commit to user
digunakan dalam siklus II adalah alam, yaitu siswa dibawa langsung untuk melihat taman sekolah mereka dan di sana mereka diminta langsung
menulis puisi. Dari 37 siswa, ada 3 siswa yang belum mencapai KKM menulis puisi dan dua siswa yang lain tidak hadir.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, deskripsi hasil pengamatan tindakan, tujuan yang ingin dicapai, dan paparan hasil penelitian, berikut ini dikemukakan
pembahasan hasil penelitian. Pembahasan ini meliputi peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan SAVI pada siswa
kelas VII-MTs Negeri 1 Surakarta. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap. Tahap penelitian tersebut
terdiri dari: 1 tahap perencanaan tindakan; 2 tahap pelaksanaan tindakan; 3 tahap observasi dan interpretasi; serta 4 tahap analisis dan refleksi.
Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan observasi awal terlebih dahulu guna mengetahui kondisi yang terjadi di lapangan, yaitu di MTs
Negeri 1 Surakarta. observasi dilakukan saat pembelajaran menulis puisi dilaksanakan di kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta. Selain itu, dilakukan pula
wawancara dengan siswa dan guru, dan penyebaran angket. Dari kegiatan ini diketahui kondisi nyata yang terjadi pada pembelajaran menulis puisi di Kelas
VII-H MTs Negeri 1 Surakarta. Dari observasi awal ini juga diketahui bahwa terdapat masalah dalam pembelajaran menulis puisi.
Berdasarkan hasil observasi awal tersebut, peneliti menemukan bahwa keaktifan dan kemampuan menulis puisi siswa kelas VII-MTs Negeri 1 Surakarta
bisa dikatakan tergolong kurang apabila dibandingkan dengan nilai keterampilan berbahasa dan bersastra Indonesia lainnya menyimak, berbicara, dan membaca.
Dari sebab itu, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas yang bersangkutan guna memperoleh solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Setelah peneliti dan guru
mengadakan diskusi, akhirnya disepakati penggunaan pendekatan SAVI untuk memperbaiki pembelajaran menulis puisi di kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta.
commit to user
Selanjutnya, peneliti dan guru kelas Kristanti Handayani, S.S. menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran RPP guna melaksanakan tindakan di siklus I.
Tindakan I disiklus I merupakan tindakan awal untuk memperbaiki pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan SAVI. Dari tindakan I dideskripsikan hasil
pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan SAVI yang bertema keindahan pantai. Dari hasil pengamatan terhadap pembelajaran menulis puisi pada siklus I,
dalam pelaksanaannya ternyata masih terdapat kelemahan. Kelemahan yang terjadi pada siklus I tersebut berasal dari guru dan siswa. Berdasarkan segi guru
diperoleh hasil bahwa guru kurang mengelola kelas dengan baik karena banyak kegiatan yang seharusnya dilakukan sesuai dengan RPP tetapi terlupakan.
Dari sisi siswa diketahui bahwa mereka kurang termotivasi dan aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi sehingga antusias dan minat belajar
siswa masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari aktivitas siswa yang belum sepenuhnya aktif pada saat berlangsungnya pembelajaran menulis puisi. Pada
umumnya siswa masih mengabaikan materi. Mereka lebih banyak bercanda dengan teman sebangkunya atau melakukan aktivitas lain. Selain itu, hasil tulisan
mereka juga masih banyak yang belum mencapai batas KKM. Hal ini dikarenakan para siswa masih mengalami kesulitan dalam menulis puisi. Kelemahan tersebut
dapat dimaklumi karena tindakan yang dilakukan merupakan siklus pertama dalam penelitian ini.
Siklus II dilaksanakan untuk mengatasi kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada siklus I. Setelah peneliti berdiskusi dengan guru, akhirnya diperoleh
kesepakatan mengenai solusi yang harus dilakukan guru sebagai bahan perbaikan dari siklus I. Solusi tersebut berupa pengaturan kelas yang lebih baik lagi serta
pemberian motivasi kepada siswa. Pendalaman materi pun juga diupayakan untuk meningkatkan pemahaman siswa.
