commit to user
Tabel 3. Pedoman Penskoran
No Aspek yang dinilai
Skor
1.
Kesesuaian dengan tema 1 Pengungkapan isi puisi sesuai dengan tema.
2 Pengungkapan isi puisi kurang sesuai dengan tema. 3 Pengungkapan isi puisi tidak sesuai dengan tema.
Skor 1-3 3
2 1
2. Pilihan Kata
Diksi: 1 Kata-kata yang digunakan padat, singkat, dan dapat mengekspresikan
perasaan dengan baik. 2 Kata-kata yang digunakan padat, singkat dan cukup dapat mengekspresikan
perasaan. 3 Kata-kata yang digunakan kurang mampu mengekspresikan perasaan.
Majas: 1 Bahasa kiasan yang digunakan sudah sesuai sehingga menimbulkan efek
keindahan dengan baik. 2 Bahasa kiasan yang digunakan cukup sesuai sehingga menimbulkan efek
keindahan yang cukup. 3 Bahasa kiasan yang digunakan kurang sesuai sehingga tidak ada efek
keindahan. Kata Konkret:
1 Banyak kata konkret yang digunakan sehingga memperjelas makna puisi. 2 Cukup banyak kata konkret yang digunakan sehingga cukup memperjelas
makna puisi. 3 Tidak banyak kata konkret yang digunakan sehingga puisi menjadi tidak
jelas.
Skor 1-3 3
2 1
3 2
1
3 2
1 3.
Imaji 1 Banyak terdapat imaji yang memperindah puisi.
2 Cukup terdapat imaji yang memperindah puisi. 3 Sedikit terdapat imaji yang memperindah puisi.
4 Sama sekali tidak terdapat imaji yang memperindah puisi. Skor 1-4
4 3
2 1
4. Rima
1 Banyak terdapat aliterasi, asonansi, dan perulangan bunyi sehingga mampu menimbulkan efek keindahan dengan sangat baik.
2 Terdapat beberapa aliterasi, asonansi, perulangan bunyi sehingga efek keindahan sudah cukup terasa.
3 Sedikit sekali terdapat aliterasi, asonansi,perulangan bunyi yang digunakan sehingga efek keindahan kurang terasa.
4 Tidak terdapat aliterasi, asonansi, dan perulangan bunyi. Skor 1-4
4 3
2 1
Skor maksimal 1, 2, 3, 4 20
commit to user
3. Hakikat Pendekatan SAVI
a. Pengertian Pendekatan SAVI
Sebelum kita membahas tentang pendekatan SAVI, kita akan membahas tentang perbedaan strategi, pendekatan, model, metode, dan teknik.
Menurut J.R Davies dalam Nugraheni Eko W., 2009: 63 strategi dalam dunia pendidikan diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to
achieves a particular educational goal. Dick dan Carey dalam Nugraheni
E.W, 2009: 63 menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan
seperangkat materi dan prosedur pembelajaran yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jika strategi merupakan rencana yang disusun
dan belum direalisasikan, maka metode merupakan realisasi atau implementasi dari strategi tersebut.
Pendekatan menurut Edward M. Anthony dalam Ardianto, 2007 adalah landasa n untuk menyusun metode yang di dalamnya berisi
seperangkat teori dan asumsi tentang sesuatu yang sudah tidak dapat diubah lagi. Pendekatan dikatakan bersifat aksiomatik karena berisi aksioma atau dalil
yang harus diikuti. Pendekatan menurut Syaiful Sagala 2006: 68 adalah jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional
untuk suatu satuan instruksional tertentu. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi,
menginsipirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Metode
menurut Edward M. Anthony dalam Ardianto, 2007 berisi prosedur- prosedur tentang bagaimana sesuatu mata pelajaran yang diajarkan ke dalam
teknik mengajar. Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah- langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan
pembelajaran. Mackey dalam Ardianto, 2007 menjelaskan metode merupakan keseluruhan peristiwa mengajar dan belajar yang meliputi hal-hal:
seleksi, grasi, presentasi, repetisi, dan evaluasi belajar.
commit to user
Teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis berdasarkan metode yang digunakan oleh guru di kelas saat pembelajaran
berlangsung. Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti- ganti teknik meskipun dalam
koridor metode yang sama. Pendapat beberapa pakar di atas membuktikan bahwa semua istilah
tersebut memiliki definisi yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah pendekatan dalam menulis puisi untuk siswa tingkat SMP.
