Kalian kelewatan, betul-betul kelewatan. Tuhan, ampunilah mereka karena
mereka menangisi waska. Debleng
: Ya, kami menangisi Waska. Nabi
: Waska, kalian tangisi? Nggak masuk akal, nggak masuk akal. Waska? Orang
macam itu? Gustav
: Orang katamu? Dia lebih dari orang.
Ranggong : Orang katamu? Dia raja. Dia
pembesar. Dia pembela. Dia penghibur. Dia juga adalah sebuah kendi air di suatu jalan lenggang di
suatu desa yang tandus. Dan Tuhan pun tahu tangi kami adalah ucapan spontan terima kasih kami.
8
Begitulah pendapat mereka tentang Waska, seorang pemimpin komplotan yang ditakuti, dikagumi, dan semua orang patuh padanya.
Mereka sangat patuh, hal ini terlihat pada dialog ketika berikut ini. Waska
: Ranggong Ranggong
: Ranggong di sini, Waska, di becak nomor tiga belas.
Waska : Borok
Borok : Gua di kuburan cina, Waska.
Waska : Japar
Japar : Aku dalam bus kota, orang tua
9
Meskipun Waska dihormati, dikagumi, dan dipatuhi, ia tetap tidak ingin disembah layaknya Tuhan. Waska juga makhluk Tuhan, hanya saja
kedudukannya di hadapan anak buahnya dianggap dewa.
8
Arifin, Op,cit., h. 10
9
Ibid, h. 3
Waska : Engkos
Engkos : Engkos tadi sudah diludahi, Waska.
Waska : Keluar sebentar, bajingan. Ke sini
ENGKOS MENDEKATI
WASKA DENGAN
LANGKAHNYA JONGKOK ALA KRATON JAWA ATAWA SUNDA. DAN MELIHAT INI BUKAN MAIN
MENYALA AMARAH WASKA.
10
Waska sangat tidak suka kepada orang yang merendahkan dirinya di hadapan orang lain, sekalipun di hadapannya. Sebagai pemimpin, Waska
juga mengajarkan kebaikan pada anak buahnya. Ia betul-betul seorang pemimpin yang bijaksana dan dapat menghargai waktu.
Engkos : Waska, kita sudah tujuh jam
mengintip nonstop. Bagaimana seterusnya? Waska
: Betul-betul anjing kurapan budak setan. Nggak sabaran. mana bisa dia menjadi
penjahat besar
tanpa memiliki
ketahanan menghadapi waktu.
11
Waska memiliki prinsip seorang pemimpin, seorang penyabar, seorang yang pernah berlayar mengarungi waktu. Ia menginginkan anak
buahnya menghargai setiap detik waktu yang berjalan dan tetap mengawasi keadaan di sekitarnya tanpa rasa bosan. Seperti ia juga yang
seorang bekas kelasi, berlayar penuh kesabaran dan tawakal. Jonathan
: Kamu kehilangan sesuatu tapi kamu tidak menyadarinya, Waska. Cobalah
sebentar kennangkan semuanya secara utuh. Berlakulah adil, timbanglah satu demi satu dari
seluruh yang kau miliki. Waska
: Janganlah mencoba mengorek- ngorek masa lampauku. Sentimental Dan lagi
apakah kamu kira ketika aku menjadi kelasi lantaran didorong oleh romantik keremajaan
keluarga ningrat? Seperti romantik semangat kesenianmu yang penuh skandal itu?
12
10
Ibid
11
Ibid, h. 2
12
Ibid, h. 49
Sekalipun waska orang yang ditakuti, ia juga punya kelemahan atau rasa takut terhadap sesuatu. Hal yang ia takuti adalah Bigayah, perempuan
yang mencintainya habis-habisan. Bigayah
: Waska Waska Waska
: Pasti suara itu. Aku mendengar suara itu. Aku tidak pernah merasa takut kecuali
setiap hari mendengar suara itu. suara itu seperti suara mendiang ibuku yang tidak pernah jelas
wajahnya. Suara itu seperti suara istriku yang tidak pernah ada. Suara itu seperti suara anak
perempuanku yang tidak akan pernah lahir, dan aku takut. Aku berubah jadi badut menghadapi
menghadapi cobaan ini. bigayahkah itu?