Dari hasil pelaksanaan siklus II, ada peningkatan keaktifan dan kemampuan menulis puisi siswa jika dibandingkan dengan siklus I. Siklus II
merupakan siklus terakhir dalam penelitian ini. Pada siklus ini guru dan peneliti
commit to user
berupaya memperkecil segala kelemahan atau kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan pembelajaran menulis puisi. Pelaksanaan siklus terakhir dengan
pendekatan SAVI ini merupakan siklus yang menguatkan hasil pada siklus I bahwa penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan
menulis puisi pada siswa kelas VII-MTs Negeri 1 Surakarta. Pada siklus I, jumlah siswa yang telah mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar sebanyak 24
siswa, sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan sebanyak 8 siswa dari sebelumnya. Hasil data tersebut, bisa dikatakan bahwa hampir semua siswa
berhasil mencapai KKM untuk menulis puisi. Jumlah siswa yang lulus adalah 32 siswa dengan hanya tiga siswa yang tidak lulus dan dua siswa tidak hadir.
Berdasarkan tindakan-tindakan yang telah disebutkan di atas, guru dikatakan telah berhasil melaksanakan pembelajaran menulis puisi dengan
penerapan pendekatan SAVI. Tindakan tersebut mampu membantu siswa dalam memunculkan imajinasi dan kosa kata sehingga mampu menulis puisi dengan
baik. Selain itu tindakan ini juga dapat meningkatkan minat dan motivasi mereka dalam mengikuti pembelajaran menulis. Terbukti dengan banyaknya siswa yang
aktif memberikan respons terhadap apersepsi yang diberikan guru, memperhatikan penjelasan materi yang diberikan guru, dan keaktifan mereka dalam bekerja
kelompok. Dari hasil pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan tiap siklus, dapat dikatakan bahwa penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan guru
dalam mengelola kelas karena pendekatan SAVI dapat digunakan sebagai sarana pendukung bagi guru untuk lebih meningkatkan keaktifan siswa selama
pembelajaran dan kemampuan siswa dalam menulis puisi. Keberhasilan pendekatan SAVI dalam meningkatkan keaktifan siswa
selama pembelajaran dan kemampuan siswa dalam menulis puisi dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut.
1. Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis puisi di kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta
commit to user
Peningkatan kualiats proses pembelajaran diindikatori dengan peningkatan beberapa aspek pendukungnnya. Peningkatan ini dapat dilihat
dari indikator keaktifan siswa dalam pembelajaran yang selalu mengalami peningkatan di setiap siklus. Tindakan berupa penerapan pendekatan SAVI
yang dilaksanakan tiap siklus mampu meningkatkan keaktifan siswa kelas VII-MTs Negeri 1 Surakarta selama pembelajaran menulis puisi.
Hasil analisis menyatakan bahwa keaktifan siswa pada siklus I mencapai 22 siswa 59, meningkat jauh lebih baik dari sebelumnya survei
awal yang kurang dari 35. Pada siklus II, keaktifan siswa meningkat menjadi 30 siswa 81, artinya jumlah siswa yang aktif bertambah 7 siswa.
Siswa yang aktif dalam siklus II ini adalah 30 siswa dari 35 siswa yang hadir. Keberhasilan peningkatan keaktifan siswa tersebut menjadi fakta
bahwa tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran lewat keaktifan siswa cukup berhasil. Hal ini membuktikan
bahwa pendekatan SAVI memiliki peran dalam meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
Berikut disajikan gambar peningkatan persentase keberhasilan kualitas proses pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan SAVI pada siswa kelas
VII- H MTs Negeri 1 Surakarta.
20 40
60 80
100
Prasiklus Siklus I
Siklus II
Gambar 6. Rekapitulasi Persentase Peningkatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta
commit to user
Secara lebih rinci, peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis puisi ini tercermin melalui uraian di bawah ini.
a. Keaktifan selama apersepsi Apersepsi
berasal dari
kata ”Apperception”
berarti menyatupadukan dan mengasimilasikan suatu pengamatan dengan
pengalaman yang telah dimiliki. Secara umum fungsi apersepsi dalam kegiatan pembelajaran adalah untuk membawa dunia mereka ke dunia
kita. Artinya, mengaitkan apa yang telah diketahui atau di alami dengan apa yang akan dipelajari. Apersepsi dalam pengajaran adalah
menghubungan pelajaran lama dengan pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana siswa mengusai pelajaran lama sehingga dengan
mudah menyerap pelajaran baru. Disaat guru akan mengajar sebuah konsep apa saja pada siswa, guru sebaiknya memahami bahwa setiap siswa
memiliki pengalaman, sikap dan kebiasaan yang berbeda, agar dapat menggali dan menghubungkan pengalaman, sikap dan kebiasaan siswa
terhadap konsep yang akan kita ajarkan perlu kiranya kita kaitkan dengan apersepsi Tutiks Astuti dalam Puji Astuti, 2011.