Pendekatan dalam pembelajaran biasanya digunakan oleh guru untuk memudahkan dalam melakukan pembelajaran. Dalam penelitian ini dibahas
pendekatan SAVI dalam pembelajaran menulis puisi. Pendekatan SAVI adalah hasil olahan dari Meier yang merupakan salah satu solusi dalam cara belajar
baru yaitu accelerated learning atau percepatan belajar. Accelerated learning AL adalah pendekatan belajar paling maju yang digunakan pada masa
sekarang. Accelerated learning didasarkan pada penelitian mutakhir mengenai otak dan belajar. Dalam pembelajaran ini dapat menggunakan metode dan
media yang sifatnya terbuka dan luwes. Konsep AL mengajak siswa terlibat sepenuhnya. Accelerated learning
cocok untuk semua gaya belajar dan memberi energi serta membuat proses belajar menjadi manusiawi kembali. Selain itu, accelerated learning berusaha
membuat belajar menyenangkan dan sangat mementingkan hasil Meier 2002: 26. Kredo accelerated learning adalah, “lakukan apa yang mendatangkan
hasil dan teruslah mencari apa yang mendatangkan hasil lebih baik”. Pendekatan ini tidak terikat pada seperangkat teknik, metode, atau media
tertentu baik yang lama maupun yang baru. Konsep dasar accelerated learning tersebut menghadirkan salah satu
pendekatan yang ditemukan oleh Meier yang disingkat dengan kata SAVI. Pendekatan ini didasarkan dari belajar berdasarkan aktivitas BBA yang
berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam
proses belajar. Penggabungan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan
commit to user
penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Cara belajar seperti ini disebut belajar SAVI Meier, 2002: 90-91.
b. Komponen dalam Pendekatan SAVI
Pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan AL, sehingga prinsipnya juga sejalan dengan AL, yaitu: 1 pembelajaran melibatkan seluruh pikiran
dan tubuh; 2 pembelajaran berarti berkreasi bukan mengonsumsi; 3 kerja sama membantu proses pembelajaran; 4 pembelajaran berlangsung pada
banyak tingkatan secara simultan; 5 belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik; 6 emosi positif sangat membantu
pembelajaran; 7 otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
Meier 2002: 91-92 menjelaskan unsur-unsur dalam pendekatan SAVI adalah: 1 somatis: belajar dengan bergerak dan berbuat; 2 auditori:
belajar dengan berbicara dan mendengar; 3 visual: belajar dengan mengamati dan menggambarkan; dan 4 intelektual: belajar dengan
memecahkan masalah dan merenung. Keempat cara belajar ini harus ada agar belajar berlangsung optimal, karena unsur-unsur ini digunakan secara
simultan. Berikut penjelasan lebih rinci tentang masing-masing unsur. 1 Belajar Somatis
Kata somatis berasal dari bahasa Yunani yang berarti “tubuh- soma”. Jadi belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba kinestetis,
praktis-melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Belajar somatis berarti belajar dengan menggerakan
badan fisik. Belajar somatis, dalam konteks pembelajaran bahasa, berarti
belajar bahasa dengan memanfaatkan indra peraba dan kinestetik yang melibatkan fisik untuk melakukan suatu aktivitas. Dengan demikian,
pembelajaran tidak hanya diarahkan pada pencapaian kemampuan verbal saja, tetapi juga diarahkan pada aktivitas-aktivitas fisik yang menyertai
aktivitas verbal tersebut sehingga terjadi kepaduan dalam pikiran dan
commit to user
tubuh secara fisik, bangkit dari tempat duduknya untuk melakukan aktivitas bermakna. Menurut Meier 2002: 95 untuk merangsang
hubungan pikiran-tubuh, ciptakanlah suasana belajar yang dapat membuat orang bangkit dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke
waktu. 2 Belajar Auditori
Belajar dengan auditori menurut De Porter, Reardon, dan Nourie, 2000: 85 berarti mengakses jenis bunyi dan kata yang diciptakan maupun
diingat. Musik, irama, dialog internal, dan suara menonjol dalam hal ini. Belajar bahasa secara auditori ditekankan pada aktivitas mendengarkan
suara-suara melalui dialog-dialog yang tercipta di kelas baik antarsiswa maupun siswa dengan guru secara langsung atau dari alat-alat audio.