Bigayah : Ya Waska, Bigayahmu
13
Waska tidak pernah mencintai seorang perempuan. Ia tak menginginkan hubungan serius kepada perempuan. Ia pun tak menikah. Ia
adalah penjahat, maka dari itu ia tak menginginkan ada perempuan di sisinya.
Bigayah : Jangan bersembunyi, Waska.
Jangan bersembunyi. Biar saja polisi-polisi dan kamtib-kamtib menangkap kita, asalkan kita bisa
tetap bercinta. Biarkan kita terjaring Dewi Ratih dan Kamjaya, Waska. Nasib buruk, kesialan,
kemelaratan dan penyakit jangan pula kita biarkan memunaskan cinta kita. Melarat sudah, penyakitan
sudah, tapi janganlah kita dimakan kebencian. Waska
: Aku tidak bersembunyi, aku bertapa, aku bersemedi, aku menghitung jumlah
semut yang pernah ada dan jumlah tarikan napas yang selama ini. Jangan dekati aku. Kalau cintamu
tidak atau belum mendapatkan balasan dari hatiku, adalah karena pikiranku yang jahanam serta penuh
kepongahan yang adalah bagaikan putra Nuh nan durhaka.
14
Sebagai pemimpin besar yang hidup di tengah kemiskinan, maka Waska pun memiliki rencana yang sangat besar pula. Rencana merampok
13
Ibid, h. 18
14
Ibid, h. 19
semesta, dalam naskah drama ini diceritakan bagaimana obsesi Waska terhadap rencananya itu.
Waska : Ranggong
Ranggong : Saya, Waska?
Waska : Sebentar lagi kumpulkan semua
orang Ranggong
: Di sini, Waska? Waska
: Kalau mungkin dan kalau sempat hubungi juga para sesepuh kita dan bawa ke sini.
Para pelacur yang masih melayani tamu-tamunya biar menyusul belakangan, asa kamu beritahu juga.
Lalu kalau kebetulan ketemu Borok, bilang padanya saya tidak sabar menunggu jamu yang
dijanjikannya.
Ranggong : Baik, Waska
Waka : Rasanya saya harus menceritakan
rencana besar juga. Saya kira inilah malamnya. Hampir setengah abad saya nantikan malam serupa
ini, anginnya serupa ini, ketetapan hati serupa ini. Tuhan, impian besar dan spektakuler itu telah
mengganggu selera makanku, telah mengganggu tidurku, telah mengganggu selera syahwatku
selama hampir setengah abad. Ranggong…. Ranggong
: Ya, Waska Waska
: Ranggong, sejak muda saya memimpikan memimpin suatu operasi besar secara
simultan. Seluruh penjuru kota kita serang, kita rampok habis-habisan. Paling sedikit 130 bank
yang ada, 400 pabrik, 2000 perusahaan menengah dan kecil dan ribuan toko-toko dan warung-
warung yang ada di kota ini, akan kita gedor secara serempak. Mendadak. Pasti. Pasti menetas
impian tua saya ini. Jumlah kita, anak-anak lapar dan dahaga sudah menjadi rongga mulut raksasa
yang juga akan mengancam keheningan langit. Kehadiran
kita yang
bersama ini
akan menggetarkan para nabi dan malaikat.
15
Akan tetapi, di tengah rencana spektakulernya itu, Waska menderita penyakit yang kita tidak tahu apa namanya. Hingga ia memerintahkan
anak buahnya Borok dan Ranggong untuk mencari jamu dadar bayi.
15
Ibid, h. 5
Semar : Sebagian orang menganggap
tokoh Waska itu sebagai lelaki atau jawara tua setengah sinting. Eksentrik kaya seniman besar.