Apersepsi merupakan langkah awal yang dilakukan guru untuk mengaktifkan siswa terkait dengan pokok penting sebelum masuk ke
dalam materi pelajaran. Pada apersepsi ini, guru selalu memberikan pertanyaan sesuai dengan tema pelajaran yang akan dipelajari. Respons
yang diberikan siswa terhadap apersepsi yang diberikan guru selalu mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Siswa yang cukup aktif
selama pemberian apersepsi pada siklus I sebanyak 13 siswa 35. Pada siklus II sudah ada siswa yang tergolong aktif selama pemberian apersepsi
sebanyak 24 siswa 65, sedangkan 35 cukup aktif dengan dua siswa tidak hadir
b. Keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru memberikan penjelasan materi
commit to user
Perhatian siswa dalam pembelajaran merupakan hal yang sangat penting. Untuk menumbuhkan perhatian tersebut, guru harus merangsang
siswa dengan menerapkan cara-cara yang sudah biasa maupun cara-cara baru yang digunakan dalam pembelajaran. Wina Sanjaya 2008: 268
mengungkapkan bahwa perhatian merupakan aktivitas mental seseorang dalam memberikan makna terhadap suatu rangsangan. Tingkat perhatian
seseorang dalam belajar berpengaruh dalam hasil belajar yang diperoleh. Semakin tinggi perhatian siswa dalam belajar, maka semakin baik pula
hasil belajar yang diperoleh. Nana Sudjana 1991: 61 menjelaskan keaktifan siswa dapat dilihat
dalam hal: 1 turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; 2 terlibat dalam pemecahan masalah; 3 bertanya kepada siswa lain atau kepada
guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; 3 berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah;
4 melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru; 5 menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya; 6 melatih
diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis; dan 7 kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya
dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi. Dalam penelitian ini, selain guru menggunakan beberapa metode,
digunakan pula media untuk membuat siswa perhatian saat guru memberikan penjelasan. Pada siklus I sebanyak 19 siswa 51
dinyatakan aktif dan perhatian terhadap penjelasan dari guru. Pada siklus II siswa yang aktif dan memperhatikan penjelasan guru sebanyak 28 siswa
76, sisanya tujuh siswa kurang dan dua siswa tidak masuk. c. Keaktifan dalam kerja sama kelompok
Salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengajak aktif siswa dalam kegiatan belajar adalah dengan latihan baik secara individu maupun
kelompok. Latihan dengan kelompok terbukti bisa meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis puisi. Selain itu kegiatan tersebut
commit to user
dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi yang secara tidak langsung membantu mereka dalam berlatih membuat puisi sebelum pada
akhirnya mereka harus menulis sendiri sebuah puisi. Dalam kegiatan kelompok yang dilakukan siswa diketahui bahwa 27 siswa 76 aktif saat
siklus I dan 33 siswa 90 pada pelaksanaan siklus II. d. Minat dan motivasi mengikuti pembelajaran
Minat menurut Mimin Haryati 2007: 38 adalah suatu disposisi yang terorganisasi melalui pengalaman yang mendorong untuk
memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Selain minat, diperlukan juga motivasi
dari dalam diri siswa agar siswa dapat belajar dengan maksimal. Motivasi merupakan dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang
terarah kepada pencapaian tujuan tertentu. Begitu juga dalam belajar, diperlukan motivasi untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Motivasi
menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam Danik Nofiana, 2008: 17 adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang
sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
Motivasi menurut Sardiman A. M. 2001: 73 merupakan faktor psikis yang bersifat nonintelektual. Siswa yang mempunyai motivasi yang
kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar dalam pembelajaran akan optimal kalau terdapat motivasi
yang tepat di dalam diri. Oleh karena itu, motivasi diperlukan dalam pembelajaran.
