OPTIMALISASI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII H MTs NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 2011

(1)

commit to user

i

OPTIMALISASI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS AUDITORI

VISUAL INTELEKTUAL) UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII-H

MTs NEGERI 1 SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

oleh

WAHYUNI HANING LESTARI

K1207038

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

ii

OPTIMALISASI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS AUDITORI

VISUAL INTELEKTUAL) UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII-H

MTs NEGERI 1 SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

oleh

WAHYUNI HANING LESTARI K1207038

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Persetujuan Pembimbing, Pembimbing I,

Dr. Nugraheni Eko Wardani, M.Hum. NIP 19700716 200212 2 001

Pembimbing II,

Drs. Suyitno, M.Pd.


(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Tanggal :

Tim Penguji Skripsi

Nama terang Tanda tangan

Ketua : Drs. Slamet Mulyono, M.Pd. Sekretaris : Drs. Edy Suryanto, M.Pd. Anggota I : Dr. Nugraheni Eko W., M.Hum. Anggota II : Drs. Suyitno, M.Pd

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user

v ABSTRAK

Wahyuni Haning Lestari. K1207038. OPTIMALISASI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII-H MTs NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) kualitas proses pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta dengan penerapan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual); dan (2) kualitas hasil pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta dengan penerapan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual).

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta yang berjumlah 37 siswa (18 putra dan 19 putri). Sumber data yang digunakan, yaitu: tempat dan peristiwa, informan, dan dokumen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, angket, wawancara, dan tes/pemberian tugas menulis. validitas data yang digunakan, yaitu: triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kritis komparatif. Prosedur penelitian meliputi tahap: identifikasi masalah; analisis masalah; perencanaan tindakan; pelaksanaan tindakan; pengamatan; dan penyusunan laporan. Pelaksanaan penelitian dimulai dari survei awal, siklus I, dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi tindakan; dan (4) analisis dan refleksi.

Simpulan yang diperoleh, yaitu terdapat peningkatan: (1) kualitas proses pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta dengan penerapan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual); dan (2) kualitas hasil pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta dengan penerapan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual). Peningkatan kualitas proses pembelajaran ditandai dengan kenaikan persentase keaktifan siswa selama pembelajaran. Pada pratindakan siswa yang aktif kurang dari 35%, pada siklus I menjadi 22 siswa (59%) dan pada siklus II meningkat menjadi 30 siswa (81%). Peningkatan kualitas pembelajaran ditandai dengan: (1) peningkatan keaktifan siswa selama apersepsi; (2) peningkatan keaktifan dan perhatian siswa selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung; (3) peningkatan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan (4) kerja sama. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis puisi dapat dilihat dari jumlah tulisan siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Pada pratindakan jumlah siswa yang mampu memperoleh nilai sesuai KKM sebanyak 13 siswa (35%). Pada siklus I jumlah siswa yang mampu memperoleh nilai sesuai KKM meningkat menjadi 24 siswa (65%) dan pada siklus II meningkat menjadi 32 siswa (87%).


(6)

commit to user

vi MOTTO

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

(QS.Al Ra’ad:11)

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. (QS.Asy-Syarh:6)


(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini sebagai wujud bakti, cinta, dan terima kasihku kepada:

1. Ayah dan Ibu tercinta yang tiada pernah lelah mencurahkan kasih, sayang, serta doa di setiap hembusan napas;

2. Kakakku Didik Yulianto yang selalu melindungi, mendukung, dan menjadi penasihat dalam setiap langkahku;

3. Adikku terkasih, Dewi Nur Cahyaningsih yang selalu menjadi teman kecil dalam hidupku; 4. Dosen-dosenku Prodi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia;

5. Almamater MTs Negeri 1 Surakarta sebagai persembahan kecil dari seorang murid;

6. Wo de Airen yang dengan tulus memberikan semangat dan doa di setiap langkah, semoga Allah memberikan kita jalan terbaik;

7. Sahabatku PBN: Fitri, Salma, Heri, Narti, Hani, dan Rumi yang menjadi teman di kala suka dan duka serta mengajarkan arti persahabatan; 8. Teman-teman Bastin`07 yang telah menjadi

bagian dari sejarah hidupku, terima kasih untuk kebersamaan kita; dan

9. Civitas akademika yang ada di Universitas Sebelas Maret.


(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah Swt yang telah memberikan nikmat dan karuniaNya kepada kita semua. Atas kehendakNya pula skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penyusunan skripsi;

2. Drs. Suparno, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan persetujuan dalam skripsi ini;

3. Drs. Slamet Mulyono, M.Pd., Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan persetujuan juga dalam skripsi ini;

4. Dr. Nugraheni Eko Wardani, M.Hum., selaku pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan motivasi sampai penelitian ini selesai;

5. Drs. Suyitno, M.Pd., selaku pembimbing II yang memberikan pengarahan dan motivasi sampai penelitian ini selesai;

6. Drs. Edy Suryanto, M.Pd., selaku Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan solusi mengenai persoalan akademik serta banyak memberikan bantuan dan masukan pada peneliti.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang dengan tulus ikhlas memberikan ilmu yang bermanfaat pada peneliti;

8. Siswadi, S.Ag., selaku Kepala MTs Negeri 1 Surakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti terkait dengan penelitian yang dilaksanakan;


(9)

commit to user

ix

9. Ibu Kristanti Handayani, S.S., selaku guru kelas VII H MTs Negeri 1 Surakarta sekaligus sebagai kolaborator yang dengan senang hati membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian;

10.Siswa kelas VII H MTs Negeri 1 Surakarta yang telah membantu terlaksananya penelitian ini;

11.Keluarga besar MTs Negeri 1 Surakarta yang mendukung penelitian ini; 12.Keluarga tercinta yang selalu memberikan semangat dan doa sampai akhir

masa;

13.Teman-teman Bastin`07 yang ikut memberikan semangat dan motivasi hingga terselesainya penelitian ini. Terkhusus untuk Mas Anto, Fitri, Heri, Salma, Narti, Hani, dan Rumi terima kasih untuk semua yang telah kalian berikan; dan

14.Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di atas mendapat pahala dan imbalan dari Allah SWT, amien. Peneliti berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menambah khasanah keilmuan dalam pelajaran bahasa Indonesia.

Surakarta, Mei 2011


(10)

commit to user

x DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGAJUAN ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Kemampuan Menulis Puisi ... 8

a. Pengertian Menulis... 8

b. Pengertian Puisi ... 10

c. Struktur Puisi ... ... 11

d. Kemampuan Menulis Puisi ... 15

2. Hakikat Pembelajaran Menulis Puisi di SMP ... 16

a. Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP... 16

b. Tujuan Pembelajaran Menulis Puisi... 17


(11)

commit to user

xi

d. Aspek-aspek yang Dinilai dalam Menulis Puisi... 21

3. Hakikat Pendekatan SAVI ... 30

a. Pengertian Pendekatan SAVI ... 30

b. Komponen dalam Pendekatan SAVI... 32

c. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan SAVI ... 37

4. Penerapan Pendekatan SAVI dalam Pembelajaran Menulis Puisi.. 37

B. Penelitian yang Relevan ... 39

C. Kerangka Berpikir ... 40

D. Hipotesis Tindakan... 44

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 46

C. Subjek Penelitian ... 47

D. Sumber Data Penelitian ... 48

E. Teknik Pengumpulan Data ... 48

F. Teknik Uji Validitas Data ... 50

G. Teknik Analisis Data ... 51

H. Prosedur Penelitian... 51

I. Indikator Keberhasilan Tindakan ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan ... 60

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 64

1. Siklus I ... 64

a. Perencanaan Tindakan I ... 64

b. Pelaksanaan Tindakan I... 67

c. Observasi dan Interpretasi I ... 71

d. Analisis dan Refleksi Tindakan I ... 76

2. Siklus II ... 79

a. Perencanaan Tindakan II ... 79

b. Pelaksanaan Tindakan II ... 81


(12)

commit to user

xii

d. Analisis dan Refleksi Tindakan II ... 86

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 89

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan... 107

B. Implikasi... 108

C. Saran... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 112

LAMPIRAN ... 117


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penilaian Proses Pembelajaran Menulis Puisi... 26

2. Format Penilaian Menulis Puisi ... 28

3. Pedoman Penskoran Menulis Puisi ... 29

4. Contoh Aktivitas dalam Gaya Belajar SAVI ... 35

5. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ... 46

6. Rincian Indikator Keberhasilan Penenlitian... 58

7. Distribusi Frekuensi Bergolongan Hasil Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta Sebelum Menggunakan Pendekatan SAVI ... 63

8. Distribusi Frekuensi Bergolongan Hasil Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta dengan Menggunakan Pendekatan SAVI pada Siklus I ... 74

9.Distribusi Frekuensi Bergolongan Hasil Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta dengan Menggunakan Pendekatan SAVI pada Siklus II ... 85

10.Rekapitulasi Ketercapaian Indikator Penelitian Siklus I dan II ... 88

11.Persentase Hasil Pembelajaran Menulis Puisi... 104


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Kerangka Berpikir Penelitian ... 43 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas... 52 3. Hasil Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs

Negeri 1 Surakarta Sebelum Menggunakan Pendekatan SAVI ... 63 4. Hasil Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1

Surakarta dengan Menggunakan Pendekatan SAVI pada Siklus ... 75 5. Hasil Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1

Surakarta dengan Menggunakan Pendekatan SAVI pada Siklus II ... 85 6. Rekapitulasi Peningkatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran

Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta ... 92 7. Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Siswa

Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta ... 97 8. Persentase Hasil Pembelajaran Menulis Puisi dengan


(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

.