Sebagian lagi menganggap penyakitnya itu sebagai guna-guna atau tenung yang dilontarkan orang atau
atau
musuhnya. Tapi
sebagaian lagi
menganggapnya pada saat seperti itu ia sedang bercakap-
cakap dengan „Yang Maha Kuasa‟ mengingat kedudukannya nyaris seperti nabi. Saya
sendiri sebagai semar yang memerankan tokoh itu cuma menganggapnya sebagai tokoh yang sangat
kocak yang sadar akan kekocakkannya serta kekocakkan lingkungannya.
16
Kemudian tokoh Borok dan Ranggong yang merupakan anak buah setia Waska. Mereka juga disebut tokoh antagonis karena perbuatannya
sama persis dengan Waska. Waska
: Kamu gagah laksana golok. Tapi kamu juga indah laksana fajar. Kamu memang
golokku dan fajarku. Sudah berapa lama kamu menjadi perampok?
Ranggong
: Tepatnya lupa, Waska. Seingat saya, selepas sekolah dasar sya sudah mulai
mencuri kecil-kecilan dan sekarang umur saya lebih empat puluh tahun.
Waska : Pengalaman penjara?
Ranggong : Tiga kali tiga tempat.
Waska : Senior kamu, Ranggong, dan itu
artinya kamu bisa mengambil alih peran lebih besar dalam impian saya itu. kawin?
Ranggong : Tidak, Waska, seperti kamu juga.
Waska : Sempurna. Kamu orang kedua
setelah Borok. Persis seperti impian saya. Ya, ya, kamu dan Borok seperti tangan kanan dan tangan
kiri, seperti busur dan anak panahnya, lengkap.
17
Dalam hal kejahatan yang sama dengan Waska, Borok dan Ranggong pun sangat setia. Mereka menuruti keinginan Waska yang
sedang sekarat untuk membawakan jamu dadar bayi sebagai obat penawar.
16
Ibid, h. 7.
17
Ibid, h 5
Ranggong : Artinya, untuk menyambung
umur, kita harus tega mengerjakan hal-hal sebagai berikut, satu, membunuh bayi. Dua,
membedah bayi. Tiga, merenggut jantung bayi. Empat,
mengeringkan, menjemur,
atau memanggang jantung bayi. Lima, menumbuk
jantung bayi kering sampai halus. Enam, meminum wedang yang mengandung bubuk
jantung bayi.
18
Ranggong dan Borok memang anak buah yang setia, sampai pada mereka meminum jamu dadar bayi bersama-sama dan tidak mati pun
bersama-sama. Borok
: Kita bunuh diri saja, pak. LALU MEREKA SALING BERPANDANGAN
SELAMAT TINGGAL DAN SELANJUTNYA MEREKA BERUSAHA MENUSUK PERUT
MEREKA
MASING-MASING DENGAN
TANGKAI KAIL WALISAN TAPI SEBELUM TERLANJUR, ORANG-
ORANG DATANG
BERMUNCULAN MENGGAGALKAN
NIAT MEREKA,
SEKUAT TENAGA
ORANG-ORANG MENGHALANGI
PERBUATAN NEKAD
MEREKA, LALU SETELAH KETIGANYA KEMBALI
TENANG ORANG-ORANG
KELUAR. Waska
: Nggak jadi mati kita? Ranggong
: Kebaikan yang jelek Borok
: Pokoknya jahat. Ranggong
: Kita berantem saja yuk bunuh- bunuhan?
Begitulah ketiganya mencari jalan keluar untuk mati. Mulai dari berantem, saling memaki, melompat ke jurang, tapi semuanya tidak ada
hasil. Mereka hidup abadi sampai mereka bosan.
18
Ibid, h 39
b. Tokoh sentral-protagonis Tokoh sentral protagonis adalah tokoh yang bersebrangan
pemikirannnya terhadap tokoh antagonis, tokoh-tokoh di sini meliputi: Semar dan JonathanSeniman.
