commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa Indonesia di jenjang sekolah baik tingkat dasar sampai tingkat menengah tidak terlepas dari sastra. Sastra dalam pelajaran bahasa
Indonesia pada umumnya menjadi bagian dari materi kebahasaan, hanya beberapa sekolah yang membedakan pelajaran bahasa dengan pelajaran sastra
menyendirikannya, ini biasanya ditemui di sekolah-sekolah yang khusus membuka jurusan bahasa. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat dari Nur Hadi
2008 bahwa porsi sastra Indonesia saat ini menjadi bagian dari pelajaran bahasa Indonesia, yaitu sejak kurikulum tahun 1994 sampai tahun 2004.
Pembelajaran apresiasi sastra meliputi pembelajaran apresiasi puisi, prosa, dan drama. Mastiah 2010 menyatakan ada beberapa prinsip dalam pelaksanaan
pembelajaran apresiasi sastra. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1 pembelajaran sastra berfungsi untuk meningkatkan kepekaan rasa pada budaya
bangsa; 2 pembelajaran sastra memberikan kepuasan batin dan pengayaan daya estetis melalui bahasa; 3 pembelajaran apresiasi sastra bukan pelajaran sejarah,
aliran, dan teori sastra; dan 4 pembelajaran apresiasi sastra adalah pembelajaran untuk memahami nilai kemanusiaan di dalam karya yang dapat dikaitkan dengan
nilai kemanusiaan di dalam dunia nyata. Salah satu jenis sastra yang diajarkan di sekolah khususnya Sekolah
Menengah Pertama SMP adalah puisi. Pada kelas VII SMP standar kompetensi SK tentang puisi tersedia dalam porsi yang cukup karena terdapat dua SK, yaitu:
1 memahami pembacaan puisi; dan 2 mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi. Standar Kompetensi yang
kedua mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi, memiliki tingkat kesulitan yang lebih bila dibandingkan dengan
pembacaan puisi. Standar Kompetensi ini memiliki dua kompetensi dasar yang seharusnya dicapai, yaitu: 1 menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan
1
commit to user
alam; dan 2 menulis kreatif puisi berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami.
Pembelajaran menulis puisi tidak kalah penting dengan pembelajaran bahasa lainnya karena beberapa fungsi sastra yang telah disampaikan di atas.
Pembelajaran yang idel dilaksanankan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup untuk siswa berkreativitas, dan mandiri sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa PP nomor 19 tahun 2005 pasal 19
ayat 1. Dewasa ini kenyataan pembelajaran yang berjalan di kelas VII-H MTs
Negeri 1 Surakarta belum seideal yang diharapkan. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan kualitas pembelajaran menulis puisi siswa
kelas VII-H tergolong masih rendah. Hal ini ditandai dengan perolehan nilai dari hasil pekerjaan siswa pada waktu survei awal yang menunjukkan bahwa masih
terdapat 24 siswa 65 yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal KKM dan hanya 13 siswa 35 yang mencapai KKM. Selain data tersebut,
berdasarkan hasil angket diketahui bahwa hanya 7 siswa 19 yang menyukai pembelajaran menulis puisi.
Padahal pembelajaran menulis puisi berkenaan dengan pengalaman dan keindahan alam bisa menjadi pembelajaran yang sangat menyenangkan apabila
guru dapat menciptakan suasana yang menyenangkan. Hal ini karena inspirasi yang digunakan siswa adalah hal-hal yang dekat dengan siswa, yaitu alam dan
pengalaman. Pembelajaran yang menyenangkan akan menghilangkan asumsi siswa yang menganggap kegiatan menulis puisi itu membosankan. Tujuan yang
diharapkan dalam pembelajaran menulis puisi adalah siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis serta
memiliki kegemaran menulis. Secara umum tujuan pembelajaran menulis adalah siswa mampu mengomunikasikan ide atau gagasan secara tertulis atau pun
sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu pengetahuan, pengalaman hidup, ide, imaji, aspirasi, dan lain-lain Yant Mujiyanto, Budhi Setiawan, Purwadi, dan Edy
Suryanto, 2000: 70.
commit to user
Hasil observasi dari peneliti diketahui bahwa kekurang berhasilan pembelajaran menulis puisi di kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta baik dari segi
proses maupun hasil disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1 siswa pasif dan kurang tertarik dengan pembelajaran menulis puisi; 2 siswa masih kesulitan
menemukan kosa kata dalam menulis puisi; 3 siswa kurang mampu mengembangkan imajinasi dalam menulis puisi; dan 3 guru merasa kesulitan
dalam memotivasi siswa dan menentukan strategi yang tepat untuk pembelajaran menulis puisi.
Pembelajaran menulis puisi yang ada di kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta masih didominasi oleh guru dengan menggunakan metode ceramah.
