Simulasi gelombang tsunami awal

73

4.3.2 Simulasi gelombang tsunami awal

Besar gempa yang diterapkan pada skenario ke-1 adalah 7,7 SM. Berdasarkan kekuatan gempa tersebut maka dengan formula empiris Emile A. Okal diperoleh panjang patahan sejauh 82 km, lebar patahan 41 km dan dislokasi atau pergeseran bidang patahan deformasi sebesar 2,4 m. Hal yang hampir serupa disampaikan oleh NEIC-USGS 2006a, dalam laporannya menyatakan bahwa lokasi patahan penyebab tsunami Pangandaran yang berjarak sekitar 50 km dari palung Jawa memiliki luas patahan seluas 5.600 km 2 80 x 70 m dan pergeseran total dislokasi yang terjadi dalam patahan ini mencapai 1,97 meter. Gempa sebesar 8,5 SM yang diterapkan pada skenario ke-2 menghasilkan panjang patahan sepanjang 214 km dengan lebar patahan 107 km dan dislokasi 6,2 m. Skenario model ke-3 dan ke- 4 dibangun dengan kekuatan gempa sebesar 8,5 SM dan 8,9 SM. Bidang patahan yang terbentuk untuk kasus pada skenario ke-3 karakteristiknya sama seperti pada kasus skenario ke-2. Hal ini disebabkan besar kekuatan gempa yang digunakan memiliki energi yang sama yaitu sebesar 8,5 SM. Bidang patahan untuk kasus skenario ke-4 memiliki magnitude paling besar dan ekstrim. Pada skenario ke-4 diperoleh panjang patahan sepanjang 314 km dengan lebar 157 km dan dislokasi sebesar 8,8 m. Deformasi patahan di dasar laut merupakan efek dari kekuatan gempa. Hal ini akan menjadikan medan gelombang tsunami awal atau disebut juga sebagai gelombang tsunami awal. Hasil simulasi menunjukan adanya perubahan ketinggian muka air positif dan negatif. Muka air yang bernilai negatif atau lembah gelombang menghadap ke daerah pantai selatan Jawa Barat, tepatnya tegak lurus terhadap pesisir Pangandaran. Gelombang negatif ini menurut 74 Slawson dan Savage 1979 mengindikasikan sebagai pemicu terjadinya surutnya air laut di pantai sebelum gelombang tsunami tiba. Keadaan ini telah terbukti ketika terjadi tsunami di Pangandaran pada tahun 2006. Berdasarkan kesaksian saksi mata, air laut mengalami surut sekitar 50 sampai dengan 100 meter sampai akhirnya tsunami datang di kawasan pantai. Hasil simulasi di daerah pembangkitan gelombang tsunami diperlihatkan oleh Gambar 22. a 7,7 SM b 8,5 SM c 8,5 SM d 8,9 SM Elevasi m Gambar 22. Ketinggian muka air laut awal sesaat setelah terjadi gempa di dasar laut : a Skenario ke-1; b Skenario ke-2; c Skenario ke-3; dan d Skenario ke-4 Besarnya pergerakan yang terjadi dan luas atau panjangnya zona patahan gempa sebanding dengan besar magnitude gempanya. Semakin besar kekuatan gempa maka semakin besar pula pergerakan dan luas wilayah patahannya. 75 Keadaan ini seperti dikemukan Latief 2007 yang menyatakan bahwa parameter kekuatan gempa akan menentukan bidang patahan seperti panjang patahan, lebar patahan dan dislokasi. Semakin besar kekuatan gempa maka semakin luas bidang patahan yang terbentuk, selain itu sumber tsunami juga semakin luas. Hasil simulasi di daerah pembangkit gelombang tsunami menunjukan perubahan ketinggian muka air positif dan negatif. Bila dilakukan pemotongan melintang pada daerah sumber pembangkit tsunami sebagaimana garis A – A’, dapat dilihat dengan jelas profil muka air laut di daerah pembangkit. Potongan melintang perubahan elevasi muka air laut ditunjukan pada Gambar 23. a 7,7 SM b 8,5 SM c 8,5 SM d 8,9 SM Gambar 23. Potongan melintang elevasi muka air laut : a Skenario 1; b Skenario 2; c Skenario 3; dan d Skenario 4 Perubahan ketinggian muka air positif dan negatif pada skenario ke-1 adalah kurang dari 1 m. Pada kasus skenario ke-2 dan skenario ke-3 perubahan -6 -4 -2 2 4 6 -7 -7 ,3 -7 ,6 -7 ,9 -8 ,2 -8 ,5 -8 ,8 -9 ,2 -9 ,5 -9 ,8 -1 ,1 -1 ,4 -1 ,7 E le v as i m A-A Skenario 1 -6 -4 -2 2 4 6 -7 -7 ,3 -7 ,6 -7 ,9 -8 ,1 -8 ,4 -8 ,7 -9 -9 ,3 -9 ,6 -9 ,9 -1 ,1 -1 ,4 -1 ,7 E le v as i m A-A Skenario 2 -6 -4 -2 2 4 6 -7 -7 ,3 -7 ,6 -7 ,9 -8 ,1 -8 ,4 -8 ,7 -9 -9 ,3 -9 ,6 -9 ,9 -1 ,1 -1 ,4 -1 ,7 E le v as i m A-A Skenario 3 -6 -4 -2 2 4 6 -7 -7 ,3 -7 ,6 -7 ,9 -8 ,1 -8 ,4 -8 ,7 -9 -9 ,3 -9 ,6 -9 ,9 -1 ,1 -1 ,4 -1 ,7 E le v as i m A-A Skenario 4 Koordinat o LS Koordinat o LS Koordinat o LS Koordinat o LS 76 muka air laut sekitar 3 m, sedangkan untuk kasus terburuk yang diterapkan pada skenario ke-4 perubahan muka air adalah sekitar 4 m. Keadaan ini menjelaskan bahwa patahan naik dengan bidang patahan yang panjang akan menyebabkan volume kosong yang lebih besar, kemudian akan segera diisi oleh massa air laut secara sporadis sehingga gerakan balik dari massa air laut ini akan menyebabkan tsunami.

4.3.3 Waktu tempuh penjalaran gelombang tsunami