8
Gelombang akan pecah apabila puncak gelombang membentuk sudut 120
o
atau pada saat kecepatan partikel pada bagian puncak lebih besar daripada kecepatan gelombang sehingga gelombang menjadi tidak stabil dan pecah.
Gelombang tsunami yang pecah akan menghamburkan energinya ke atas permukaan pantai. Pecahan gelombang tergantung pada derajat kemiringan dasar
laut Gross, 1990. UNESCO-IOC 2006 mengelompokan tipe pecah gelombang tsunami menjadi tiga macam yaitu : a Pecahan tumpah di atas dasar laut yang
hampir rata yang membentuk suatu petak berbuih pada puncak dan berangsur- angsur pecah berserakan cukup jauh; b Pecahan hunjam di atas dasar laut yang
agak curam yang memuncak, meliuk bagai payung raksasa terkembang kemudian pecah bagai piring kaca jatuh ke lantai; c Pecahan gulung di atas dasar laut
sangat curam yang tidak pecah atau menghunjam melainkan mengombak bergulung-gulung ke muka pantai. Gelombang-gelombang juga pecah dalam
perairan yang dalam jika gelombang menjulang terlalu tinggi karena disebabkan oleh angin, tetapi gelombang itu biasanya berpuncak rendah dan dinamai
gelombang jambul putih berbuih atau pecah-pecah.
2.2.2 Pembangkit gelombang tsunami
Pada umumnya kejadian tsunami di dunia dominan disebabkan oleh kejadian gempa bumi di dasar laut. Mardiatno 2006 menyatakan bahwa
berdasarkan katalog gempa 1629 – 2002 di Indonesia pernah terjadi tsunami
sebanyak 109 kali dengan perincian yakni 1 kali akibat longsoran landslide, 9 kali akibat gunung berapi dan 98 kali akibat gempa bumi tektonik. Latief 2007
9
menambahkan bahwa lebih dari 90 tsunami di dunia disebabkan oleh gempa tektonik di dasar laut.
Tsunami disebabkan oleh gempa bumi di pusat yang dangkal sepanjang daerah subduksi Gambar 2. Gempa bumi tersebut mengakibatkan terjadinya
pergeseran lempeng tektonik. Lempeng kerak bumi crustal blocks memberi energi potensial pada massa air ke atas dan ke bawah. Hal ini mengakibatkan
terjadinya perubahan drastis pada permukaan air laut di daerah tersebut. Energi yang dilepas ke dalam massa air tersebut menyebabkan timbulnya tsunami
UNESCO-IOC, 2006.
Gambar 2. Posisi daerah sumber gempa tektonik UNESCO-IOC, 2006
UNESCO-IOC 2006 menjelaskan bahwa pergerakan lempeng samudera yang slip di bawah lempeng benua akan melambat akibat gesekan yang semakin
membesar. Suatu saat pergerakan kedua lempeng tersebut akan berhenti tertahan dan terdapat akumulasi energi di daerah pertemuan kedua lempeng. Ketika daerah
tertahan stuck kedua lempeng tersebut sudah tidak kuat lagi menahan energi
10
tersebut maka akhirnya lempeng menjadi patah dan terlepas. Keadaan ini mengakibatkan deformasi dasar laut. Deformasi ini akan menaikan dan
menurunkan air laut dalam skala besar mulai dari lantai samudera sampai ke permukaan. Massa air di atasnya mengikuti bentuk deformasi lantai samudera
untuk mencapai setimbang, dengan begitu maka terjadi pergerakan gelombang yang membawa energi merambat ke perairan pantai Gambar 3.
Gambar 3. Mekanisme terjadinya tsunami akibat gempa tektonik di dasar laut UNESCCO-IOC, 2006
Bila lempeng samudra bergerak turun atau naik, di wilayah pantai air laut akan surut sebelum datangnya tsunami. Selanjutnya gelombang tsunami akan
datang menerjang pantai Slawson dan Savage, 1979. Meskipun sebagian besar tsunami disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi di bawah laut, namun tidak
setiap gempa bumi di bawah laut bisa menyebabkan terjadinya tsunami. Menurut Shuto 1993 syarat terjadinya tsunami adalah magnitude gempa harus lebih besar
dari 6 Skala Richter SR dan kedalaman pusat gempa hiposentrum kurang dari
11
33 km 48 km versi USGS serta gempa dengan pola mekanisme dominan adalah sesar naik thrust atau sesar turun normal.
2.3. Faktor-faktor Kerentanan Pantai Terhadap Tsunami