Lampiran Halaman

1. Pedoman Penilaian Hasil Menulis Puisi ... 117

2a. Pedoman Penilaian Keaktifan Siswa Selama Pembelajaran Menulis Puisi ... 119

2b. Rangkuman Lembar Observasi Siswa Selama Pembelajaran ... 121

3a. Angket Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menulis Puis Pratindakan .. 122

3b. Angket Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menulis Puisi Pascatindakan... 125

4a. Pedoman Wawancara dengan Guru Tahap Pratindakan ... 127

4b. Pedoman Wawancara dengan Siswa Tahap Pratindakan ... 128

4c. Pedoman Wawancara dengan Guru Tahap Pascatindakan... 129

4d. Pedoman Wawancara Terstruktur pada Siswa Tahap Pascatindakan ... 130

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Survei Awal ... 131

6. Catatan Lapangan Hasil Observasi Survei Awal ... 138

7a. Catatan Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta... 142

7b. Catatan Lapangan Hasi Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia Kelas VII H MTs Negeri 1 Surakarta... 148

8a. Lembar Observasi Keaktifan Siswa pada Survei Awal ... 152

8b. Lembar Daftar Nilai Menulis Puisi Siswa Prasiklus... 153

9. Contoh Hasil Pekerjaan Siswa dalam Menulis Puisi Pratindakan ... 155

10. Foto Kegiatan Pembelajaran Survei Awal ... 160

11. Angket Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menulis Puisi Prasiklus... 162

12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 (Pertemuan 1&2)... 172

13. Catatan Lapangan Hasil Observasi Pembelajaran Menulis Puisi dengan Pendekatan SAVI pada Siklus I... 199 14a. Lembar Nilai Keaktifan Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta


(16)

commit to user

xvi

pada Siklus I... 203 14b. Lembar Rangkuman Observasi Keaktifan Siswa pada Siklus I... 205 14c. Lembar Daftar Nilai Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri

1 Surakarta pada Siklus I... 206 15. Contoh Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus I... 208 16. Foto-Foto Pembelajaran Menulis Puisi Siswa pada Siklus ... 213 17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Puisi dengan

Pendekatan SAVI pada Siklus II ( 2 x pertemuan)... 215 18. Catatan Lapangan Hasil Observasi Pembelajaran Menulis Puisi

dengan Pendekatan SAVI pada Siklus I... 227 19a. Lembar Nilai Keaktifan Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta pada Siklus II... 231 19b. Lembar Rangkuman Observasi Keaktifan Siswa pada Siklus II... 233 19c. Lembar Daftar Nilai Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri

1 Surakarta pada Siklus II... 234 20. Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus II ... 236 21. Foto Pembelajaran Menulis Puisi dengan Pendekatan SAVI

pada Siklus II ... 241 22a. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas VII-H

Pascatindakan ... 243

22b. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru Bahasa

Indonesia Pascatindakan... 250 23. Angket Pendapat Siswa Mengenai Pembelajaran Menulis Puisi

dengan Pendekatan SAVI ... 253 24. Rekapitulasi Nilai Menulis Puisi Siswa dari Pratindakan sampai

Pascatindakan... 258


(17)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran bahasa Indonesia di jenjang sekolah baik tingkat dasar sampai tingkat menengah tidak terlepas dari sastra. Sastra dalam pelajaran bahasa Indonesia pada umumnya menjadi bagian dari materi kebahasaan, hanya beberapa sekolah yang membedakan pelajaran bahasa dengan pelajaran sastra (menyendirikannya), ini biasanya ditemui di sekolah-sekolah yang khusus membuka jurusan bahasa. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat dari Nur Hadi (2008) bahwa porsi sastra Indonesia saat ini menjadi bagian dari pelajaran bahasa Indonesia, yaitu sejak kurikulum tahun 1994 sampai tahun 2004.

Pembelajaran apresiasi sastra meliputi pembelajaran apresiasi puisi, prosa, dan drama. Mastiah (2010) menyatakan ada beberapa prinsip dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: (1) pembelajaran sastra berfungsi untuk meningkatkan kepekaan rasa pada budaya bangsa; (2) pembelajaran sastra memberikan kepuasan batin dan pengayaan daya estetis melalui bahasa; (3) pembelajaran apresiasi sastra bukan pelajaran sejarah, aliran, dan teori sastra; dan (4) pembelajaran apresiasi sastra adalah pembelajaran untuk memahami nilai kemanusiaan di dalam karya yang dapat dikaitkan dengan nilai kemanusiaan di dalam dunia nyata.

Salah satu jenis sastra yang diajarkan di sekolah khususnya Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah puisi. Pada kelas VII SMP standar kompetensi (SK) tentang puisi tersedia dalam porsi yang cukup karena terdapat dua SK, yaitu: (1) memahami pembacaan puisi; dan (2) mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi. Standar Kompetensi yang kedua mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi, memiliki tingkat kesulitan yang lebih bila dibandingkan dengan pembacaan puisi. Standar Kompetensi ini memiliki dua kompetensi dasar yang seharusnya dicapai, yaitu: (1) menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan


(18)

commit to user

alam; dan (2) menulis kreatif puisi berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami.

Pembelajaran menulis puisi tidak kalah penting dengan pembelajaran bahasa lainnya karena beberapa fungsi sastra yang telah disampaikan di atas. Pembelajaran yang idel dilaksanankan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup untuk siswa berkreativitas, dan mandiri sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa (PP nomor 19 tahun 2005 pasal 19 ayat 1).

Dewasa ini kenyataan pembelajaran yang berjalan di kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta belum seideal yang diharapkan. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan kualitas pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII-H tergolong masih rendah. Hal ini ditandai dengan perolehan nilai dari hasil pekerjaan siswa pada waktu survei awal yang menunjukkan bahwa masih terdapat 24 siswa (65%) yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan hanya 13 siswa (35%) yang mencapai KKM. Selain data tersebut, berdasarkan hasil angket diketahui bahwa hanya 7 siswa (19%) yang menyukai pembelajaran menulis puisi.

Padahal pembelajaran menulis puisi berkenaan dengan pengalaman dan keindahan alam bisa menjadi pembelajaran yang sangat menyenangkan apabila guru dapat menciptakan suasana yang menyenangkan. Hal ini karena inspirasi yang digunakan siswa adalah hal-hal yang dekat dengan siswa, yaitu alam dan pengalaman. Pembelajaran yang menyenangkan akan menghilangkan asumsi siswa yang menganggap kegiatan menulis puisi itu membosankan. Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran menulis puisi adalah siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis serta memiliki kegemaran menulis. Secara umum tujuan pembelajaran menulis adalah siswa mampu mengomunikasikan ide atau gagasan secara tertulis atau pun sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu pengetahuan, pengalaman hidup, ide, imaji, aspirasi, dan lain-lain (Yant Mujiyanto, Budhi Setiawan, Purwadi, dan Edy Suryanto, 2000: 70).


(19)

commit to user

Hasil observasi dari peneliti diketahui bahwa kekurang berhasilan pembelajaran menulis puisi di kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta baik dari segi proses maupun hasil disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) siswa pasif dan kurang tertarik dengan pembelajaran menulis puisi; (2) siswa masih kesulitan menemukan kosa kata dalam menulis puisi; (3) siswa kurang mampu mengembangkan imajinasi dalam menulis puisi; dan (3) guru merasa kesulitan dalam memotivasi siswa dan menentukan strategi yang tepat untuk pembelajaran menulis puisi.

Pembelajaran menulis puisi yang ada di kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta masih didominasi oleh guru dengan menggunakan metode ceramah. Metode ceramah adalah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Akibat dari masih dominannya peran guru dan penggunaan metode ceramah ini pembelajaran berlangsung secara pasif. Kepasifan siswa menjadikan proses pembelajaran menulis puisi di kelas tersebut belum maksimal.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 119) menyatakan bahwa metode ceramah mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya: (1) dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa apabila guru kurang dapat mengorganisasikannya; (2) menimbulkan verbalisme pada siswa; (3) materi ceramah terbatas pada apa yang diingat guru; (4) merugikan siswa yang lemah dalam keterampilan mendengarkan; (5) menjejali siswa dengan konsep yang belum tentu diingat terus; (6) informasi yang disampaikan mudah usang dan ketinggalan zaman; (7) tidak merangsang perkembangan kreativitas siswa; dan (8) terjadi proses satu arah dari guru kepada siswa.

