Struktur Puisi Hakikat Kemampuan Menulis Puisi

commit to user Hasil pendapat para pakar di atas dapat dibuat simpul bahwa puisi secara garis besar dapat diartikan sebagai karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias imajinatif yang merupakan interpretasi pengalaman manusia yang penting, diubah dalam wujud yang paling berkesan.

c. Struktur Puisi

Marjorie Boulton dalam Atar Semi, 1993: 107 membagi anatomi puisi atas dua bagian, yaitu bentuk fisik dan bentuk mental. Bentuk fisik puisi mencakup penampilan di atas kertas dalam bentuk nada dan larik puisi; termasuk ke dalamnya irama, sajak, intonasi, pengulangan, dan perangkat kebahasaan lainnya. Bentuk mental terdiri dari tema, urutan logis, pola asosiasi, satuan arti yang dilambangkan, dan pola-pola citra dan emosi. Kedua bentuk ini merupakan kejalinan yang utuh sehingga menghasilkan sebuah puisi yang total, penuh makna, keindahan, dan imajinasi bagi pembacanya. Agak berbeda dengan Atar Semi Wahyudi Siswanto 2008: 113 menjelaskan bahwa dalam sebuah puisi terdapat bentuk dan struktur puisi yang terdiri atas perwajahan, diksi, pengimajinasian, kata konkret, majas atau bahasa figuratif, dan verifikasi. Pendapat ini sejalan dengan pendapat dari Herman J. Waluyo 2003: 2-13, tetapi dalam bukunya tidak ada istilah diksi dan majas, diganti dengan ciri lain yang disebut pemadatan bahasa dan pemilihan kata khas. Beliau kemudian menyebut istilah bentuk dan struktur puisi sebagai ciri-ciri kebahasaan puisi. Berdasarkan beberapa teori lama, sejatinya istilah bentuk dan struktur puisi disebut dengan istilah “metode puisi” yang terdiri atas: diksi diction, imaji imagery, kata nyata the concrete word, majas figurative language, dan ritme dan rima rhythm and rime Morris dalam Atar Semi 1984: 28. Istilah metode puisi ini sudah jarang digunakan dan lebih dikenal dengan istilah struktur fisik puisi. 1 Perwajahan Puisi Tipografi Perwajahan adalah pengaturan dan penulisan kata, larik, dan bait dalam puisi. Pada puisi konvensional, kata-kata diatur dalam deret yang commit to user disebut larik atau baris. Puisi modern atau kontemporer memiliki aturan tentang bait-bait yang sudah berkurang atau sama sekali tidak ada. Bahkan puisi kontemporer tipografinya bisa membentuk suatu gambar Wahyudi Siswanto, 2008: 113. 2 Diksi Diksi adalah pilihan kata. Puisi memang sangat memperhatikan kata-kata yang digunakannya. Kata-kata yang dipilih penyair dipertimbangkan benar-benar dari berbagai aspek dan efek pengucapannya. Kata-kata yang digunakan sangat khas dan bukan kata- kata keseharian atau yang dipakai dalam prosa. Seluruh kata mengandung makna dan terasa gelap. Akan tetapi, kata tersebut penuh makna yang bersifat ambigu. Herman J. Waluyo 2003: 3-7 menyebutkan tiga faktor yang dipertimbangkan dalam memilih kata, yaitu: 1 makna kias, 2 lambang, dan 3 persamaan bunyi. 3 Pengimajinasian Imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji menurut Wahyudi Siswanto 2008: 118 dibagi menjadi tiga, yaitu: 1 imaji suara auditif, 2 imaji penglihatan visual, dan 3 imaji raba atau sentuh imaji taktil. Pengimajian yang kuat membuat sebuah puisi dapat dipahami seolah-olah sebagai suatu karya yang dapat dilihat, dirasakan, dan didengar karena seseorang seolah dapat melihat, mendengar, dan merasakan apa yang dialami oleh penyair. 4 Kata Konkret Kata konkret adalah kata-kata yang dapat diungkapkan dengan indra. Kata konkret merupakan penyebab dari pengimajian karena kata konkret akan memungkinkan imaji muncul dalam sebuah puisi. Hal ini karena kata-kata konkret yang tepat dapat mengantarkan pada pengertian yang menyeluruh terhadap sesuatu hal atau benda. Penjelasan ini senada dengan penjelasan dari Jabrohim, Suminto A. Sayuti, dan Chairul Anwar 2001: 41 bahwa kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh commit to user penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. 5 Bahasa Figuratif Majas Majas merupakan cara lain yang banyak digunakan oleh penyair untuk membangkitkan imajinasi. Bahasa figuratif atau majas merupakan bahasa yang digunakan untuk mengiaskan ungkapan yang ingin disampaikan oleh penyair. Radman dan Narayana 2008: 1 menjelaskan “figurative language can tap into conceptual and linguistic knowledge as well as evoke pragmatic factors in interpretation”. Maksudnya adalah bahasa figuratif dapat mengantarkan kepada konsep dan pengetahuan tentang bahasa seperti halnya ilmu pragmatik. Sudjito dalam Wahyudi Siswanto, 2008: 120 mengungkapkan bahwa majas ialah bahasa berkias yang dapat menimbulkan konotasi tertentu. Herman J. Waluyo 1987: 83 menjelaskan bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. 6 Verifikasi Rima, Ritme, dan Metrum Verifikasi dalam puisi terdiri atas rima, ritme, dan metrum Wahyudi Siwanto, 2008: 121. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi baik letaknya di awal, tengah, maupun di akhir baris. Rima mencakup 1 onomatope tiruan terhadap bunyi, 2 bentuk intern pola bunyi aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh repetisi bunyi, dan sebagainya, dan 3 pengulangan kataungkapan. Ritma atau disebut juga metrum merupakan tinggi-rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Selain bentuk dan struktur fisik puisi, terdapat struktur batin puisi yang terdiri atas tema, rasa, nada, dan amanat. Istilah ini dahulu disebut oleh I.A Richard seorang kritikus sastra terkenal dengan istilah hakikat puisi dalam Wahyudi Siswanto, 2008: 124. Pendapat ini sejalan dengan pendapat dari Herman J. Waluyo 2003: 17 yang kemudian menyebut struktur batin puisi sebagai hal yang diungkapkan penyair. Dalam pembahasan ini akan digunakan istilah struktur batin yang lebih umum digunakan. commit to user 1 Tema Tema adalah gagasan pokok subject-matter yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya Herman J. Waluyo, 2003: 125. Tema merupakan gagasan pokok yang mendasari seluruh isi yang dikemukakan penyair dalam puisinya. Tema bersifat khusus, yaitu mengacu pada penyair, objektif, dan lugas. Tema yang biasanya dipakai adalah ketuhanan, demokrasi, kritik sosial, perjuangan, keadilan, keindahan alam, dan lain-lain. 2 Rasa Rasa dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya Wahyudi Siswanto, 2008: 124. Puisi merupakan pengungkapan perasaan dan pikiran penyairnya. Segala yang tertulis dalam puisi mewakili suasana dan perasaan penyairnya saat itu. Perasaan yang dipancarkan dalam puisi akan dapat ditangkap kalau puisi tersebut dibaca apalagi dengan deklamasi. Hal tersebut akan sangat membantu dalam menemukan latar belakang perasaan puisi tersebut. 3 Nada Nada adalah pengungkapan sikap penyair terhadap pembaca. Dari sikap itu muncullah suasana puisi. Suasana puisi merupakan konteks dan latar yang menjiwai isi. Nada yang biasa digunakan adalah sinis, takut, gurauan, mencemooh, khusuk, filosofis dan lain-lain seperti halnya suasana batin seseorang. 4 Amanat Amanat adalah pesan atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap oleh pembaca. Amanat menjadi sesuatu yang dapat dipetik hikmahnya dari isi puisi tersebut. Amanat ini biasanya merupakan hal yang ingin disampaikan atau yang dikehendaki oleh penyairnya. Latar belakang dan pengalaman pembaca sangat menentukan di dalam menemukan amanat yang ada dalam puisi. commit to user