Dengan demikian, perlulah diciptakan suasana kelas yang memberi keleluasaan bagi siswa untuk berdialog secara lisan mengenai berbagai
hal. Misalnya, menciptakan kembali pengalaman-pengalaman yang menarik, mengumpulkan suatu informasi dari orang lain tentang suatu hal
atau peristiwa, memecahkan masalah, dan lain-lain. 3 Belajar Visual
Setiap orang akan lebih mudah belajar jika dapat melihat benda atau segala sesuatu yang sedang ia pelajari secara nyata. Prinsip ini yang
dikembangkan dari gaya belajar visual. Pembelajaran visual menurut Meier 2002: 98 paling baik jika mereka dapat melihat langsung contoh
dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran dari segala macam hal ketika mereka sedang belajar. Ini sejalan dengan
pendapat Rose dan Nicholl 2002: 131 yang menyatakan fakta bahwa 70 dari reseptor indrawi sensori tubuh kita bertempat di mata. Lebih
lanjut masih dalam buku mereka, menurut Wisconsin ketika bantuan visual digunakan untuk mengajarkan perbendaharaan kata, capaian para
siswa meningkat hingga 200. Pembelajaran bahasa secara visual menuntut ketersediaan berbagai
bentukmedia yang dapat diamati secara langsung oleh pembelajar untuk
commit to user
kemudian membicarakannya dalam bentuk lisan atau tulis. Gambar- gambar, diagram, grafik, bagan, dan bentuk visual lain yang dapat
dinikmati akan sangat membantu siswa untuk mendapatkan dan mengembangkan informasi terntentu. Meier 2002: 99 menjelaskan hal
penting yang dapat dilakukan di kelas untuk meningkatkan kemampuan visual dan berbahasa siswa adalah dengan meminta mereka mengamati
situasi nyata tertentu, memikirkannya, kemudian membicarakannya kepada orang lain disertai dengan menggambarkan proses, prinsip, atau
makna yang diamatinya. 4 Belajar Intelektual
Meier 2000: 99 menjelaskan intelektual, dalam konteks ini, dimaknai sebagai apa yang dilakukan dalam pikiran siswa secara internal
ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptkan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari
pengalaman tersebut. Dengan kemampuan intelektual ini, siswa dapat menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif untuk
membuat makna baru bagi diri siswa itu sendiri. Kemampuan intelektual dapat ditingkatkan dengan mengajak siswa memecahkan suatu masalah
yang telah dirumuskan dalam teks tertulis, melahirkan gagasan kreatif dari proses penyaringan informasi, dan merumuskan berbagai pokok pikiran
dari suatu wacana. 5 Belajar SAVI
Sejalan dengan konsep percepatan belajar accelerated learning, pendekatan SAVI menggabungkan semua alat indra dan pikiran. Ini berarti
siswa diajak terlibat aktif dalam setiap kegiatan belajar. Meier 2002: 100 menjelaskan bahwa belajar bisa optimal apabila keempat unsur SAVI ada
dalam satu peristiwa pembelajaran. Secara lengkap contoh yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
commit to user
Tabel 4. Contoh Aktivitas dalam Gaya Belajar SAVI
Gaya belajar
Aktivitas Somatis
Siswa dapat bergerak ketika mereka: 1. Membuat model dalam suatu proses atau prosedur
2. Menciptakan piktogram dan periferalnya 3. Memeragakan suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep
4. Mendapatkan
pengalaman lalu
menceritakannya dan
merefleksikannya 5. Menjalankan pelatihan belajar aktif simulasi, permainan belajar
dan lain-lain Auditori
Berikut ini gagasan-gagasan awal untuk meningkatkan sarana auditori dalam belajar
1. Ajaklah pembelajar membaca keras-keras dari buku panduan dan komputer
2. Ceritakanlah kisah-kisah yang mengandung materi pembelajaran yang terkandung di dalam buku pembelajaran yang dibaca
mereka 3 Mintalah pembelajar berpasang-pasangan menbincangkan secara
terperinci apa yang baru saja mereka pelajari dan bagaimana mereka akan menerapkanya
Visual Hal-hal yang dapat dilakukan agar pembelajaran lebih visual
adalah: 1. Bahasa yang penuh gambar metafora, analogi
2. Grafik presentasi yang hidup 3. Bahasa tubuh yang dramatis
4. Kreasi piktrogram oleh pembelajar 5. Pengamatan lapangan
Intelektual Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika kita mengajak pembelajaran tersebut dalam aktivitas seperti:
1. Memecahkan masalah 2. Menganalisis pengalaman
3. Memilih gagasan kreatif 4. Mencari dan menyaring informasi
5. Menciptakan makna pribadi
Seluruh pikiran dan tubuh dalam pembelajaran bahasa sangat membantu pembelajar untuk menciptakan suatu aktivitas yang kreatif
dengan atau melalui bahasa. Kreativitas berbahasa itu akan semakin bermakna apabila memungkinkan mereka berinteraksi secara positif
dengan siswa lainnya sehingga suasana komunikatif dan penuh aktivitas dapat tercapai. Dengan begitu, seorang siswa akan mendapatkan berbagai
pelajaran dari siswa lain sehingga memperkaya pengetahuan dan
commit to user
keterampilan berbahasa mereka. Selain itu, dari munculnya berbagai aktivitas dan terjalinnya interaksi dengan siswa lain, akan tercipta suasana
yang kondusif dan menyenangkan untuk belajar bahasa Eri Sarimanah, 2009.