Minat dan
motivasi memiliki
peranan penting
dalam pembelajaran. Apabila siswa sudah tidak berminat terhadap suatu
pembelajaran maka secara tidak langsung mereka tidak akan aktif dalam kegiatan tersebut. Untuk itu minat dan motivasi dalam pembelajaran
menulis puisi ini diciptakan dengan menerapkan beberapa metode dan media dalam pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan atau jenuh.
commit to user
Kaitannya dengan metode guru menggunakan beberapa jenis metode seperti ceramah, tanya jawab, dan latihan kelompok. Dalam hal media,
pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan SAVI kali ini memanfaatkan media gambar dan alam. Penggunaan kedua media tersebut
sejalan dengan konsep dalam pendekatan SAVI, yaitu pada aspek visual. Dalam kaitannya dengan minat dan motivasi siswa pada siklus terakhir
aspek tersebut mencapai 78. 2. Hasil pembelajaran menulis puisi meningkat
Untuk mengatasi permasalahan tentang kelemahan siswa dalam menulis puisi, guru dan peneliti menyusun tindakan yang terangkum dalam
dua siklus. Pada siklus I dan II, diterapkan pendekatan SAVI. Pelaksanaan siklus I masih belum sepenuhnya mampu mengatasi permasalahan yang
terjadi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan oleh guru dan peneliti, lalu disusunlah instrumen untuk melakukan tindakan pada siklus II.
Pada siklus II ini, indikator keberhasilan yang direncanakan sudah dapat dicapai. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I sudah dapat
diatasi. Hasil pembelajaran yang berupa kemampuan siswa dalam menulis
puisi termasuk kemampuan siswa berimajinasi dan berkreasi dalam menulis meningkat dengan pendektan SAVI. Kualitas hasil pembelajaran yang berupa
kemampuan siswa dalam menulis puisi dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa dalam menghasilkan sebuah puisi. Nilai tersebut terus mengalami
peningkatan dari siklus ke siklus. Puisi yang dihasilkan siswa mengalami peningkatan dalam beberapa aspek baik dari aspek diksi, penggunaan majas,
kata konkret, pengimajinasian, dan rima. Peningkatan dari setiap aspek penulisan tersebut menjadikan nilai
siswa dalam menulis puisi secara otomatis meningkat. Pada saat observasi awal diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis puisi masih tergolong
kurang. Hal ini tampak pada ketercapaian nilai menulis puisi siswa yang
commit to user
masih jauh dari KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah mengenai pembelajaran bahasa Indonesia khusunya menulis puisi yaitu sebesar 65.
Dalam observasi awal tersebut diketahui hanya 13 siswa 35 yang mencapai nilai tersebut pada saat survei awal. Pada siklus I dari 36 siswa yang
hadir, 12 siswa 32 masih belum mencapai ketuntasan sesuai KKM, sedangkan 24 siswa 65 siswa yang lain sudah mampu menulis puisi
dengan baik. Pada siklus II hanya 3 siswa 8 yang hadir dalam pertemun tersebut yang belum mencapai nilai sesuai KKM.
Berikut disajikan gambar peningkatan persentase keberhasilan menulis puisi dengan pendekatan SAVI pada siswa kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta.
35 65
87 20
40 60
80 100
Prasiklus Siklus I
Siklus II
Gambar 7. Rekapitulasi Peningkatan Persentase Kemampuan MenulisPuisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta
Penjelasan lebih rinci mengenai persentase keberhasilan masing- masing aspek adalah sebagai berikut.`
a. Tema Tema merupakan gagasan pokok yang mendasari seluruh isi yang
dikemukakan penyair dalam puisinya. Tema bersifat khusus yaitu mengacu pada penyair, objektif, dan lugas. Tema menjadi salah satu hal
penting yang dapat mempermudah siswa dalam memulai menulis sebuah puisi. Penentuan tema akan lebih mempercepat proses pembuatan puisi
karena siswa langsung berkonsentrasi untuk memikirkan rangkaian kata
commit to user
yang berhubungan dengan tema yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini tema dimasukkan kedalam pedoman penskoran agar puisi yang
dihasilkan oleh siswa tidak keluar dari batas-batas yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam penelitian ini, tema yang diambil dalam tindakan I
adalah keindahan pantai, kemudian pada tindakan II siklus II tema yang diambil adalah keindaahan taman sekolah.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa dari siklus I sampai siklus II siswa tidak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan isi puisi
dengan tema yang telah ditentukan. Seluruh siswa yang hadir sudah mampu menulis puisi sesuai dengan tema. Pada siklus I dinyatakan bahwa
kesesuaian puisi dengan tema sebanyak 36 siswa 97, ini adalah persentase maksimal dari keseluruhan jumlah siswa yang masuk,
sedangkan 1 siswa 3 tidak hadir dalam tindakan I. Pada siklus II dinyatakan bahwa kesesuaian puisi dengan tema sebanyak 35 siswa 95,
ini adalah persentase maksimal dari keseluruhan jumlah siswa yang masuk, sedangkan dua siswa 5 tidak hadir dalam tindakan II.