Metode ceramah adalah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti
secara pasif. Akibat dari masih dominannya peran guru dan penggunaan metode ceramah ini pembelajaran berlangsung secara pasif. Kepasifan siswa menjadikan
proses pembelajaran menulis puisi di kelas tersebut belum maksimal. Mulyani Sumantri dan Johar Permana 2001: 119 menyatakan bahwa
metode ceramah mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya: 1 dapat menimbulkan
kejenuhan pada
siswa apabila
guru kurang
dapat mengorganisasikannya; 2 menimbulkan verbalisme pada siswa; 3 materi
ceramah terbatas pada apa yang diingat guru; 4 merugikan siswa yang lemah dalam keterampilan mendengarkan; 5 menjejali siswa dengan konsep yang
belum tentu diingat terus; 6 informasi yang disampaikan mudah usang dan ketinggalan zaman; 7 tidak merangsang perkembangan kreativitas siswa; dan 8
terjadi proses satu arah dari guru kepada siswa. Berdasarkan kenyataan di atas, diperlukan solusi untuk mengatasi
beberapa permasalahan pembelajaran menulis puisi yang ada di kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta. Hasil diskusi yang dilakukan peneliti dengan guru, disepakati
penggunaan pendekatan SAVI Somatis Auditori Visual Intelektual untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran pada materi menulis kreatif
puisi. Pendekatan
SAVI diduga
mampu menyelesaikan
permasalahan pembelajaran khususnya berkaitan dengan masalah siswa yang kesulitan
commit to user
menemukan kosa kata karena keterbatasan imajinasi. Selain itu, pembelajaran puisi yang awalnya biasa dapat dibuat lebih menarik dengan pedekatan SAVI. Hal
ini agar siswa tertarik untuk mempelajari puisi yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kemampuan menulis mereka.
Penelitian Magnesen, dari Universitas Texas dalam Roebyarto, 2008 tentang ingatan, memberikan gambaran bahwa seseorang yang belajar tentang
suatu hal hanya dari kegiatan membaca, maka persentase hal yang mampu diingat hanya 20. selanjutnya 30 apabila melalui pendengaran, 40 melalui
penglihatan, 50 apabila kita mengucapkannya, dan 60 apabila kita melakukan hal tersebut. Apabila kita ingin memperoleh hasil yang maksimal maka dalam
belajar sesuatu hal kita harus membaca kemudian mendengar, melihat, mengucapkan, dan melakukan hal tersebut sehingga kita akan memperoleh hasil
sebanyak 90. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa untuk memperoleh hasil
pembelajaran yang maksimal maka siswa perlu melihat, mengucap, mendengar, dan melakukan karena dengan melakukan empat hal tersebut akan menghasilkan
keberhasilan belajar sebesar 90. Pendekatan SAVI sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Magnesen karena SAVI menggabungkan indra dan pikiran
untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas dan hasil yang maksimal. Pendekatan SAVI merupakan suatu prosedur pembelajaran yang
didasarkan atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa dengan melibatkan seluruh indra sehingga seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar.
Pendekatan ini menuntut keterlibatan penuh seorang siswa untuk memperoleh berbagai informasi dan pengalaman dalam proses belajar. Dalam pendekatan ini,
siswa diharapkan dapat menyatukan aktivitas-aktivitas tubuhfisik dengan aktivitas intelektual serta penggunaan indra. Meier 2002: 90 menjelaskan unsur
dari pendekatan SAVI adalah somatis, auditori, visual, dan intelektual. Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar
haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Somatis bermakna gerakan tubuh hands-on, aktivitas fisik yang berarti belajar dengan mengalami
dan melakukan. Auditori bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui
commit to user
mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Visual bermakna belajar haruslah menggunakan indra
mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Intelektual yang bermakna bahwa belajar
haruslah menggunakan kemampuan berpikir minds-on belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki,
mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
Penggunaan pendekatan ini sesuai dengan materi yang akan dipelajari, yaitu puisi dan kompetensi dasar menulis puisi yang harus diraih siswa.
Pendekatan SAVI membuat siswa dalam proses belajar menjadi aktif dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk melihat langsung beberapa contoh puisi
yang diperlihatkan lewat media. Selain itu penggunaan media gambar dan alam yang diterapkan dapat membantu siswa untuk mengamati langsung objek yang
ingin ditulis. Penggunaan media ini untuk membantu siswa mengembangkan imajinasi karena untuk membuat puisi diperlukan imajinasi dan kreativitas yang
tinggi agar karya yang dihasilkan menjadi maksimal. Berdasarkan permasalahan yang ada, peneliti menentukan judul penelitian ini adalah Optimalisasi
Pendekatan SAVI Somatis Auditori Visual Intelektual untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta Tahun
Pelajaran 20102011.
B. Rumusan Masalah