Semar adalah tokoh utama atau wujud lain dari seorang Waska. Ia sama sekali berbeda dengan Waska, bahkan ia tak menyukai sifat Waska
itu sendiri. Ia juga merupakan sutradara dalam lakon naskah ini. Semar
: Apakah yang sedang terjadi atau telah terjadi, para penonoton? Nah saya Semar,
pemimpin rombongan sandiwara ini tanpa tedeng aling-al
ing ingin menjelaskan apa adanya….
19
Semar yang walaupun wujud lain dari Waska, tetapi ia adalah yang tidak menyetujui rencana spektakuler Waska. Ia juga tidak menyukai
pribadi dan karakter Waska. Semar
: Yang maki-maki dan meludahi tadi Waska, bukan saya. Terus terang saya
pribadi gak suka sama Waska.
Semar, sebagai kepala rombongan dan sekaligus sutradara dalam lakon ini berpendapat bahwa tokoh yang diperankan Waska sangatlah
kocak. Semar
: …..Saya sendiri sebagai Semar, menganggap tokoh yang saya perankan ini sangat
kocak yang sadar akan kekocakkannya dan kekocakkan lingkungannya.
Semar
: Waska memang keras kepala
20
Tokoh Semar adalah wujud lain dari tokoh Waska yang karena tokoh Waska tidak dapat mati hingga akhir. Usia semar dalam naskah drama
Orkes Madun I atawa Madekur dan Tarkeni adalah 2400 tahun. Dalam pewayangan, tokoh Semar adalah tokoh Batara Ismaya yang tidak
mengenal mati. Itu mengapa tokoh Waska yang sudah dimakan penyakit tidak juga mati.
19
Ibid, h. 3
20
Ibid, h. 39
Di akhir cerita, Semar tidak pernah muncul lagi dalam diri Waska, akan tetapi Waska bukanlah Waska yang seutuhnya. Semar memang tidak
bernaung lagi dalam tubuh Waska, melainkan meninggalkan warisan yang berupa keabadian.
Kemudian tokoh Jonathanseniman yang tidak setuju dengan jalan hidup Waska dan segala yang dikerjakan Waska, terutama rencana
spektakulernya. Jonathan sengaja mempermainkan pikiran Waska dengan mengingatkannya tentang masa lalu dan cita-cita Waska terdahulu.
Jonatan : Kamu tidak pingin berlayar lagi?
Waska : Aku sudah tua. Maksudku aku
punya pekerjaan lebih besar. Jonatan
: Amarahmu maksudmu? Waska
: Apalah namanya tapi yang penting besar dan penting buat kemanusiaan. Dan aku
minta supaya kamu jangan mencoba mengorek- ngorek masa lampauku, yang pernah kamu tahu
dan yang pernah kamu dengar.
Kemunculan Jonatan bisa dikatakan jarang berdialog dengan tokoh- tokoh lain karena ia hanya sibuk dengan keseniannya sendiri. Ia sibuk
memainkan biola bahkan ia sama sekali tidak berada dalam satu panggung. Ia hanya menonton dan sesekali member komentar jika ada kehebohan.
Jonatan : Sebentar, Waska, aku kira
amarahmu mulai tak tentu arah. Terus teranag aku tak hendak berdebat soal kesenianku, tapi
kamu sendiri tahu kesenian yang kamu bicarakan sudah lama aku tinggalkan dan kamu sendiri juga
tahu bagaimana selama ini aku menulis serta menyanyi tentang kalian, tentang kamu.
Waska
: Kalau begitu kamu sedang memainkan sekandal yang lain dan mungkin yang
lebih besar lagi. Jonatan, ternyata jiwamu cacingan, atau mungkin kamu idiot tanpa
diketahui sejarah. Selama ini kamu mengira nyanyian kamu, kesenian kamu mewakili
kelaparan kami, amarah kami? Cuah Ilusi Dan lebih dari itu, sambil membungkam rasa
persahabatanku padamu, aku menuduhmu, aku mendakwa kamu telah mengatas namakan kami,
penderitaan-penderitaan kami dan kamu telah mendapat keuntungan dan kehormatan.