b. Diksi Diksi adalah pilihan kata yang sesuai. Puisi memang sangat
memperhatikan kata-kata yang digunakannya. Kata-kata yang dipilih penyair dipertimbangkan benar-benar dari berbagai aspek dan efek
pengucapannya. Kata-kata yang digunakan sangat khas dan bukan kata- kata keseharian atau yang dipakai dalam prosa. Berdasarkan hasil tulisan
siswa diketahui bahwa diksi yang digunakan dalam setiap kegiatan menulis mengalami peningkatan, bahkan jauh lebih baik daripada
kemampuan siswa dalam memilih diksi saat survei awal pembelajaran menulis puisi. Kata-kata yang mereka tulis tidak lagi seperti kata-kata
dalam sebuah cerita prosa, melainkan sudah lebih puitis walaupun kadang ada beberapa kata yang terasa dipaksakan.Hasil analisis dokumen
menyatakan bahwa pada siklus I 10 siswa 27 yang memperoleh nilai maksimal yaitu, nilai 3, sisanya 21 siswa 57 memperoleh nilai 2, dan 5
commit to user
siswa 13 memperoleh nilai 1. Pada siklus II satu siswa mendapat nilai 3, 33 siswa 89 mendapat nilai 2, dan sisanya mendapat nilai 1.
c. Majas Majas merupakan cara lain yang banyak digunakan oleh penyair
untuk membangkitkan imajinasi. Bahasa figuratif atau majas merupakan bahasa yang digunakan untuk mengiaskan ungkapan yang ingin
disampaikan oleh penyair. Berdasarkan tulisan siswa diketahui bahwa dalam pembelajaran yang dilakukan sekarang, siswa lebih mengenal jenis-
jenis majas sehingga mereka pun dapat mengiaskan kata-kata yang mereka pilih dengan berbagai jenis majas yang telah mereka ketahui. Keadaan ini
sangat berbeda dengan tulisan siswa sebelum adanya tindakan. Dalam aspek majas, diperoleh data bahwa pada siklus I hanya 4 siswa 11 yang
memperoleh skor maksimal 3, selebihnya 20 siswa 54 memperoleh nilai 2, dan 12 siswa 31 memperoleh nilai 1. Pada siklus terakhir
diketahui sebanyak 14 siswa 38 siswa telah mendapatkan nilai maksimal, kemudian 18 siswa 49 mendapatkan skor 2, dan sisanya 8
mendapat nilai satu. d. Kata konkret
Kata konkret adalah kata-kata yang dapat diungkapkan dengan indra. Kata konkret merupakan penyebab dari pengimajian karena kata
konkret akan memungkinkan imaji muncul dalam sebuah puisi. Hal ini karena kata-kata yang konkret yang tepat dapat mengantarkan pada
pengertian yang menyeluruh terhadap sesuatu hal atau benda. Dalam aspek kata konkret, pada siklus I diketahui 9 siswa 24 memperoleh nilai 3, 25
siswa 67 memperoleh nilai 2, dan sisanya dua siswa 5 mendapatkan nilai 1. Pada siklus II satu siswa mendapat nial 3, sedangkan
sisanya 34 siswa 92 siswa mendapat nilai 2. e. Pengimajinasian
Imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.
Dengan pengimajian yang kuat, sebuah puisi akan dapat dipahami seolah-
commit to user
olah sebagai suatu karya yang dapat dilihat, dirasakan dan didengar karena seseorang seolah dapat melihat, mendengar, dan merasakan apa yang
dialami oleh penyair. Berdasarkan puisi yang dihasilkan siswa dapat disimpulkan bahwa pada umumnya siswa lebih sering menggunakan imaji
penglihatan daripada pendengaran dan peraba perasaan. Pada siklus I belum ada siswa yang mendapatkan nilai sempurna 4, 8 siswa 22
baru mendapatkan nilai 3, 25 siswa 67 mendapatkan niali 2, dan 3 siswa mendapatkan nilai 1. Kemudian dalam siklus II diketahui nilai
sempurna pun belum diraih oleh siswa tetapi jumlah siswa yang mendapat nilai 3 naik menjadi 17 siswa, 46 yang lain mendapat nilai 2, dan sisanya
mendapatkan nilai 1. f. Rima
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi baik letaknya di awal, tengah, maupun di akhir baris. Rima yang muncul dalam puisi siswa pada
umumnya menggunakan jenis pengulangan yang umum dikenal yaitu pengulangan bunyi dan persamaan bunyi akhir. Berdasarkan analisis puisi
dari siswa diketahui bahwa pada siklus I belum terdapat satu siswa pun yang memperoleh nilai sempurna. 6 siswa 16 mendapatkan nilai 3, 26
siswa 70 memperoleh nilai 2, dan 11 lainnya mendapatkan nilai 1. Pada siklus II terdapat satu siswa 3 yang dapat memperoleh niai
sempurna, 28 siswa 76 mendapatkan nilai 3, 16 mendapatkan nilai 2, dan satu siswa mendapatkan nilai satu.