Berdasarkan kenyataan di atas, diperlukan solusi untuk mengatasi beberapa permasalahan pembelajaran menulis puisi yang ada di kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta. Hasil diskusi yang dilakukan peneliti dengan guru, disepakati penggunaan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran pada materi menulis kreatif puisi. Pendekatan SAVI diduga mampu menyelesaikan permasalahan pembelajaran khususnya berkaitan dengan masalah siswa yang kesulitan


(20)

commit to user

menemukan kosa kata karena keterbatasan imajinasi. Selain itu, pembelajaran puisi yang awalnya biasa dapat dibuat lebih menarik dengan pedekatan SAVI. Hal ini agar siswa tertarik untuk mempelajari puisi yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kemampuan menulis mereka.

Penelitian Magnesen, dari Universitas Texas (dalam Roebyarto, 2008) tentang ingatan, memberikan gambaran bahwa seseorang yang belajar tentang suatu hal hanya dari kegiatan membaca, maka persentase hal yang mampu diingat hanya 20%. selanjutnya 30% apabila melalui pendengaran, 40% melalui penglihatan, 50% apabila kita mengucapkannya, dan 60% apabila kita melakukan hal tersebut. Apabila kita ingin memperoleh hasil yang maksimal maka dalam belajar sesuatu hal kita harus membaca kemudian mendengar, melihat, mengucapkan, dan melakukan hal tersebut sehingga kita akan memperoleh hasil sebanyak 90%.

Penelitian tersebut menjelaskan bahwa untuk memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal maka siswa perlu melihat, mengucap, mendengar, dan melakukan karena dengan melakukan empat hal tersebut akan menghasilkan keberhasilan belajar sebesar 90%. Pendekatan SAVI sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Magnesen karena SAVI menggabungkan indra dan pikiran untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas dan hasil yang maksimal.

Pendekatan SAVI merupakan suatu prosedur pembelajaran yang didasarkan atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa dengan melibatkan seluruh indra sehingga seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar. Pendekatan ini menuntut keterlibatan penuh seorang siswa untuk memperoleh berbagai informasi dan pengalaman dalam proses belajar. Dalam pendekatan ini, siswa diharapkan dapat menyatukan aktivitas-aktivitas tubuh/fisik dengan aktivitas intelektual serta penggunaan indra. Meier (2002: 90) menjelaskan unsur dari pendekatan SAVI adalah somatis, auditori, visual, dan intelektual.

Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Somatis bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) yang berarti belajar dengan mengalami dan melakukan. Auditori bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui


(21)

commit to user

mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Visual bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Intelektual yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.

Penggunaan pendekatan ini sesuai dengan materi yang akan dipelajari, yaitu puisi dan kompetensi dasar menulis puisi yang harus diraih siswa. Pendekatan SAVI membuat siswa dalam proses belajar menjadi aktif dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk melihat langsung beberapa contoh puisi yang diperlihatkan lewat media. Selain itu penggunaan media gambar dan alam yang diterapkan dapat membantu siswa untuk mengamati langsung objek yang ingin ditulis. Penggunaan media ini untuk membantu siswa mengembangkan imajinasi karena untuk membuat puisi diperlukan imajinasi dan kreativitas yang tinggi agar karya yang dihasilkan menjadi maksimal. Berdasarkan permasalahan yang ada, peneliti menentukan judul penelitian ini adalah Optimalisasi Pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.

B. Rumusan Masalah

Peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut ini.

1. Apakah penerapan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011?

2. Apakah penerapan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011?


(22)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan:

1. kualitas proses pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 dengan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual); dan

2. kualitas hasil pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 dengan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual).

D. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran menulis puisi dapat ditingkatan dengan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual). b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperluas wawasan dan khasanah keilmuan tentang pembelajaran bahasa, terutama pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual).

2. Manfaat Praktis a. Bagi guru

1) Upaya untuk menawarkan inovasi dalam pendekatan pembelajaran menulis puisi.

2) Menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga dapat menarik perhatian siswa.

3) Untuk memotivasi siswa dalam menulis.

4) Untuk meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.


(23)

commit to user

b. Bagi siswa

1) Memudahkan siswa dalam berlatih dan belajar menulis, khususnya menulis puisi dengan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual).

2) Memberikan motivasi yang positif pada diri siswa selama proses pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis, sehingga siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran.

3) Meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa. c. Bagi peneliti

Menambah pengalaman dan wawasan tentang pembelajaran menulis, khususnya menulis puisi.

d. Bagi sekolah

1) Meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis puisi. 2) Mendorong guru lain untuk menerapkan pembelajaran yang

menyenangkan bagi siswa dengan menggunakan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual).


(24)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Kemampuan Menulis Puisi

a. Pengertian Menulis

Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting. Henry Guntur Tarigan (2008: 21) menjelaskan menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca. Suparno dan M. Yunus (dalam St. Y. Slamet, 2009: 96) mendefinisikan menulis adalah kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya.

St. Y. Slamet (2009: 96) menyatakan bahwa menulis itu bukan hanya melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Menulis menurut Yant Mujiyanto, Budhi Setiawan, Purwadi, dan Edy Suryanto (2000: 63) adalah menyusun buah pikiran dan perasaan atau data informasi yang diperoleh menurut organisasi penulisan sistematis, sehingga tema karangan yang disampaikan sudah dipahami pembaca.

Rass (2008) mengatakan “writing is especcially difficult for nonnative speakers because they are expected to create written products that demonstratte mastery of all the aforementioned issues in a new langguage”. Gharth (2002) mengatakan “writing is a complex proccess that allows writter to explore thoughts and ideas, and make them visible and concrete”. Kedua pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan yang tidaklah mudah (asal-asalan), tetapi merupakan kegiatan yang bermakna karena merupakan hasil dari pikiran manusia.

Kemampuan menulis merupakan kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan melalui lambang grafik yang teratur sehingga dapat dipahami


(25)

commit to user

orang lain yang membacanya. Kemampuan menulis termasuk dalan empat aspek berbahasa yang harus dikuasai siswa. Untuk memperoleh kemampuan menulis yang baik, perlu keseimbangan isi, organisasi tulisan, tujuan, kosa kata, ejaan, dan berbagai hal pendukung lainnya. Beberapa hal tersebut tidak hanya berlaku untuk jenis tulisan nonsastra, tetapi juga berlaku untuk tulisan sastra tidak terkecuali puisi.

Menulis menurut Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan (1996: 2-5) merupakan suatu aktivitas yang berproses. Sebagai proses, menulis terdiri dari serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase. Fase menulis dibagi menjadi fase prapenulisan (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telah dan revisi atau penyempurna tulisan).

Fase-fase penulisan di atas hendaknya tidak dipahami sebagai langkah penulisan yang secara kaku dengan batas yang jelas. Urutan dan batas antarfase itu sangat luwes bahkan dapat tumpang tindih, maksudnya sewaktu menulis sangat mungkin melakukan aktivitas yang terdapat pada setiap fase selama bersama.

Menulis merupakan aktivitas yang memang kompleks. Dari kegiatan menulis kita dapat memperoleh banyak hal yang baik. Lasa Hs (2005: 23-28) menjelaskan enam manfaat kegiatan menulis, yaitu: (1) memperoleh keberanian; (2) menyehatkan kulit wajah; (3) membantu memecahkan masalah; (4) membantu untuk memperoleh dan mengingat informasi; (5) mengatasi trauma; dan (6) menjernihkan pikiran.

Senada dengan pendapat di atas, St. Y. Slamet (2009: 104) menjelaskan manfaat yang diperoleh seseorang dari kegiatan menulis. Manfaat tersebut antara lain: (1) meningkatkan kecerdasan; (2) mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas; (3) menumbuhkan keberanian; dan (4) mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.


(26)

commit to user

b. Pengertian Puisi

Henry Guntur Tarigan (1984: 4) mengungkapkan bahwa kata “puisi” berasal dari bahasa Yunani, yang juga dalam bahasa Latin poietes (Latin poeta). Mula-mula artinya pembangun, pembentuk, pembuat. Arti yang mula-mula ini lama kelamaan semakin dipersempit ruang lingkupnya menjadi hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata-kata kiasan. Dalam bahasa Inggris padanan kata puisi adalah poetry yang erat hubungannya dengan kata poet dan poem. Kata poet sendiri berasal dari kata Yunani yang berarti membuat, mencipta.

Herman J. Waluyo (2003: 1) menyatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia. Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Rukeyser (dalam Templeton, 2007) memberikan definisi “poetry as a vital but underused national resource for a culture dominated by war. As a creative transfer of energy, poetry complicates and resists habits of imagination that sustain war. Poetry invites a total imaginative response".

