Morfometri pantai Ekosistem pantai dan pesisir

63 batimetri demikian akan mengakibatkan jarak daerah pecah gelombang dengan pantai menjadi semakin kecil. Pada penelitian ini kondisi batimetri dan kemiringan dasar perairan tidak dibobotkan kedalam matriks risiko tsunami. Hal ini dikarenakan parameter tersebut sudah terintegrasi di dalam hasil model. Pada dasarnya model tsunami yang dibangun sudah memperhitungkan kondisi batimetri dan kemiringan dasar perairan sehingga proses pembobotannya dilakukan terhadap hasil modelnya saja.

4.1.7 Morfometri pantai

Pada penelitian ini bentuk morfometri pantai tidak digunakan dalam penentuan indeks kerentanan pantai. Hal ini dikarenakan bentuk morfometri pantai cenderung homogen, mengingat daerah yang diidentifikasi masih dalam skala kecil skala kecamatan. Wilayah pesisir Pangandaran memiliki bentuk morfometri yang unik dan khas. Bentuk garis pantai Pangandaran membentuk air mata teardrop yang masuk ke Samudera Hindia. Bentuk seperti ini mengakibatkan garis pantai Pangandaran membentuk tanjung yang diapit dua sisi teluk yang hampir simetris. Teluk ini adalah Teluk Parigi di sisi sebalah barat dan Teluk Pangandaran di sisi sebelah timur Desa Pangandaran. Pangandaran merupakan daerah berteluk, pada dasarnya bentuk pantai berteluk akan memfokuskan gelombang tsunami yang sedang berjalan ke arahnya, sehingga energi gelombang tersebut terakumulasi pada cekungan tersebut dan mampu meningkatkan ketinggian gelombang tsunami yang sampai di pantai Diposaptono dan Budiman, 2005. 64

4.1.8 Ekosistem pantai dan pesisir

Pendugaan awal ekosistem pesisir dilakukan dengan penajaman citra. Penajaman citra untuk terumbu karang adalah komposit RGB 421, sedangkan untuk mangrove adalah komposit RGB 453. Berdasarkan penajaman dengan komposit RGB 421, keberadaan ekosistem terumbu karang tidak terdeteksi dalam citra Landsat TM tahun 2003, 2006 dan 2009. Hasil survei lapang memberikan penjelasan lain, dimana diketahui bahwa di perairan Pangandaran terdapat ekosistem terumbu karang. Berdasarkan hasil penelitian Wulandari 2002, diketahui terumbu karang dapat ditemukan pada kawasan Cagar Alam laut di pantai timur Batu Nunggul dan Batu Layar dan pantai barat Desa Pangandaran Batu Mandi dan Pasir Putih. Tipe terumbu karang berupa karang tepi fringing reef yang mempunyai panjang 1,5 km dengan lebar hanya 50 m. Hasil penelitian Wulandari 2002 menunjukan bahwa persentasi penutupan karang hidup di Pangandaran secara keseluruhan termasuk dalam kategori buruk. Substrat dasar perairan sebagian besar ditutupi oleh rubble. Pengamatan pada tahun 1998 menunjukkan bahwa sebagian besar terumbu karang di Pangandaran dalam kondisi rusak Wulandari, 2002. Survei lebih lanjut pada tahun 2005 memperlihatkan kerusakan terjadi semakin parah. Pengamatan terakhir pada tahun 2008 menunjukkan hasil tidak berbeda jauh. Tutupan karang hidup di pantai barat hanya sekitar 11,48 , sedangkan di pantai timur 18,21 sehingga dikategorikan rusak menurut kriteria baku Kementerian Lingkungan Hidup Wulandari, 2002. 65 Kerusakan ini disebabkan baik oleh aktifitas penangkapan ikan maupun pariwisata seperti menginjak karang, mengambil karang, penangkapan ikan berlebih atau dengan racun, sampah, tertabrak perahu atau putaran baling baling mesin kapal yang mengaduk sedimen. Selain itu erosi di daerah sepanjang aliran sungai sungai bermuara di perairan Pangandaran menyebabkan tingginya tingkat sedimentasi dan dapat merusak kehidupan terumbu karang. Berdasarkan hal tersebut dapat terlihat bahwa keberadaan ekosistem terumbu karang tidak memberikan pengaruh yang signifikan untuk menurunkan tingkat kerawanan bencana tsunami di Pangandaran. Hal ini disebabkan karena sebaran terumbu karang bersifat lokal dan sempit. Ekosistem mangrove ditemukan di kawasan penelitian dalam skala yang sangat kecil. Berdasarkan data spasial Bappeda Kab. Ciamis 2009 kemungkinan besar dahulu terdapat hutan mangrove di Pangandaran. Hal ini dapat dilihat dengan terdapatnya muara muara sungai cukup lebar, tempat yang ideal bagi tumbuhan mangrove. Namun kini hanya sedikit yang tersisa, tinggal berupa deretan pohon nipah Nypa fruticans di sepanjang pinggiran sungai. Jenis jenis tumbuhan mangrove lainnya boleh dibilang telah hilang. Hal ini sangat disayangkan mengingat hutan ini memiliki manfaat sangat besar bagi kehidupan diantaranya sebagai pelindung pantai dari pukulan ombak dan menahan lumpur yang dibawa sungai atau abrasi akibat gelombang laut. Keadaan ini menjadikan ekosistem mangrove di kawasan penelitian tidak memberikan pengaruh yang signifikan untuk menurunkan risiko bencana tsunami. 66

4.2. Kejadian Gempa Tektonik