Lebih jelasnya perolehan nilai masing-masing siswa dari pratindakan sampai siklus II dapat dilihat pada lampiran 24 Halaman 260. Hasil
keseluruhan nilai siswa tersebut, diketahui bahwa tidak setiap nilai siswa mengalami peningkatan, ada beberapa yang turun pada siklus I kemudian naik
lagi pada siklus II. Ada pula nilai siswa yang tidak mengalami kenaikan yang signifikan sehingga mereka belum juga tuntas pada siklus II.
commit to user
Selain meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis puisi di kelas VII H MTs Negeri 1 Surakarta, terdapat pula manfaat yang positif bagi
siswa dari pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan SAVI ini, yaitu: 1. Siswa menjadi senang dengan materi pembelajaran menulis puisi
Berdasarkan hasil tanya jawab dengan siswa, diketahui bahwa siswa menjadi lebih senang dengan pembelajaran. Menurut mereka, pembelajaran
yang sekarang dilakukan terasa lebih menyenangkan karena diperlihatkan gambar-gambar, latihan bersama kelompok, dan diajak ke luar taman
sekolah. Guru melakukan cara-cara seperti pemodelan, diskusi kelompok, dan belajar mengemukakan gagasan. Hal ini dilakukan untuk untuk memicu
keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung. Siswa dapat ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan tidak merasa bosan. Kenyataan ini
diperkuat dengan hasil angket yang disebar peneliti setelah pelaksanaan tindakan II pada pertemuan kedua, hasilnya 28 siswa 76 siswa menyatakan
senang dengan pembelajaran menulis puisi yang dilakukan dengan pendekatan SAVI.
2. Penjelasan dari guru lebih mudah dipahami oleh siswa Hal ini dibuktikan dari hasil angket yang diisi oleh siswa disimpulkan
bahwa sebanyak 30 siswa 81 siswa memberikan jawaban “ya”, sedangkan 5 siswa 14 menyatakan tidak.
3. Siswa merasa lebih mudah menulis puisi dengan pendekatan SAVI Hasil angket membuktikan bahwa 28 siswa 78 sepakat bahwa
dengan pendekatan SAVI mereka lebih mudah dalam menulis puisi. Hal ini karena dalam kegiatan menulis puisi diberikan potongan puisi, dibantu media
gambar dan alam, serta diberikan latihan secara kelompok sebelum pada akhirnya mereka menulis sendiri puisi.
4. Kesulitan yang dialami dalam menulis puisi dapat berkurang Berdasarkan hasil angket diperoleh data bahwa 17 siswa 46 merasa
kesulitan dalam menulis puisi. Pada angket sebelumnya pratindakan hanya
commit to user
17 siswa 46 yang merasa senang ketika diberikan tugas menulis puisi, sisanyan 18 siswa 49 merasa biasa saja, dan satu siswa merasa terpaksa.
Namun berdasarkan angket pascatindakan, sebanyak 29 siswa 78 merasa kesulitan yang dialami dalam menulis puisi dapat teratasi dengan pendekatan
SAVI, sedangkan sisanya 6 siswa 17 menjawab tidak. 5. Siswa merasa lebih mudah menulis puisi dengan bantuan media gambar dan
alam Hal ini sejalan dengan penjelasan pada poin tiga. Media gambar dan
alam pada hakikatnya adalah media bantu. Dengan ditayangkannya gambar yang sesuai dengan tema dan potongan puisi yang telah dibagikan kepada
siswa, gambar dapat membantu dalam memperjelas bayangan yang mungkin mereka rasa sulit untuk diimajinasikan. Media alam pun juga berperan penting
karena selain suasana belajar menjadi berbeda karena berada di luar kelas, siswa pun menjadi lebih mudah untuk melihat langsung objek yang akan
ditulis. Berdasarkan angket terbukt 31 siswa 84 merasa dibantu dengan hadirnya kedua media tersebut.