Shahnon Ahmad (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 1997: 7) menyatakan bahwa garis-garis besar tentang pengertian puisi, yaitu: emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindra, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur baur. Penjelasan tersebut dapat dibuat tiga simpulan tentang unsur pokok yang ada dalam sebuah puisi, yaitu: (1) hal yang meliputi pemikiran, ide, atau emosi; (2) bentuknya; dan (3) kesannya.

Rachmat Djoko Pradopo (1997: 7) membuat simpulan bahwa puisi adalah ekspresi pikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi pancaindra dalam susunan yang berirama. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.


(27)

commit to user

Hasil pendapat para pakar di atas dapat dibuat simpul bahwa puisi secara garis besar dapat diartikan sebagai karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif) yang merupakan interpretasi pengalaman manusia yang penting, diubah dalam wujud yang paling berkesan.

c. Struktur Puisi

Marjorie Boulton (dalam Atar Semi, 1993: 107) membagi anatomi puisi atas dua bagian, yaitu bentuk fisik dan bentuk mental. Bentuk fisik puisi mencakup penampilan di atas kertas dalam bentuk nada dan larik puisi; termasuk ke dalamnya irama, sajak, intonasi, pengulangan, dan perangkat kebahasaan lainnya. Bentuk mental terdiri dari tema, urutan logis, pola asosiasi, satuan arti yang dilambangkan, dan pola-pola citra dan emosi. Kedua bentuk ini merupakan kejalinan yang utuh sehingga menghasilkan sebuah puisi yang total, penuh makna, keindahan, dan imajinasi bagi pembacanya.

Agak berbeda dengan Atar Semi Wahyudi Siswanto (2008: 113) menjelaskan bahwa dalam sebuah puisi terdapat bentuk dan struktur puisi yang terdiri atas perwajahan, diksi, pengimajinasian, kata konkret, majas atau bahasa figuratif, dan verifikasi. Pendapat ini sejalan dengan pendapat dari Herman J. Waluyo (2003: 2-13), tetapi dalam bukunya tidak ada istilah diksi dan majas, diganti dengan ciri lain yang disebut pemadatan bahasa dan pemilihan kata khas. Beliau kemudian menyebut istilah bentuk dan struktur puisi sebagai ciri-ciri kebahasaan puisi. Berdasarkan beberapa teori lama, sejatinya istilah bentuk dan struktur puisi disebut dengan istilah “metode puisi” yang terdiri atas: diksi (diction), imaji (imagery), kata nyata (the concrete word), majas ( figurative language), dan ritme dan rima (rhythm and rime) (Morris dalam Atar Semi 1984: 28). Istilah metode puisi ini sudah jarang digunakan dan lebih dikenal dengan istilah struktur fisik puisi.

1) Perwajahan Puisi (Tipografi)

Perwajahan adalah pengaturan dan penulisan kata, larik, dan bait dalam puisi. Pada puisi konvensional, kata-kata diatur dalam deret yang


(28)

commit to user

disebut larik atau baris. Puisi modern atau kontemporer memiliki aturan tentang bait-bait yang sudah berkurang atau sama sekali tidak ada. Bahkan puisi kontemporer tipografinya bisa membentuk suatu gambar (Wahyudi Siswanto, 2008: 113).

2) Diksi

Diksi adalah pilihan kata. Puisi memang sangat memperhatikan kata-kata yang digunakannya. Kata-kata yang dipilih penyair dipertimbangkan benar-benar dari berbagai aspek dan efek pengucapannya. Kata-kata yang digunakan sangat khas dan bukan kata-kata keseharian atau yang dipakai dalam prosa. Seluruh kata-kata mengandung makna dan terasa gelap. Akan tetapi, kata tersebut penuh makna yang bersifat ambigu. Herman J. Waluyo (2003: 3-7) menyebutkan tiga faktor yang dipertimbangkan dalam memilih kata, yaitu: (1) makna kias, (2) lambang, dan (3) persamaan bunyi.

3) Pengimajinasian

Imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji menurut Wahyudi Siswanto (2008: 118) dibagi menjadi tiga, yaitu: (1) imaji suara (auditif), (2) imaji penglihatan (visual), dan (3) imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Pengimajian yang kuat membuat sebuah puisi dapat dipahami seolah-olah sebagai suatu karya yang dapat dilihat, dirasakan, dan didengar karena seseorang seolah dapat melihat, mendengar, dan merasakan apa yang dialami oleh penyair.

4) Kata Konkret

Kata konkret adalah kata-kata yang dapat diungkapkan dengan indra. Kata konkret merupakan penyebab dari pengimajian karena kata konkret akan memungkinkan imaji muncul dalam sebuah puisi. Hal ini karena kata-kata konkret yang tepat dapat mengantarkan pada pengertian yang menyeluruh terhadap sesuatu hal atau benda. Penjelasan ini senada dengan penjelasan dari Jabrohim, Suminto A. Sayuti, dan Chairul Anwar (2001: 41) bahwa kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh


(29)

commit to user

penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca.

5) Bahasa Figuratif (Majas)

Majas merupakan cara lain yang banyak digunakan oleh penyair untuk membangkitkan imajinasi. Bahasa figuratif atau majas merupakan bahasa yang digunakan untuk mengiaskan ungkapan yang ingin disampaikan oleh penyair. Radman dan Narayana (2008: 1) menjelaskan “figurative language can tap into conceptual and linguistic knowledge as well as evoke pragmatic factors in interpretation”. Maksudnya adalah bahasa figuratif dapat mengantarkan kepada konsep dan pengetahuan tentang bahasa seperti halnya ilmu pragmatik. Sudjito (dalam Wahyudi Siswanto, 2008: 120) mengungkapkan bahwa majas ialah bahasa berkias yang dapat menimbulkan konotasi tertentu. Herman J. Waluyo (1987: 83) menjelaskan bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna.

6) Verifikasi (Rima, Ritme, dan Metrum)

Verifikasi dalam puisi terdiri atas rima, ritme, dan metrum (Wahyudi Siwanto, 2008: 121). Rima adalah persamaan bunyi pada puisi baik letaknya di awal, tengah, maupun di akhir baris. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh repetisi bunyi, dan sebagainya), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma atau disebut juga metrum merupakan tinggi-rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi.

Selain bentuk dan struktur fisik puisi, terdapat struktur batin puisi yang terdiri atas tema, rasa, nada, dan amanat. Istilah ini dahulu disebut oleh I.A Richard (seorang kritikus sastra terkenal) dengan istilah hakikat puisi (dalam Wahyudi Siswanto, 2008: 124). Pendapat ini sejalan dengan pendapat dari Herman J. Waluyo (2003: 17) yang kemudian menyebut struktur batin puisi sebagai hal yang diungkapkan penyair. Dalam pembahasan ini akan digunakan istilah struktur batin yang lebih umum digunakan.


(30)

commit to user

1) Tema

Tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya (Herman J. Waluyo, 2003: 125). Tema merupakan gagasan pokok yang mendasari seluruh isi yang dikemukakan penyair dalam puisinya. Tema bersifat khusus, yaitu mengacu pada penyair, objektif, dan lugas. Tema yang biasanya dipakai adalah ketuhanan, demokrasi, kritik sosial, perjuangan, keadilan, keindahan alam, dan lain-lain.

2) Rasa

Rasa dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya (Wahyudi Siswanto, 2008: 124). Puisi merupakan pengungkapan perasaan dan pikiran penyairnya. Segala yang tertulis dalam puisi mewakili suasana dan perasaan penyairnya saat itu. Perasaan yang dipancarkan dalam puisi akan dapat ditangkap kalau puisi tersebut dibaca apalagi dengan deklamasi. Hal tersebut akan sangat membantu dalam menemukan latar belakang perasaan puisi tersebut.

3) Nada

Nada adalah pengungkapan sikap penyair terhadap pembaca. Dari sikap itu muncullah suasana puisi. Suasana puisi merupakan konteks dan latar yang menjiwai isi. Nada yang biasa digunakan adalah sinis, takut, gurauan, mencemooh, khusuk, filosofis dan lain-lain seperti halnya suasana batin seseorang.

4) Amanat

Amanat adalah pesan atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap oleh pembaca. Amanat menjadi sesuatu yang dapat dipetik hikmahnya dari isi puisi tersebut. Amanat ini biasanya merupakan hal yang ingin disampaikan atau yang dikehendaki oleh penyairnya. Latar belakang dan pengalaman pembaca sangat menentukan di dalam menemukan amanat yang ada dalam puisi.


(31)

commit to user

d. Kemampuan Menulis Puisi

Kemampuan merupakan sebuah keterampilan yang dimiliki oleh seseorang berkaitan dengan suatu hal. Kemampuan menulis berarti keterampilan seseorang dalam bidang menulis. Byrne (dalam St. Y. Slamet, 2009: 106) menjelaskan bahwa kemampuan menulis bukan sekedar kemampuan menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata dan kata-kata disusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca.