Sejalan dengan pendapat dari Eri Sarimanah, Grinder dalam Silberman, 2009: 28 menjelaskan bahwa dari 30 siswa, 22 di antaranya
rata-rata dapat belajar secara efektif selama gurunya menghadirkan kegiatan belajar yang berkombinasi antara visual, auditori, dan kinestetik.
Selain itu penelitian dari Magnesen dalam Roebyarto, 2008 tentang ingatan, menyebutkan bahwa persentase hal yang akan kita ingat jika kita
membaca adalah 20, mendengar 30, melihat 40, mengucapkan 50, dan melakukan 60, sedangkan apabila kita melakukan lima kegiatan
tersebut persentase daya ingat yang akan kita peroleh adalah 90. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa untuk memperoleh hasil
pembelajaran yang maksimal maka pembelajar perlu melihat, mengucap, mendengar, dan melakukan karena dengan melakukan empat hal tersebut
akan menghasilkan keberhasilan sebesar 90. Simpulan dari beberapa pendapat di atas adalah bahwa dalam
setiap pembelajaran, hendaknya tercipta beberapa jenis kegiatan pembelajaran baik mendengar, melihat sampai pada tahap mengkreasi
sendiri sebuah karya dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Hal ini karena pada dasarnya setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-
beda, sehingga dengan memadukan empat gaya belajar yaitu somatis, auditori, visual, dan intelektual maka diharapkan setiap siswa mampu
mengembangkan kreativitas dan menjalankan daya pikir dengan maksimal dibantu oleh guru dan sarana yang tersedia.
Pendekatan SAVI sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh beberapa pakar di atas karena SAVI menggabungkan indra dan pikiran
untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas dan hasil yang maksimal. Pendekatan SAVI merupakan suatu prosedur pembelajaran yang
didasarkan atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa dengan
commit to user
melibatkan seluruh indra sehingga seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar. Pendekatan ini menuntut keterlibatan penuh seorang siswa
untuk memperoleh berbagai informasi dan pengalaman dalam proses belajar tersebut. Dalam pendekatan ini, siswa diharapkan dapat
menyatukan aktivitas-aktivitas tubuhfisik dengan aktivitas intelektual serta penggunaan indra.
c. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan SAVI
Kelebihan dari pendekatan ini adalah: 1 SAVI membuat siswa tidak hanya duduk di kursi dan diam, tetapi membuat mereka beraktivitas dengan
menggunakan seluruh indra dan pikiran, 2 pembelajaran tidak hanya terpusat oleh guru, 3 pembelajaran menjadi lebih menyenangkan karena
banyak aktivitas yang dilakukan sehingga akan terhindar dari rasa bosan, 4 lebih leluasa dalam menggunakan berbagai macam media dan metode.
Segala sesuatu yang diciptakan di dunia ini pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelemahan dari pendekatan SAVI adalah: 1 pembelajaran
yang melibatkan semua indra dan pikiran membutuhkan kemampuan yang lebih sehingga kemungkinan penerapan kedua pokok tersebut akan
mengalami kesulitan, 2 sarana prasarana yang digunakan akan lebih banyak, 3 pembelajaran membutuhkan persiapan yang lebih matang disegala aspek,
dan 4 membutuhkan pengaturan kelas yang lebih baik oleh guru agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
4. Penerapan Pendekatan SAVI dalam Pembelajaran Menulis Puisi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pendekatan SAVI terdiri dari empat gaya belajar yang kemudian disatukan. Dalam pelaksanaannya,
keempat gaya belajar ini juga harus ada dalam pembelajaran terutama pembelajaran menulis puisi. Hal ini karena semua alat indra dan pikiran perlu
dijalankan secara seimbang agar dalam pembelajaran diperoleh hasil yang maksimal.
commit to user
Pada umunya pembelajaran menulis puisi berjalan seperti biasa sama dengan pembelajaran pada materi lain. Guru datang, memberikan penjelasan teori,
kemudian siswa diberi waktu untuk menulis sebuah puisi. Dengan pendekatan SAVI pembelajaran seperti itu bisa diubah menjadi lebih menarik dan aktif tanpa
mengeluarkan biaya yang mahal karena segala sesuatu yang ada di sekitar atau lingkungan bisa mendukung dalam pembelajaran.
