Amanat Unsur Intrinsik Naskah Drama Umang-umang atawa Orkes Madun II Karya Arifin C. Noer.

memiliki sesuatu sistim manajemen dan organisasi yang paling sempurna. Dan alam selalu efisien dalam segala hal. Anak-anakku, setiap makhluk mempunyai batas waktu hidup yang pada dasarnya telah disesuaikan dengan kemampuan makhluk itu dalam rangka kesemestaan. Di luar atau keluar dari kerangka ini akan menyebabkan kegoncangan-kegoncangan, baik pada semesta maupun pada yang bersangkutan sendiri. Yakinlah bahwa setiap penyelewengan hanya akan menghasilkan penyelewengan juga. 41 Amanat yang disampaikan ini perihal menjaga alam, kematian, serta akibatnya. Kita sebagai makhluk yang hidup di bumi yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah, haruslah pintar dalam mengolah serta menyuburkan. Jika kita merusak ekosistim alam, maka alam pun akan membalas dendam dengan caranya sendiri. Jangan serakah terhadap alam dan juga pada diri sendiri, bersikaplah efisien dan memanfaatkan segala yang ada dan mengolahnya kembali. Seperti yang terkandung dalam QS. Ar-Rum 30 Ayat 41-42.      41 Ibid, h. 56 Ayat 41 memiliki arti bahwa “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar. Sedangkan ayat 42 memiliki arti “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang- orang yang mempersekutukan Allah.” Isi kandungan dari ayat tersebut menjelaskan bahwa selain untuk beribadah kepada Allah, manusia juga diciptakan Allah sebagai khalifah di muka bumi. Kerusakan berupa musibah, bencana, dan malapetaka yang terjadi di permukaan bumi baik di darat maupun di laut disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Kerusakan yang terjadi melalui lima bidang kehidupan, pertama kerusakan di bidang keimanan. Kedua, kerusakan dalam bidang mental dan intelektual. Ketiga, kerusakan dalam bidang pembinaan dan kehidupan keluarga. Keempat, kerusakan dalam bidang martabat manusia dan kelima kerusakan dalam bidang material dan sumber daya alam. Dalam alquran juga terdapat ayat yang menjelaskan tentang larangan bunuh diri. Bunuh diri sangat dilarang dan dibenci oleh Allah SWT karena hanya Dialah yang berhak mengambil kehidupan yang telah Dia berikan. Dengan bunuh diri, seseorang akan merasakan penderitaan tiga kali, yaitu penderitaaan di dunia yang mendorongnya berbuat seperti itu, penderitaan menjelang kematiannya, dan penderitaan yang kekal di akhirat nanti. Berikut surat An-Nisa ayat 29-30 tentang larangan memakan harta orang lain dan bunuh diri,    yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Pada ayat 30 mengandung arti “dan barang siapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. kedua ayat ini menegaskan agar umat islam menghargai harta dan jiwa orang lain, sama seperti mereka menghormati jiwa dan hartanya sendiri dan janganlah mereka berlaku keji dan zalim. Segala bentuk pemerkosaan terhadap harta orang lain adalah perbuatan tercela, kecuali berazaskan transaksi yang sah serta pemiliknya melakukan transaksi ini dengan kerelaan yang penuh. Melanggar harta orang lain adalah kezaliman jiwa pelakunya, dari itulah, perbuatan yang dilakukan nanti mendatangkan hukuman dan siksaan yang berat. Dari dua ayat di atas, terdapat beberapa pelajaran yang dapat dipetik: 1. Islam menghormati kepemilikan pribadi dan kerelaan pemilik merupakan syarat bertransaksi. 2. Sistem ekonomi yang tidak benar hanya akan melahirkan kesenjangan sosial yang akan melahirkan masalah sosial. 3. Islam melarang tindak pencurian dan penipuan yang dapat merugikan orang lain. 4. Jiwa manusia itu mulia, maka dari itu islam mengharamkan hukum bunuh diri atau membunuh orang lain. 5. Allah Swt mengasihi manusia, tetapi tetap bersikap tegas terhadap para pelaku kezaliman, karena hak masyarakat sangat penting di sisi Allah. Sesungguhnya setiap makhluk yang hidup memerlukan mati. Waska, Borok, dan Ranggong adalah makhluk hidup yang membutuhkan mati. Mereka mencari mati agar mereka dapat terlepas dari beban-beban hidup yang bersifat materialis. Mereka membutuhka mati untuk memperoleh ketenangan jiwa. Itulah yang mereka lakukan untuk memperoleh ketenangan. Tidak di desa, tidak di kota, tidak juga kematian, semuanya ingin tenang.