Menulis puisi adalah kegiatan mengungkapkan ide, gagasan, pikiran atau perasaan yang diwujudkan dalam susunan kata-kata yang memiliki ciri khas mempergunakan bahasa padat, penuh makna, dan memiliki unsur-unsur keindahan di dalamnya. Kemampuan menulis puisi berarti keterampilan yang dimiliki seseorang dalam menulis puisi sehingga menghasilkan puisi yang utuh. Keterampilan tersebut dapat dilihat dari puisi yang ditulis oleh seorang penyair baik dari segi pilihan kata, rima, tipografi, makna, dan lain sebagainya.

Hunt dan Hunt (2006) mengatakan “Writing poems about literature is an authentic activity that can foster deep knowledge of the work being studied, and the experience can introduce or reinforce literary devices that published authors use in their creations.” Penjelasannya adalah bahwa menulis puisi merupakan kegiatan nyata yang dapat mengembangkan pendalaman pengetahuan tentang ilmu yang sedang dipelajari dan pengalaman tersebut dapat memperkenalkan atau memberi pemahaman tentang sastra.

Pada umumnya orang yang jarang atau tidak suka menulis puisi akan mengalami kesulitan apabila diminta untuk menulis sebuah puisi secara langsung. Untuk itu, agar lebih mudah memulai menulis puisi, Rumpin (2010) menjelaskan lima tahap yang perlu dilalui oleh penulis puisi untuk memulai berkarya (menulis puisi), yaitu:


(32)

commit to user

1) Tahap mengungkapkan fakta diri. Puisi pada tahap ini, biasanya lahir berdasarkan observasi pada sekitar diri sendiri, terutama pada faktor fisik. 2) Tahap mengungkapkan rasa diri. Pada tahap ini akan lahir puisi yang

mampu mengungkapkan rasa atau perasaan diri sendiri atas objek yang bersinggungan atau berinteraksi. perasaan yang terungkap bisa berupa sedih, senang, benci, cinta, patah hati, dan lain-lain.

3) Tahap mengungkapkan fakta objek lain. Pada tahap ini puisi dilahirkan berdasarkan fakta-fakta di luar diri dan dituliskan begitu saja apa adanya, tanpa tambahan kata bersayap atau metafora.

4) Tahap mengungkapkan rasa objek lain. Pada tahap ini penulis puisi mencoba berusaha mengungkapkan perasaan suatu objek, baik perasaan orang lain maupun benda-benda di sekitarnya yang seolah-olah menjelma menjadi manusia.

5) Tahap mengungkapkan kehadiran yang belum hadir. Pada tahap ini puisi sudah merupakan hasil kristalisasi yang sangat mendalam atas segala fakta, rasa dan analisis menuju jangkauan yang bersifat lintas ruang dan waktu, menuju kejadian di masa depan. mengungkapkan kehadiran yang belum hadir artinya melalui media puisi, puisi dipandang mampu untuk menyampaikan gagasan dalam menghadirkan yang belum hadir, yaitu sesuatu hal yang pengungkapannya hanya bisa melalui puisi, tidak dengan yang lain.

2. Hakikat Pembelajaran Menulis Puisi di SMP

a. Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP

Aspek-aspek yang terdapat dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP berdasarkan KTSP meliputi latar belakang, tujuan, dan ruang lingkup (BNSP, 2006).

1) Latar belakang

Pembelajaran bahasa diharapakan dapat membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang


(33)

commit to user

ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra manusia Indonesia.

2) Tujuan

Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

a) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis;

b) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara;

c) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;

d) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial;

e) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; dan

f) menghargai dan mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

3) Ruang lingkup

Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi aspek-aspek: mendengarkan; berbicara; membaca; dan menulis.

b. Tujuan Pembelajaran Menulis Puisi

Pembelajaran sastra yang di dalamnya termasuk pembelajaran menulis puisi merupakan salah satu mata pelajaran yang penting. Melalui sastra siswa dapat belajar banyak tentang hidup dan kehidupan. Mastiah (2010) menyatakan ada beberapa prinsip dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: (1) pembelajaran sastra berfungsi untuk


(34)

commit to user

meningkatkan kepekaan rasa pada budaya bangsa; (2) pembelajaran sastra memberikan kepuasan batin dan pengayaan daya estetis melalui bahasa; (3) pembelajaran apresiasi sastra bukan pelajaran sejarah, aliran, dan teori sastra; dan (4) pembelajaran apresiasi sastra adalah pembelajaran untuk memahami nilai kemanusiaan di dalam karya yang dapat dikaitkan dengan nilai kemanusiaan di dalam dunia nyata.

Pembelajaran menulis puisi jelas merupakan bagian dari pembelajaran sastra yang ada di sekolah. Materi menulis puisi yang diajarkan di kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP) ada satu Standar Kompetensi. Dalam SK ini kompetensi dasar yang seharusnya dicapai ada dua, yaitu: (1) menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam; dan (2) menulis kreatif puisi berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi mata pelajaran bahasa Indonesia, jelas bahwa salah satu tujuannya adalah menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk meningkatkan kemampuan berbahasa. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam pembelajaran menulis puisi, guru dapat membantu siswa menggali potensi yang ada pada diri mereka dengan berbagai bantuan baik strategi, pendekatan, model, metode, teknik, dan atau media, sesuai dengan prinsip pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksaanakan di masing-masing satuan pendidikan (BNSP, 2006). Dari pengertian ini, E. Mulyasa (2009: 20) menjelaskan ada tiga hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan KTSP yang salah satunya adalah KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan siswa.

Sejalan dengan pendapat tersebut, KTSP memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk memgembangkan kurikulum. Otonomi yang luas ini seharusnya mampu menjadikan setiap satuan pendidikan memiliki ciri khas sesuai dengan keadaan sekolah, lingkungan, dan siswa. Oleh karena itu, pembelajaran apapun


(35)

commit to user

yang menerapkan kurikulum KTSP dengan baik pastilah akan menjadi pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.

Berdasarkan paparan di atas, jelas bahwa sejatinya pembelajaran sastra termasuk di dalamnya adalah pembelajaran menulis puisi dalam KTSP dapat dilaksanakan dengan sangat baik berdasarkan pada kekayaan alam di sekitar lingkungan sekolah dan potensi yang siswa miliki. Penggunaan pendekatan, strategi, model, metode dan atau media juga diperlukan agar pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Berdasarkan kompetensi dasar yang telah ada pula, pembelajaran menulis puisi seharusnya bisa dilaksanakan dengan keadaan yang menyenangkan karena inspirasi yang digunakan siswa adalah hal-hal yang dekat dengan siswa yaitu alam dan pengalaman.

c. Komponen-komponen Pembelajaran Menulis Puisi

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan berbagai komponen yang saling berhubungan. Komponen-komponen tersebut antara lain guru, siswa, materi, media, suasana pembelajaran, dan sebagainya. Begitu kompleksnya kegiatan pembelajaran sehingga masing-masing komponen tersebut harus mampu bekerja sama dengan baik sejak awal kegiatan sampai dengan kegiatan berakhir. Tujuan yang diinginkan dari rumusan tersebut adalah terciptanya kegiatan pembelajaran yang efektif, efisien, dan menyenangkan. Gino, dkk., (1999: 30) menjelaskan beberapa komponen yang terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar.

1) Siswa

Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa istilah siswa berganti dengan istilah peserta didik yang berarti anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Dalam penelitian ini tetap digunakan istilah siswa yang lebih umum digunakan.


(36)

commit to user

2) Guru

Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar-mengajar, katalisator belajar-mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar yang efektif. Lebih lanjut Moch. Uzer Usman (2009: 9-11) menjelaskan bahwa sebagai tenaga profesional yang memiliki kualifikasi, peranan guru dalam pendidikan, diantaranya: sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator dan fasilitator, dan sebagai evaluator.

3) Tujuan

Tujuan merupakan pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotor, dan afektif. Oemar Hamalik (2003: 109) menjelaskan bahwa tujuan pengajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pengajaran. Tujuan belajar merupakan cara yang akurat untuk menentukan hasil pengajaran.

4) Isi pelajaran

Isi atau materi pelajaran yakni segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Bahan pengajaran adalah bagian integral.

5) Metode

Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional. Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Dalam usaha pemudahan ini guru memerlukan cara-cara (metode) tertentu. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang baik tentunya diperlukan suatu cara yang efektif dan efisien sehingga ketercapaian pembelajaran yang baik dapat diwujudkan. Menurut Martimis Yamin (2006: 147) metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.


(37)

commit to user

6) Media

Media merupakan bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka dapat mencapai tujuan. Marshall McLuhan (dalam Oemar Hamalik, 2003: 201) menjelaskan bahwa media adalah ekstensi manusia yang memungkinkannya mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengannya.

7) Evaluasi

Evaluasi yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi adalah penilaian keseluruhan program pendidikan termasuk perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian (assessment) dan pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, pengelolaan (managemen), pendidikan, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan (Sarwiji Suwandi, 2008: 16).