Tahap pembelajaran dengan menggunakan gaya belajar somatis dapat dilakukan dengan mengajak siswa aktif melakukan kegiatan yang berkaitan
dengan fisik. Sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Meier bahwa gaya belajar somatis ini bisa dilakukan di awal, tengah, atau akhir pembelajaran.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran menulis puisi, kegiatan belajar dengan gaya somatis dilakukan dengan mengajak siswa berlatih menulis puisi secara
berkelompok. Tahap yang kedua adalah menggunakan gaya belajar auditori. Dalam
proses pembelajaran menulis puisi, gaya belajar auditori diterapkan oleh guru untuk menjelaskan materi tentang puisi yang dibantu dengan media lain. Dalam
kegiatan pembelajaran, secara umum media mempunyai fungsi sebagai berikut: 1 memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis, 2
mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra, dan 3 penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak.
Tahap selanjutnya adalah visual, dalam konteks pembelajaran menulis puisi, gaya belajar visual bisa diartikan dengan mengamati langsung objek yang
akan ditulis oleh siswa. Pengamatan langsung juga sejalan dengan pendapat Meier yang menyatakan bahwa salah satu cara agar pembelajar dapat menjadi
pembelajar visual adalah dengan melakukan pengamatan langsung. Dalam pembelajaran ini kegiatan visual dilakukan dengan menampilkan gambar dan
mengajak siswa mengamati keadaan alam sekitar sekolahan yang bisa berupa taman sekolah ataupun alam atau lingkungan dekat sekolah. Penggunaan media
gambar dan alam ini dinilai sangat membantu dalam pembelajaran menulis puisi karena dengan mengamati objek secara langsung siswa dapat dibantu dalam
memperkaya kosa kata dan mempermudah imajinasi mereka sehingga mereka
commit to user
dapat menuangkan semua yang mereka lihat menjadi sebuah karya yang hebat dan luar biasa. Selain itu, penggunaan media alam ini juga membuat siswa bergerak
aktif sehingga terhindar dari rasa bosan. Tahap yang terakhir adalah menggunakan gaya belajar intelektual. Dalam
konsep pembelajaran menulis puisi, tahap intelektual berarti tahap menghasilkan karya yaitu kemampuan dalam menulis puisi yang berdasarkan dari tahap awal
belajar dengan gaya belajar somatis, auditori, hingga visual. Dari ketiga kegiatan belajar tersebut kemudian menghasilkan sebuah pemikiran yang diwujudkan
melalui tulisan yaitu puisi. Pada tahap visual siswa dibantu dengan media gambar dan melihat keindahan taman kemudian dalam tahap intelektual mereka mulai
menuliskan apa yang mereka lihat atau imajinasi yang telah mereka dapatkan dari mengamati gambar dan keadaan sekitar, kemudian dijadikan sebuah puisi yang
utuh, kegiatan dalam tahap intelektual merupakan puncak dari pembelajaran.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan untuk penelitian ini adalah penelitian dari Chafit Ulya 2008 yang membuat beberapa simpulan yang sejalan dengan penelitian ini,
yaitu: 1 pendekatan kinestetik dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas X-8 SMA Negeri 3 Salatiga dan 2 pendekatan
kinestetik dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas X-8 SMA Negeri 3 Salatiga. Peningkatan kualitas proses
pembelajaran. Menulis puisi ditandai dengan peningkatan: 1 keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran apersepsi, 2 keaktifan siswa selama mengikuti
pembelajaran, dan 3 keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan, baik lisan maupun tertulis. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis puisi ditandai
dengan meningkatnya kemampuan menulis puisi dari siklus I 44, siklus II 64, dan 8 saja yang masih dikategorikan kurang sampai pada siklus III.
Penelitian relevan yang selanjutnya adalah penelitian dari Fitri Kurniawati Ningsih 2008, yang menyimpulkan bahwa penerapan pendekatan SAVI Somatis
Auditori Visual Intelektual dengan metode eksperimen efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Koloid kelas XI semester