Komponen dalam Pendekatan SAVI

commit to user penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Cara belajar seperti ini disebut belajar SAVI Meier, 2002: 90-91.

b. Komponen dalam Pendekatan SAVI

Pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan AL, sehingga prinsipnya juga sejalan dengan AL, yaitu: 1 pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh; 2 pembelajaran berarti berkreasi bukan mengonsumsi; 3 kerja sama membantu proses pembelajaran; 4 pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan; 5 belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik; 6 emosi positif sangat membantu pembelajaran; 7 otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis. Meier 2002: 91-92 menjelaskan unsur-unsur dalam pendekatan SAVI adalah: 1 somatis: belajar dengan bergerak dan berbuat; 2 auditori: belajar dengan berbicara dan mendengar; 3 visual: belajar dengan mengamati dan menggambarkan; dan 4 intelektual: belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Keempat cara belajar ini harus ada agar belajar berlangsung optimal, karena unsur-unsur ini digunakan secara simultan. Berikut penjelasan lebih rinci tentang masing-masing unsur. 1 Belajar Somatis Kata somatis berasal dari bahasa Yunani yang berarti “tubuh- soma”. Jadi belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba kinestetis, praktis-melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Belajar somatis berarti belajar dengan menggerakan badan fisik. Belajar somatis, dalam konteks pembelajaran bahasa, berarti belajar bahasa dengan memanfaatkan indra peraba dan kinestetik yang melibatkan fisik untuk melakukan suatu aktivitas. Dengan demikian, pembelajaran tidak hanya diarahkan pada pencapaian kemampuan verbal saja, tetapi juga diarahkan pada aktivitas-aktivitas fisik yang menyertai aktivitas verbal tersebut sehingga terjadi kepaduan dalam pikiran dan commit to user tubuh secara fisik, bangkit dari tempat duduknya untuk melakukan aktivitas bermakna. Menurut Meier 2002: 95 untuk merangsang hubungan pikiran-tubuh, ciptakanlah suasana belajar yang dapat membuat orang bangkit dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu. 2 Belajar Auditori Belajar dengan auditori menurut De Porter, Reardon, dan Nourie, 2000: 85 berarti mengakses jenis bunyi dan kata yang diciptakan maupun diingat. Musik, irama, dialog internal, dan suara menonjol dalam hal ini. Belajar bahasa secara auditori ditekankan pada aktivitas mendengarkan suara-suara melalui dialog-dialog yang tercipta di kelas baik antarsiswa maupun siswa dengan guru secara langsung atau dari alat-alat audio. Dengan demikian, perlulah diciptakan suasana kelas yang memberi keleluasaan bagi siswa untuk berdialog secara lisan mengenai berbagai hal. Misalnya, menciptakan kembali pengalaman-pengalaman yang menarik, mengumpulkan suatu informasi dari orang lain tentang suatu hal atau peristiwa, memecahkan masalah, dan lain-lain. 3 Belajar Visual Setiap orang akan lebih mudah belajar jika dapat melihat benda atau segala sesuatu yang sedang ia pelajari secara nyata. Prinsip ini yang dikembangkan dari gaya belajar visual. Pembelajaran visual menurut Meier 2002: 98 paling baik jika mereka dapat melihat langsung contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran dari segala macam hal ketika mereka sedang belajar. Ini sejalan dengan pendapat Rose dan Nicholl 2002: 131 yang menyatakan fakta bahwa 70 dari reseptor indrawi sensori tubuh kita bertempat di mata. Lebih lanjut masih dalam buku mereka, menurut Wisconsin ketika bantuan visual digunakan untuk mengajarkan perbendaharaan kata, capaian para siswa meningkat hingga 200. Pembelajaran bahasa secara visual menuntut ketersediaan berbagai bentukmedia yang dapat diamati secara langsung oleh pembelajar untuk commit to user kemudian membicarakannya dalam bentuk lisan atau tulis. Gambar- gambar, diagram, grafik, bagan, dan bentuk visual lain yang dapat dinikmati akan sangat membantu siswa untuk mendapatkan dan mengembangkan informasi terntentu. Meier 2002: 99 menjelaskan hal penting yang dapat dilakukan di kelas untuk meningkatkan kemampuan visual dan berbahasa siswa adalah dengan meminta mereka mengamati situasi nyata tertentu, memikirkannya, kemudian membicarakannya kepada orang lain disertai dengan menggambarkan proses, prinsip, atau makna yang diamatinya. 4 Belajar Intelektual Meier 2000: 99 menjelaskan intelektual, dalam konteks ini, dimaknai sebagai apa yang dilakukan dalam pikiran siswa secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptkan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Dengan kemampuan intelektual ini, siswa dapat menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif untuk membuat makna baru bagi diri siswa itu sendiri. Kemampuan intelektual dapat ditingkatkan dengan mengajak siswa memecahkan suatu masalah yang telah dirumuskan dalam teks tertulis, melahirkan gagasan kreatif dari proses penyaringan informasi, dan merumuskan berbagai pokok pikiran dari suatu wacana. 5 Belajar SAVI Sejalan dengan konsep percepatan belajar accelerated learning, pendekatan SAVI menggabungkan semua alat indra dan pikiran. Ini berarti siswa diajak terlibat aktif dalam setiap kegiatan belajar. Meier 2002: 100 menjelaskan bahwa belajar bisa optimal apabila keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa pembelajaran. Secara lengkap contoh yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. commit to user Tabel 4. Contoh Aktivitas dalam Gaya Belajar SAVI Gaya belajar Aktivitas Somatis Siswa dapat bergerak ketika mereka: 1. Membuat model dalam suatu proses atau prosedur 2. Menciptakan piktogram dan periferalnya 3. Memeragakan suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep 4. Mendapatkan pengalaman lalu menceritakannya dan merefleksikannya 5. Menjalankan pelatihan belajar aktif simulasi, permainan belajar dan lain-lain Auditori Berikut ini gagasan-gagasan awal untuk meningkatkan sarana auditori dalam belajar 1. Ajaklah pembelajar membaca keras-keras dari buku panduan dan komputer 2. Ceritakanlah kisah-kisah yang mengandung materi pembelajaran yang terkandung di dalam buku pembelajaran yang dibaca mereka 3 Mintalah pembelajar berpasang-pasangan menbincangkan secara terperinci apa yang baru saja mereka pelajari dan bagaimana mereka akan menerapkanya Visual Hal-hal yang dapat dilakukan agar pembelajaran lebih visual adalah: 1. Bahasa yang penuh gambar metafora, analogi 2. Grafik presentasi yang hidup 3. Bahasa tubuh yang dramatis 4. Kreasi piktrogram oleh pembelajar 5. Pengamatan lapangan Intelektual Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika kita mengajak pembelajaran tersebut dalam aktivitas seperti: 1. Memecahkan masalah 2. Menganalisis pengalaman 3. Memilih gagasan kreatif 4. Mencari dan menyaring informasi 5. Menciptakan makna pribadi Seluruh pikiran dan tubuh dalam pembelajaran bahasa sangat membantu pembelajar untuk menciptakan suatu aktivitas yang kreatif dengan atau melalui bahasa. Kreativitas berbahasa itu akan semakin bermakna apabila memungkinkan mereka berinteraksi secara positif dengan siswa lainnya sehingga suasana komunikatif dan penuh aktivitas dapat tercapai. Dengan begitu, seorang siswa akan mendapatkan berbagai pelajaran dari siswa lain sehingga memperkaya pengetahuan dan commit to user keterampilan berbahasa mereka. Selain itu, dari munculnya berbagai aktivitas dan terjalinnya interaksi dengan siswa lain, akan tercipta suasana yang kondusif dan menyenangkan untuk belajar bahasa Eri Sarimanah, 2009. Sejalan dengan pendapat dari Eri Sarimanah, Grinder dalam Silberman, 2009: 28 menjelaskan bahwa dari 30 siswa, 22 di antaranya rata-rata dapat belajar secara efektif selama gurunya menghadirkan kegiatan belajar yang berkombinasi antara visual, auditori, dan kinestetik. Selain itu penelitian dari Magnesen dalam Roebyarto, 2008 tentang ingatan, menyebutkan bahwa persentase hal yang akan kita ingat jika kita membaca adalah 20, mendengar 30, melihat 40, mengucapkan 50, dan melakukan 60, sedangkan apabila kita melakukan lima kegiatan tersebut persentase daya ingat yang akan kita peroleh adalah 90. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa untuk memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal maka pembelajar perlu melihat, mengucap, mendengar, dan melakukan karena dengan melakukan empat hal tersebut akan menghasilkan keberhasilan sebesar 90. Simpulan dari beberapa pendapat di atas adalah bahwa dalam setiap pembelajaran, hendaknya tercipta beberapa jenis kegiatan pembelajaran baik mendengar, melihat sampai pada tahap mengkreasi sendiri sebuah karya dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Hal ini karena pada dasarnya setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda- beda, sehingga dengan memadukan empat gaya belajar yaitu somatis, auditori, visual, dan intelektual maka diharapkan setiap siswa mampu mengembangkan kreativitas dan menjalankan daya pikir dengan maksimal dibantu oleh guru dan sarana yang tersedia. Pendekatan SAVI sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh beberapa pakar di atas karena SAVI menggabungkan indra dan pikiran untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas dan hasil yang maksimal. Pendekatan SAVI merupakan suatu prosedur pembelajaran yang didasarkan atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa dengan commit to user melibatkan seluruh indra sehingga seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar. Pendekatan ini menuntut keterlibatan penuh seorang siswa untuk memperoleh berbagai informasi dan pengalaman dalam proses belajar tersebut. Dalam pendekatan ini, siswa diharapkan dapat menyatukan aktivitas-aktivitas tubuhfisik dengan aktivitas intelektual serta penggunaan indra.

c. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan SAVI

Dokumen yang terkait

Pengaruh Teknik Membaca Total Gaya SAVI Terhadap Kemampuan Membaca Intensif Kelas III MIN 15 Bintaro Tahun Pelajaran 2014/2015

1 29 168

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN Penerapan Model Pembelajaran Savi (Somatis Auditori Visual Intelektual) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ipa Kelas Iii Sd Ne

0 2 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN Penerapan Model Pembelajaran Savi (Somatis Auditori Visual Intelektual) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ipa Kelas Iii Sd Ne

0 4 19

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, Penerapan Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIIA Pada Materi Kepadatan Populasi Dan Pencemaran Lingkungan MTs Al-Falah Margo

0 1 14

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, Penerapan Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIIA Pada Materi Kepadatan Populasi Dan Pencemaran Lingkungan MTs Al-Falah Margo

0 1 11

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL) Peningkatan Hasil IPA Melalui Pendekatan Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) Pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 2 Ka

0 1 16

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAVI SOMATIS, VISUAL, AUDITORI, DAN INTELEKTUAL)PADA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 2 SANDEN BANTUL.

0 0 203

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS MELALUI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL).

0 0 7

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN PARTISIPASI KONTRIBUTIF SISWA KELAS VII SMP N 1 SUMBANG MELALUI PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL)

0 0 17

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual) - MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN PARTISIPASI KONTRIBUTIF SISWA KELAS VII SMP N 1 SUMBANG MELALUI PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL)

0 0 15