Jonatan : Aku menyesal sekali persahabatan
kita yang berpuluh tahun berakhir seperti ini, maksudku kamu putus secara sepihak dan keji
seperti ini. tapi sebelum segala sesuatunya berakhir
aku minta
supaya kamu
sudi mendengarkan
penjelasan-penjelasan tentang
kesenian saya, tentang akhlak dan tentang nilai persahabatan.
Sifat dan sikap Jonatan dianggap keterlaluan oleh Waska, karena mereka pernah menjadi sahabat yang melakukan pekerjaan secara
bersama-sama, perjalanan bersama-sama, keinginan bersama-sama, segalanya bersama-sama.
Jelas sekali Waska lupa akan persahabatannya dengan Jonatan, ia lupa segalanya. Akan tetapi, Waska bukanlah orang yang munafik, ia jelas
mengatakan kepada Jonatan bahwa ia tak menyukai Jonatan sedikitpun untuk saat itu. Ia jelas menolak secara terang-terangan tanpa basa-basi dan
tanpa perihal apapun. Tidak seperti Jonatan yang munafik, yang merusak orang lain untuk kesenangan dirinya sendiri, untuk ketenaran dirinya
sendiri.
c. Tokoh pendukung Bigayah adalah seorang pelacur tua yang sangat mencintai Waska. Ia
merelakan apapun Waska. Namun tak disangka, Waska justru menolak mentah-mentah cinta suci dari Bigayah karena sesuatu alasan.
Bigayah : Sudah hampir empat puluh tahun
aku dirundung cinta suci atasmu, Waska, masihkah kau menampik?
Waska : Aku mohon janganlah engkau
memperdengarkan suaramu. Frekuensi suaramu sedemikian rupa menyebabkan gendang telingaku
terluka dan jantung melipatkan debarannya tujuh ribu kali perdetik. Aku mohon, Bigayah, aku
mohon. Bigayah
: Bungkus ketupat empat puluh lebaran yang lalu suguhanku yang kau makan
masih kusimpan
sebagai kenang-kenangan,
Waska. Juga punting minak jingo yang kamu hisap empat puluh tahun yang lau masih kusimpn
sebgai tanda bukti kasihku padamu, Waska. Bahkan tikar yang kita pergunakan pertama kali
malam itu, empat puluh cap gomeh yang lalu masih
tergantung sebagai
hiasan dinding
rumahku, Waska. Empat puluh Waska, angka yang cukup banyak
dan cukup baik, masihkah kau menolak lamaranku, kehadiranku, cintaku. Waska, pada
usiamu yang hampir seratus tahun seperti sekrang ini kau memerlukan seorang teman dalam
kekosonganmu dan kesunyianmu.
21
Sungguh begitu setianya Bigayah kepada Waska, tapi cintanya berpetuk sebelah tangan. Waska orang kuat dan hebat yang menganggap
pernikahan adalah omong kosong belaka. Oleh karena itu, ia tidak mau menikah atau terikat dengan orang lain.
Kemudian ada Nabi yang menjadi pendukung dalam naskah drama ini. nabi menganggap kelompok yang dipimpin oleh Waska hanyalah para
manusia yang putus asa dan ketakutan dalam mengahdapi kenyataan. Nabi : Tapi, Waska, apakah kamu tidak
menyadari, sebenarnya kamu dan kawan- kawanmu sedang diliputi oleh suatu sikap
keputusasaan yang sangat gelap mengerikan?
22
Itulah penggambaran tokoh-tokoh dalam naskah drama Umang- umang atawa orkes madun II ini. Penggambaran tokoh berfungsi untuk
memperkenalkan sifat dan sikap lakon dalam menjalani kehidupan di dalam naskah. Ketika tokoh sudah dijelaskan dan dideskripsikan, penulis
melanjutkan analis unsur intrinsik berikutnya, yaitu mengenai alur.