Berdasarkan penjelasan di atas, disimpulkan bahwa dalam pembelajaran terdapat beberapa komponen yang terlibat. Ketujuh komonen tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya karena kesemua komponen tersebut merupakan kesatuan. Di Sekolah Menengah Pertama, tujuh komponen tersebut juga ada dalam pembelajaran menulis puisi.

d. Aspek-aspek yang Dinilai dalam Menulis Puisi

Pembelajaran selalu diakhiri dengan penilaian. Hal ini digunakan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran. Penilaian sangat penting dilakukan karena dengan adanya penilaian dapat diketahui keberhasilan seseorang dalam pembelajaran dan dari hasil yang diperoleh akan dapat membuat seseorang lebih termotivasi untuk belajar. Penilaian pembelajaran menulis puisi tentu harus dapat mengukur tujuan pembelajaran menulis puisi, yakni kemampuan siswa dalam menciptakan sebuah puisi.

Sarwiji Suwandi (2008: 15) mengungkapkan bahwa penilaian merupakan suatu proses untuk mengetahui keberhasilan dari suatu pogram


(38)

commit to user

kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria, baik itu dari segi proses maupun hasil. Penilaian yang digunakan untuk menilai pembelajaran menulis puisi dalam penelitian ini ada dua yaitu penilaian proses pembelajaran yang berkaitan dengan keaktifan siswa dan penilaian kemampuan siswa dalam menulis puisi.

1) Penilaian Proses Pembelajaran

Penilaian sikap dapat dilihat dari sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran. Sarwiji Suwandi (2008: 89-90) memaparkan bahwa sikap bermula dari perasaan yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu atau objek. Sikap juga suatu ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah: (1) sikap terhadap materi pelajaran; (2) sikap terhadap guru atau pengajar; (3) sikap terhadap proses pembelajaran; dan (4) sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran.

Sejalan dengan pendapat Sarwiji Suwandi, Mimin Haryati (2007: 38) menjelaskan bahwa karakteristik ranah afektif yang penting diantaranya adalah sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.

a) Sikap yang dimaksud di sini adalah sikap siswa terhadap sekolah dan mata pelajaran.

b) Minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi. Minat adalah suatu disposisi yang terorganisasi melalui pengalaman yang mendorong untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian.

c) Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu yang bersangkutan terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. d) Nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh

individu untuk mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan.

e) Moral menyinggung akhlak, tingkah laku, karakter seseorang atau kelompok.


(39)

commit to user

Nana Sudjana (1991: 60-61) menjelaskan beberapa kriteria yang bisa digunakan dalam menilai proses belajar-mengajar, antara lain: (1) konsistensi kegiatan belajar-mengajar dengan kurikulum; (2) keterlaksanaannya oleh guru; (3) keterlaksanaannya oleh siswa; (4) motivasi belajar siswa; (5) keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar; (6) interaksi guru-siswa; (7) kemampuan atau keterampilan guru mengajar; dan (8) kualitas belajar yang dicapai siswa.

Nana Sudjana (1991: 62) menambahkan bahwa delapan kriteria di atas masih bersifat umum, sehingga dapat saja dikembangkan dan dijabarkan lebih lanjut sesuai dengan bidang studi dan mata pelajaran yang diajarkan. Dari pendapat tersebut, jelas bahwa kriteria penilain proses dapat saja dimodifikasi sendiri oleh seorang guru sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan kenyataan tersebut, dalam penelitian ini peneliti membuat instrumen yang digunakan untuk menilai penilain proses untuk siswa. Berdasarkan beberapa kriteria yang dijabarkan oleh para pakar, peneliti menggunakan empat kriteria, yaitu: keaktifan, perhatian, minat dan motivasi, serta kerja sama.

a) Keaktifan

Seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mengoptimalkan kadar keaktifan siswa karena guru bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar siswa yang optimal. Syaiful Bahri Djamarah (dalam Danik Nofiana, 2008: 17) menjelaskan bahwa dalam proses belajar-mengajar aktivitas siswa yang diharapkan tidak hanya aspek fisik melainkan juga aspek mental. Siswa bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas, berdiskusi, menulis, membaca, membuat grafik, dan mencatat hal-hal penting dari penjelasan guru merupakan sejumlah aktivitas anak didik yang aktif secara mental maupun fisik. Nana Sudjana (1991: 61) menjelaskan penilaian proses belajar-mengajar berarti melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal: (1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam


(40)

commit to user

pemecahan masalah; (3) bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (3) berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah; (4) melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru; (5) menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya; (6) melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis; dan (7) kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesikan tugas atau persoalan yang dihadapi.

b) Perhatian

Perhatian sangatlah penting dalam kegiatan pembelajaran dan hal ini akan berpengaruh pula terhadap minat siswa dalam belajar. Menurut Sumadi Suryabrata (dalam Shvoong, 2011) perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan. Wasti Sumanto (dalam Shvoong, 2011) berpendapat perhatian adalah pemusatan tenaga atau kekuatan jiwa tertentu kepada suatu obyek, atau pendayagunaan kesadaran untuk menyertai suatu aktivitas.

Perhatian menurut Bimo Walgito (dalam Kaniya F. Trianasari, 2007: 18) merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan pada suatu atau sekumpulan objek. Wina Sanjaya (2008: 268) mengungkapkan bahwa tingkat perhatian seseorang dalam belajar berpengaruh dalam hasil belajar yang diperoleh. Semakin tinggi perhatian siswa dalam belajar, maka semakin baik pula hasil belajar yang diperoleh.

Salah satu cara untuk meningkatkan perhatian dan konsentrasi siswa dalam pembelajaran adalah gerak guru. Gerak guru yang dimaksudkan adalah gerakan guru yang dapat membantu kelancaran berkomunikasi, sehingga pesan yang disampaikan mudah dipahami dan diterima oleh siswa (Wina Sanjaya, 2008: 270).


(41)

commit to user

c) Minat dan motivasi

Minat menurut Mimin Haryati (2007: 38) adalah suatu disposisi yang terorganisasi melalui pengalaman yang mendorong untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sardiman A. M (2001: 73) mengartikan minat sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan sendiri.

Minat berkaitan dengan masalah kebutuhan dan keinginan. Hal terpenting yang harus dilakukan guru untuk membangkitkan minat siswa mengikuti pembelajaran adalah membuat siswa merasa bahwa belajar merupakan kebutuhan hidupnya. Guru dapat membangkitkan minat belajar siswa denagn mengemas pembelajaran secara kreatif dan inovatif agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik.

Nana Sudjana (1991: 61) menjelaskan keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditunjukkan oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar–mengajar. Hal ini dapat dilihat dalam hal: (1) minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran; (2) semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya; (3) tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugasnya; (4) reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru; dan (5) rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan. d) Kerja sama

Kerja sama menjadi salah satu aspek penentu keberhasilan penliaian proses pembelajaran karena dengan kerja sama, siswa dapat aktif dan belajar secara bersama-sama. Kebersamaan dalam pembelajaran merupakan kerja sama di antara para siswa untuk mencapai tujuan belajar bersama. Kerja sama dalam pembelajaran ini diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berkolaborasi untuk menyelesaikan permasalah secara bersama-sama.


(42)

commit to user

Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut, antara lain.

a) Observasi Perilaku

Perilaku seseorang pada umunya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Guru dapat melakukan observasi terhadap siswa yang dibinanya. Hasil pengamatan dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan.

b) Pertanyaan Langsung

Pertanyaan langsung digunakan dengan menanyakan secara langsung atau wawancara tentang sikap seseorang berkaitan dengan suatu hal. Jawaban atau reaksi yang diberikan dapat dipahami sikap siswa terhadap objek sikap.

c) Laporan Pribadi

Penggunaan teknik ini adalah dengan meminta siswa membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapan tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap.

Penilaian sikap yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan format penilaian dengan observasi. Format penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penilaian Proses Pembelajaran

(Format diadaptasi dari Sarwiji Suwandi, 2008 : 92-93) a) Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria

berikut.

1 = sangat kurang 4 = baik No. Nama

Siswa Keaktifan siswa selama apersepsi Keaktifan dan perhatian siswa

pada saat guru menyampaikan materi Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran Kerja sama siswa dalam kerja kelompok

Skor Nilai Ket.

1. 2.


(43)

commit to user

2= kurang 5 = amat baik

3= cukup

b) Untuk mencari nilai setiap siswa menggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh Foreign Service Institute (FSI) sebagai berikut:

(1) Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap unsur penilaian yang diperoleh siswa,

(2) Nilai akhir siswa diperoleh dengan menggunakan rumus: Total nilai X skor ideal (100) = nilai Skor maksimal (20)

c) Keterangan diisi dengan kriteria berikut. (1) Nilai = 10 – 29 sangat kurang (2) Nilai = 30 – 49 kurang

(3) Nilai = 50 – 69 cukup (4) Nilai = 70 – 89 baik

(5) Nilai = 90 – 100 sangat baik 2) Penilaian Hasil Pembelajaran

Sarwiji Suwandi (2008:39) mengemukakan bahwa penilaian hasil pembelajaran dapat dilakukan dengan tes, baik tes lisan maupun tes tertulis. Pada umumya tes dipergunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan dalam pembelajaran. Tingkat keberhasilan siswa dimaksudkan juga tingkat kemampuan siswa yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut.