d. Kemampuan Menulis Puisi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Teknik Membaca Total Gaya SAVI Terhadap Kemampuan Membaca Intensif Kelas III MIN 15 Bintaro Tahun Pelajaran 2014/2015

1 29 168

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN Penerapan Model Pembelajaran Savi (Somatis Auditori Visual Intelektual) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ipa Kelas Iii Sd Ne

0 2 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN Penerapan Model Pembelajaran Savi (Somatis Auditori Visual Intelektual) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ipa Kelas Iii Sd Ne

0 4 19

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, Penerapan Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIIA Pada Materi Kepadatan Populasi Dan Pencemaran Lingkungan MTs Al-Falah Margo

0 1 14

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, Penerapan Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIIA Pada Materi Kepadatan Populasi Dan Pencemaran Lingkungan MTs Al-Falah Margo

0 1 11

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL) Peningkatan Hasil IPA Melalui Pendekatan Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) Pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 2 Ka

0 1 16

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAVI SOMATIS, VISUAL, AUDITORI, DAN INTELEKTUAL)PADA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 2 SANDEN BANTUL.

0 0 203

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS MELALUI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL).

0 0 7

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN PARTISIPASI KONTRIBUTIF SISWA KELAS VII SMP N 1 SUMBANG MELALUI PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL)

0 0 17

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual) - MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN PARTISIPASI KONTRIBUTIF SISWA KELAS VII SMP N 1 SUMBANG MELALUI PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL)

0 0 15