6. Pendekatan SAVI membantu siswa memahami dan menulis puisi Hasil analisis peneliti menyatakan bahwa 28 siswa 78 menyatakan
setuju dengan pendapat bahwa pendekatan SAVI dapat membantu mereka dalam memahami dan menulis puisi.
7. Siswa merasa mendapat tambahan pengetahuan Hal ini dibuktikan dari hasil angket yang diisi oleh siswa disimpulkan
bahwa sebanyak 31 siswa 84 siswa memberikan jawaban “ya”, sedangkan 4 siswa 11 menyatakan tidak.
8. Siswa menyukai cara yang digunakan guru Dalam penelitian ini guru menggunakan beberapa metode dan media.
Hal ini yang membuat siswa menjadi tidak bosan dengan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil angket diperoleh data sebanyak 28 siswa
76 menyukai cara guru dalam mengajar.
commit to user
9. Siwa optimis bahwa kemampuan menulis puisi mereka meningkat Hal ini dibuktikan dari hasil angket yang diisi oleh siswa disimpulkan
bahwa sebanyak 29 siswa 78 siswa memberikan jawaban “ya”, sedangkan 17 6 siswa menyatakan tidak.
Keseluruh angket yang disebar oleh peneliti diisi oleh 35 siswa dari keseluruhan jumlah siswa sebanyak 37. Dua siswa dalam tindakan II siklus II
tidak hadir. Oleh karena itu dua siswa tersebut ikut menempati bangian dari persentase dari jumlah siswa yang hadir, sehingga 5 dari 100 persentase
dalam setiap aspek adalah ketidak hadiran dua siswa. Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk menghasilkan persentase yang stabil di setiap perhitungan baik
diangket awal pratindakan maupun pascatindakan. Dari pihak guru dampak positif dari penelitian ini adalah kemampuan guru
dalam mengelola kelas meningkat. Kemampuan guru mengelola kelas merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam suatu pembelajaran. Pengelolaan kelas
yang dilakukan guru antara lain berupa tindakan memberikan perhatian pada seluruh siswa, menyajikan materi dengan mengombinasikan metode ceramah
dengan metode lain yang menjadikan siswa tidak jenuh dalam mengikuti pembelajaran, memberikan latihan, bergerak berkeliling mengawasi kegiatan
kelas, memberi penghargaan kepada siswa yang bekerja dengan baik, serta memotivasi siswa supaya aktif dalam pembelajaran. Pengelolaan kelas yang
dilakukan guru tersebut jauh lebih baik dari yang dilakukan guru sebelumnya pada saat observasi. Kelemahan guru selama berlangsungnya pembelajaran menulis
puisi dengan pendekatan SAVI sedikit demi sedikit mulai berkurang. Peran guru berubah ke arah yang lebih baik.
Dengan meningkatnya kualitas proses dan hasil dalam pembelajaran menulis puisi ini, dapat dikatakan bahwa pendekatan SAVI mampu mengatasi
permasalahan dalam pembelajarn menulis puisi di kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta. Untuk mengetahui peningkatan tersebut, dapat dilihat pada Tabel 11
berikut.
commit to user
Tabel 11. Persentase Hasil Pembelajaran Menulis Puisi
No. Kegiatan Siswa
Persentase Siklus I
Siklus II
1. Aktif selama kegiatan apersepsi
35 65
2. Aktif dan perhatian selama KBM berlangsung
51 76
3. Aktif dalam bekerja sama
73 90
4. Minat dan motivasi siswa
57 78
4. Kemampuan menulis puisi
65 87
Berikut disajikan Gambar 8 untuk persentase hasil pembelajaran menulis puisi.
Gambar 8. Persentase Hasil Pembelajaran Menulis Puisi dengan Pendekatan SAVI
Secara lebih rinci, pelaksanaan kegiatan penelitian selama dua siklus terangkum dalam Tabel 12 berikut ini.
commit to user
Tabel 12. Deskripsi Hasil Penelitian
No. Deskripsi hasil penelitian
Siklus I Siklus II
1. Perencaan
tindakan Guru dan peneliti menyusun
rencana pembelajaran, instrumen pembelajaran, media
yang akan digunakan, dan jadwal pelaksanaan tindakan I
Guru dan peneliti menyusun rencana pembelajaran,
instrumen pembelajaran, media yang akan digunakan, dan
jadwal pelaksanaan tindakan II 2.