Tes esai adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk uraian dengan menggunakan bahasa sendiri. Tes ini menuntut siswa untuk berpikir tentang dan mempergunakan apa yang diketahui yang berkenaan dengan pertanyaan yang harus dijawab. Tes bentuk esai memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyusun dan mengemukakan jawaban sendiri dalam lingkup yang secara relatif dibatasi. Oleh karena itu, tes esai disebut sebagai tes subjektif. Tes objektif yaitu disebut juga sebagai tes jawaban singkat (short answer test). Jawaban terhadap tes objektif bersifat pasti, hanya ada satu kemungkinan jawaban


(44)

commit to user

yang benar. Jenis tes objektif yang banyak dipergunakan orang ádalah tes jawaban benar-salah (true-false), pilihan ganda (multiple choice), isian (completion), dan penjodohan (matching) (Sarwiji Suwandi, 2008: 57-59). Dalam penelitian ini, penilaian pembelajaran sastra, khususnya menulis puisi dapat dilakukan dengan menggunakan tes tertulis. Penilaian hasil dalam pembelajaran menulis puisi di kelas VII ini didasarkan pada hasil pekerjaan siswa dalam bentuk puisi dengan pilihan kata yang sesuai dan memperhatikan unsur yang membangun sebuah puisi.

Sebagai pedoman untuk penilaian menulis puisi dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Format Penilaian Menulis Puisi

No. Nama

Aspek yang Dinilai Skor Nilai Ket.

Tema

Pilihan Kata

Imaji Rima Diksi Majas K.Konkret

1. 2. 3.

(Format diadaptasi dari Sarwiji Suwandi, 2008 : 137) Untuk mencari nilai setiap siswa menggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh Foreign Service Institute (FSI) sebagai berikut: a) jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap

unsur penilaian yang diperoleh siswa,

b) nilai akhir siswa diperoleh dengan menggunakan rumus: Total nilai X skor ideal (100) = nilai Skor maksimal (20)

c) nilai didasarkan pada pedoman penskoran. Lebih jelasnya pedoman penskoran tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.


(45)

commit to user

Tabel 3. Pedoman Penskoran

No Aspek yang dinilai Skor

1. Kesesuaian dengan tema

1) Pengungkapan isi puisi sesuai dengan tema. 2) Pengungkapan isi puisi kurang sesuai dengan tema. 3) Pengungkapan isi puisi tidak sesuai dengan tema.

Skor 1-3 3 2 1

2. Pilihan Kata

Diksi:

1) Kata-kata yang digunakan padat, singkat, dan dapat mengekspresikan perasaan dengan baik.

2) Kata-kata yang digunakan padat, singkat dan cukup dapat mengekspresikan perasaan.

3) Kata-kata yang digunakan kurang mampu mengekspresikan perasaan.

Majas:

1) Bahasa kiasan yang digunakan sudah sesuai sehingga menimbulkan efek keindahan dengan baik.

2) Bahasa kiasan yang digunakan cukup sesuai sehingga menimbulkan efek keindahan yang cukup.

3) Bahasa kiasan yang digunakan kurang sesuai sehingga tidak ada efek keindahan.

Kata Konkret:

1) Banyak kata konkret yang digunakan sehingga memperjelas makna puisi. 2) Cukup banyak kata konkret yang digunakan sehingga cukup memperjelas

makna puisi.

3) Tidak banyak kata konkret yang digunakan sehingga puisi menjadi tidak jelas.

Skor 1-3 3 2 1 3 2 1 3 2 1

3. Imaji

1) Banyak terdapat imaji yang memperindah puisi. 2) Cukup terdapat imaji yang memperindah puisi. 3) Sedikit terdapat imaji yang memperindah puisi.

4) Sama sekali tidak terdapat imaji yang memperindah puisi.

Skor 1-4 4 3 2 1

4. Rima

1) Banyak terdapat aliterasi, asonansi, dan perulangan bunyi sehingga mampu menimbulkan efek keindahan dengan sangat baik.

2) Terdapat beberapa aliterasi, asonansi, perulangan bunyi sehingga efek keindahan sudah cukup terasa.

3) Sedikit sekali terdapat aliterasi, asonansi,perulangan bunyi yang digunakan sehingga efek keindahan kurang terasa.

4) Tidak terdapat aliterasi, asonansi, dan perulangan bunyi.

Skor 1-4 4 3 2 1


(46)

commit to user

3. Hakikat Pendekatan SAVI

a. Pengertian Pendekatan SAVI

Sebelum kita membahas tentang pendekatan SAVI, kita akan membahas tentang perbedaan strategi, pendekatan, model, metode, dan teknik. Menurut J.R Davies (dalam Nugraheni Eko W., 2009: 63) strategi dalam dunia pendidikan diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal. Dick dan Carey (dalam Nugraheni E.W, 2009: 63) menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan seperangkat materi dan prosedur pembelajaran yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jika strategi merupakan rencana yang disusun dan belum direalisasikan, maka metode merupakan realisasi atau implementasi dari strategi tersebut.

Pendekatan menurut Edward M. Anthony (dalam Ardianto, 2007) adalah landasa n untuk menyusun metode yang di dalamnya berisi seperangkat teori dan asumsi tentang sesuatu yang sudah tidak dapat diubah lagi. Pendekatan dikatakan bersifat aksiomatik karena berisi aksioma atau dalil yang harus diikuti. Pendekatan menurut Syaiful Sagala (2006: 68) adalah jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginsipirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Metode menurut Edward M. Anthony (dalam Ardianto, 2007) berisi prosedur-prosedur tentang bagaimana sesuatu mata pelajaran yang diajarkan ke dalam teknik mengajar. Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah- langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Mackey (dalam Ardianto, 2007) menjelaskan metode merupakan keseluruhan peristiwa mengajar dan belajar yang meliputi hal-hal: seleksi, grasi, presentasi, repetisi, dan evaluasi belajar.


(1)

commit to user

3. Hasil Siswa yang aktif selama

pemberian apersepsi sebanyak 13 siswa (35%)

Siswa yang aktif dan perhatian selama KBM berlangsung sebanyak 19 siswa (51%) Siswa yang aktif bekerja dalam kelompok sebanyak 27 siswa (73%)

Minat dan motivasi siswa sebesar 21 siswa (57%) Siswa yang mampu menulis puisi dengan baik dan

dinyatakan tuntas sebanyak 24 siswa (65%)

1.

Siswa yang aktif selama

pemberian

apresepsi

sebanyak 24 siswa (65%)

2.

Siswa

yang

aktif

dan

perhatian

selama

KBM

berlangsung sebanyak 28

siswa (76%)

3.

Siswa yang aktif bekerja

dalam kelompok sebanyak

33 siswa (89%)

4.

Minat dan motivasi siswa

sebanyak 29 siswa (78%)

5.

Siswa yang mampu menulis

puisi dengan baik dan

tuntas sebanyak 32 siswa

(87%)

4. Kekurangan

dan

Kelemahan

Pengelolaan kelas kurang Guru kurang mengajak siswa terlibat aktif dalam

pembelajaran

Guru belum menjadi fasilitator dalam kegiatan kelompok Waktu yang terbatas sehingga ada beberapa rencana kegiatan yang belum terlaksana secara maksimal, bahkan hilang seperti penyimpulan dan refleksi

1.

Waktu

kegiatan

yang

terbatas

2.

Ada beberapa permasalahan

yang secara alami muncul

yang tidak berkaitan dengan

pembelajaran

sehingga

sedikit menggagu


(2)

commit to user

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A.

Simpulan

Secara singkat simpulan hasil penelitian ini adalah terdapat peningkatan

kualitas pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas VII-H MTs Negeri 1

Surakarta, baik berupa peningkatan keaktifan siswa maupun kemampuan siswa

dalam menulis puisi. Peningkatan kualitas pembelajaran tersebut terjadi setelah

guru dan peneliti melakukan beberapa upaya peningkatan pembelajaran menulis

puisi dengan menggunakan pendekatan

SAVI

(

Somatis Auditori Visual

Intelektual

). Simpulan hasil penelitian adalah sebagai berikut.

1.

Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Puisi

Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis puisi tampak melalui

aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran dengan pendekatan

SAVI

.

Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis puisi dengan

pendekatan

SAVI

secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) pada siklus

I persentase keaktifan siswa sebanyak 22 siswa (59%), meningkat jauh lebih

banyak dari survei awal, dan (2) pada siklus II siswa yang aktif selama

pembelajaran sebanyak 30 siswa (81%), ini berarti hanya lima siswa yang

tergolong belum aktif pada siklus II. Keaktifan tersebut meliputi empat aspek,

yaitu: (1) keaktifan selama apersepsi; (2) perhatian dan keaktifan selama

pembelajaran; (3) kerja sama; dan (4) minat dan motivasi.