B. Pandangan Hidup Tokoh Waska dalam Naskah Drama Umang-umang Karya Arifin C. Noer.

1. Pandangan Tokoh Waska tentang Cinta Kasih

Waska adalah tokoh utama yang mencipta konflik dan mencipta setiap peristiwa. Waska adalah sosok yang anti-kemapanan. Anti- kemapanan beragam macamnya. Terkait latar waktu, anti-kemapanan di sini adalah anti terhadap pemerintahan Orde Baru. Waska bukanlah seorang pelaut yang melalui jalur pendidikan untuk melakukan pekerjaannya itu. Ia hanya korban pemerintahan yang mengandalkan pengalaman. Setelah pemerintahan berganti, lepaslah tugas Waska untuk mengarungi lautan. Layaknya seorang pelaut, ia hanya hidup sendiri di tengah samudera, tidak mengenal orangtua, kerabat, bahkan cinta. Akan tetapi, ketika ia berada di daratan dan memimpin komplotan, ia dikenalkan banyak hal. Walaupun begitu, tetap saja cara pandangnya terhadap dunia masih seperti ketika ia di lautan. Pandangan hidup Waska tentang cinta kasih adalah bahwa ia tidak mengakui keberadaan cinta. Ia menampik adanya keberadaan cinta dan keberadaan Bigayah, mucikari lokal di lingkungan Waska. Meskipun Bigayah sangat sering mendekati Waska, akan tetapi Waska selalu menampik dan memilih untuk lari. Bigayah : Sudah hampir empat puluh tahun aku dirundung cinta suci atasmu, Waska, masihkah kau menampik? Begitu berartinya Waska bagi Bigayah, sampai-sampai segala hal yang berkaitan dengan Waska ia simpan rapih dalam hatinya dan kebiasaannya. Akan tetapi, Waska selalu menjauh dan pergi dari hadapan Bigayah. Bigayah : Jangan bersembunyi, Waska. Jangan bersembunyi. Biar saja polisi-polisi dan kamtib-kamtib menangkap kita, asalkan kita bisa tetap bercinta. Biarkan kita terjaring Dewi Ratih dan Kamajaya, Waska. Nasib buruk, kesialan, kemelaratan, dan penyakit jangan pula kita biarkan memusnahkan cinta kita. Melarat sudah, penyakitan sudah, tapi janganlah kita dimakan kebencian. Waska memang menampik keberadaan cinta, akan tetapi bukan berarti ia tidak pernah merasakan cinta. Ia juga merasakan cinta layaknya manusia biasa. Ia pernah juga mengakui bahwa ia rindu dengan Bigayah, bahkan pada saat ia sedang dalam keadaan panik, ia selalu meneriakan nama Bigayah, bukan nama Tuhan atau sosok superior lainnya. Waska : Aku mohon janganlah engkau memperdengarkan suaramu. Frekuensi suaramu sedemikian rupa menyebabkan gendang telingaku terluka dan jantung melipatkan debarannya tujuh ribu kali perdetik. Aku mohon, Bigayah, aku mohon. Apabila kita merasakan cinta, pastilah degupan jantung kita berlipat- lipat cepatnya. Itulah bukti bahwa Waska merasakan cintanya kepada Bigayah. Tetapi ia menampiknya dan menolaknya mentah-mentah. Itu semua ia lakukan karena ia adalah penjahat besar yang tidak akan