Pelaksanaan tindakan
Guru melaksanakan kegiatan apersepsi untuk mengetahui
kesiapan siswa Guru menjelaskan materi
dengan bantuan slide power point
Siswa secara berkelompok berlatih menulis puisi.
Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa
Siswa menulis puisi dengan bantuan media gambar
Guru memberikan evaluasi dan refleksi atas pelaksanaan
kegiatan belajar-mengajar
1. Guru melaksanakan kegiatan apersepsi untuk mengetahui
kesiapan siswa 2. Guru
bersama siswa
melakukan pendalaman
materi 3. Siswa secara berkelompok
menyunting hasil puisi yang dikerjakan dalam pertemuan
sebelumnya minggu lalu 4. Guru memberikan evaluasi
dan refleksi atas pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar
5. Siswa menulis puisi dengan bantuan media alam.
6. Siswa menyunting
puisi yang ditulis pada pertemuan
sebelumnya tindakan
II pertemuan pertama
7. Guru mengakhiri
pembelajaran menulis puisi
commit to user
3. Hasil
Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebanyak
13 siswa 35 Siswa yang aktif dan perhatian
selama KBM berlangsung sebanyak 19 siswa 51
Siswa yang aktif bekerja dalam kelompok sebanyak 27 siswa
73 Minat dan motivasi siswa
sebesar 21 siswa 57 Siswa yang mampu menulis
puisi dengan baik dan dinyatakan tuntas sebanyak 24
siswa 65 1. Siswa yang aktif selama
pemberian apresepsi
sebanyak 24 siswa 65 2. Siswa
yang aktif
dan perhatian
selama KBM
berlangsung sebanyak 28 siswa 76
3. Siswa yang aktif bekerja dalam kelompok sebanyak
33 siswa 89 4. Minat dan motivasi siswa
sebanyak 29 siswa 78 5. Siswa yang mampu menulis
puisi dengan baik dan tuntas sebanyak 32 siswa
87 4.
Kekurangan dan
Kelemahan Pengelolaan kelas kurang
Guru kurang mengajak siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran Guru belum menjadi fasilitator
dalam kegiatan kelompok Waktu yang terbatas sehingga
ada beberapa rencana kegiatan yang belum terlaksana secara
maksimal, bahkan hilang seperti penyimpulan dan refleksi
1. Waktu kegiatan
yang terbatas
2. Ada beberapa permasalahan yang secara alami muncul
yang tidak berkaitan dengan pembelajaran
sehingga sedikit menggagu
commit to user
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Secara singkat simpulan hasil penelitian ini adalah terdapat peningkatan kualitas pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas VII-H MTs Negeri 1
Surakarta, baik berupa peningkatan keaktifan siswa maupun kemampuan siswa dalam menulis puisi. Peningkatan kualitas pembelajaran tersebut terjadi setelah
guru dan peneliti melakukan beberapa upaya peningkatan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan pendekatan SAVI Somatis Auditori Visual
Intelektual. Simpulan hasil penelitian adalah sebagai berikut.
1. Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Puisi
Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis puisi tampak melalui aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran dengan pendekatan SAVI.
Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan SAVI secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut: 1 pada siklus
I persentase keaktifan siswa sebanyak 22 siswa 59, meningkat jauh lebih banyak dari survei awal, dan 2 pada siklus II siswa yang aktif selama
pembelajaran sebanyak 30 siswa 81, ini berarti hanya lima siswa yang tergolong belum aktif pada siklus II. Keaktifan tersebut meliputi empat aspek,
yaitu: 1 keaktifan selama apersepsi; 2 perhatian dan keaktifan selama pembelajaran; 3 kerja sama; dan 4 minat dan motivasi.
Peningkatan keaktifan yang ditampakkan siswa dalam pembelajaran menulis puisi di atas tidak terlepas dari peran guru. Dalam hal ini peningkatan di
dalam pembelajaran juga tampak pada keterampilan guru dalam mengelola kelas. penerapan pendekatan SAVI memacu guru lebih terampil dalam mengelola kelas.
Peningkatan keterampilan guru tampak pada tindakannya menerapkan metode pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya yang hanya berceramah dan
pemberian tugas menulis. Pada pembelajaran kali ini guru mengombinasikan metode ceramah dengan metode lain sehingga siswa tidak bosan lagi mengikuti
107