Peningkatan keaktifan yang ditampakkan siswa dalam pembelajaran

menulis puisi di atas tidak terlepas dari peran guru. Dalam hal ini peningkatan di

dalam pembelajaran juga tampak pada keterampilan guru dalam mengelola kelas.

penerapan pendekatan

SAVI

memacu guru lebih terampil dalam mengelola kelas.

Peningkatan keterampilan guru tampak pada tindakannya menerapkan metode

pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya yang hanya berceramah dan

pemberian tugas menulis. Pada pembelajaran kali ini guru mengombinasikan

metode ceramah dengan metode lain sehingga siswa tidak bosan lagi mengikuti


(3)

commit to user

pembelajaran. Peningkatan keterampilan guru juga tampak dalam mempersiapkan

instrumen pembelajaran guna mempermudah penjelasan dalam menyampaikan

materi dan mempermudah siswa dalam menulis puisi. Di samping itu, guru juga

sangat berperan dalam memotivasi siswa supaya aktif selama pembelajaran

berlangsung. Kondisi yang demikian jauh lebih baik daripada pengelolaan kelas

yang dilakukan guru pada saat survei awal.

2.

Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Siswa dalam Pembelajaran

Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis puisi berimbas pada

kenaikan kualitas hasilnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai

rata-rata siswa dalam menulis puisi, berdasarkan KKM dari sekolah sebesar 65.

Penerapan pendekatan

SAVI

dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran

menulis puisi. Hal ini ditandai dengan besarnya persentase kelulusan siswa.

Persentase tersebut mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Pada survei awal

persentase kelulusan siswa hanya sebanyak 13 siswa (35%), pada siklus I naik

menjadi 24 siswa (65%), dan pada siklus II mencapai 32 siswa (87%). Pada siklus

terakhir dari keseluruhan siswa yang hadir yaitu 35 siswa, hanya tiga siswa yang

tidak tuntas (mendapat nilai kurang dari 65). Hal ini sangat wajar karena

keterbatasan intelektual seseorang memang tidak mungkin bisa ditingkatkan

secara cepat tetapi membutuhkan proses yang panjang.

B.

Implikasi

Penelitian ini memberikan gambaran nyata bahwa keberhasilan proses dan

peningkatan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor

tersebut berasal dari guru maupun siswa. Di samping itu juga dipengaruhi oleh

metode dan teknik pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, dan sarana

prasarana. Faktor dari guru meliputi kemampuan guru dalam mengembangkan

dan menyampaikan materi, keterampilan guru dalam mengelola kelas,

penggunaan metode, dan penggunaan media dalam proses pembelajaran. Faktor

dari siswa meliputi minat, motivasi, dan keaktifan siswa dalam mengikuti

pembelajaran.


(4)

commit to user

Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus

diupayakan secara maksimal agar semua faktor dapat dimiliki oleh guru dan siswa

dalam pembelajaran yang berlangsung di kelas. Apabila guru memiliki

kemampuan yang baik dalam mengelola kelas serta didukung dengan sarana dan

prasarana yang menunjang, maka guru akan mampu menyampaikan materi

dengan baik. Materi itu pun akan dapat diterima baik oleh siswa apabila siswa

juga memiliki minat dan motivasi yang tinggi agar selalu aktif dalam

pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar,

kondusif, efektif, dan efisien.

Penelitian ini membuktikan bahwa keaktifan dan kemampuan menulis

puisi siswa dalam pembelajaran menulis puisi meningkat setelah diterapkan

pendekatan (

SAVI

)

Somatis Auditori Visual intelektual

. Oleh karena itu,

pendekatan (

SAVI

)

Somatis Auditori Visual intelektual

ini dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan bagi guru yang ingin menerapkan pendekatan

tersebut dalam pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa. Di samping itu,

hasil penelitian ini dapat digunakan guru sebagai alternatif tindakan yang

menyenangkan dalam melaksanakan pembelajaran guna meningkatkan kualitas

proses dan hasil belajar siswa, serta dapat membuat siswa menjadi lebih tertarik

mengikuti pembelajaran.

Penerapan pendekatan

SAVI

dapat meningkatkan kemampuan menulis

puisi siswa. Dengan pendekatan ini, siswa diajak untuk menggunakan empat gaya

belajar yaitu

somatis, auditori, visual

, dan

intelektual

. Keempat gaya belajar ini

digunakan agara pembelajaran berhasil secara maksimal. Penerapan keempat gaya

belajar ini dalam pembelajaran menulis puisi adalah dengan mengajak siswa aktif

dalam menerima materi, aktif bergerak, dan penggunaan media dalam

pembelajaran. Setelah memperoleh materi dan berlatih menulis puisi, siswa

kemudian menulis puisi dengan bantuan media. Dalam pembelajaran ini media

yang digunakan adalah media gambar dan alam. Siswa mulai menulis puisi

dengan meneruskan potongan puisi yang sudah disiapkan, kemudian dibantu

dengan gambar dan alam. Dengan kedua media itu siswa bisa mengamati


(5)

commit to user

langsung objek yang ingin diitulis sehingga maereka lebih mudah dalam

menghadirkan imajinasi dan kata-kata yang puitis.

Pemberian tindakan dari siklus I memberikan deskripsi bahwa masih

terdapat kekurangan selama pembelajaran menulis puisi. Namun,

kekurangan-kekurangan tersebut dapat diatasi pada pelaksanaan tindakan pada siklus

berikutnya. Dari pelaksanaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap

pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapatnya peningkatan baik kualitas proses

maupun hasil berupa kemampuan siswa dalam menulis puisi. Dari segi proses,

terdapat peningkatan keaktifan siswa selama pembelajaran dan keterampilan guru

dalam mengelola kelas. Adapun dari segi hasil, terdapat peningkatan nilai

rata-rata menulis puisi siswa dari siklus I hingga siklus II.

Terdapat tiga siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal

(KKM) menulis puisi hingga siklus II. Hal ini mencerminkan bahwa pendekatan

SAVI

tidak sepenuhnya efektif jika diterapkan pada siswa dengan kondisi tertentu.

Siswa yang tergolong tidak berkesulitan belajar akan mudah dalam mengikuti

pembelajaran dengan pendekatan

SAVI

. Akan tetapi, bagi siswa yang berkesulitan

belajar, pembelajaran dengan pendekatan

SAVI

kurang membantu dalam

mempermudah siswa menulis puisi.

C.

Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian di atas, peneliti

mengajukan saran sebagai berikut.

1.

Bagi siswa

Agar dapat belajar dengan optimal, sebaiknya siswa menggunakan

empat gaya belajar seperti yang terkandung dalam pedekatan

SAVI

.

2.

Bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia

Hendaknya guru menerapkan pembelajaran yang kreatif dan inovatif

seperti menerapkan pendekatan

SAVI

dalam pembelajaran. Hal ini karena

pendekatan

SAVI

sudah terbukti dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil

pembelajaran.


(6)

commit to user

3.

Bagi kepala sekolah

Sebaiknya kepala sekolah menjadi pendukung berkembangnya ilmu

tentang dunia pendidikan khusuunya tentang cara-cara belajar yang inovatif

dan kreatif. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan

memeperkenalkan pendekatan

SAVI

kepada guru-guru.

4.

Bagi peneliti lain

Hendaknya para peneliti yang akan datang bisa mengembangkan

pendekatan

SAVI

dan memperkenalkan kepada masyarakat luas. Selain itu

hendaknya para peneliti menggunakan pendekatan

SAVI

sebagai salah satu

solusi

untuk

membantu

guru

dalam

menyelesaikan

permasalahan

pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Teknik Membaca Total Gaya SAVI Terhadap Kemampuan Membaca Intensif Kelas III MIN 15 Bintaro Tahun Pelajaran 2014/2015

1 29 168

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN Penerapan Model Pembelajaran Savi (Somatis Auditori Visual Intelektual) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ipa Kelas Iii Sd Ne

0 2 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN Penerapan Model Pembelajaran Savi (Somatis Auditori Visual Intelektual) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ipa Kelas Iii Sd Ne

0 4 19

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, Penerapan Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIIA Pada Materi Kepadatan Populasi Dan Pencemaran Lingkungan MTs Al-Falah Margo

0 1 14

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, Penerapan Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIIA Pada Materi Kepadatan Populasi Dan Pencemaran Lingkungan MTs Al-Falah Margo

0 1 11

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL) Peningkatan Hasil IPA Melalui Pendekatan Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) Pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 2 Ka

0 1 16

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAVI SOMATIS, VISUAL, AUDITORI, DAN INTELEKTUAL)PADA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 2 SANDEN BANTUL.

0 0 203

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS MELALUI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL).

0 0 7

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN PARTISIPASI KONTRIBUTIF SISWA KELAS VII SMP N 1 SUMBANG MELALUI PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL)

0 0 17

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual) - MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN PARTISIPASI KONTRIBUTIF SISWA KELAS VII SMP N 1 SUMBANG MELALUI PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL)

0 0 15