Skenario simulasi model Hasil Pemodelan Tsunami

70 Wilayah sebelah barat lepas pantai Pangandaran 107 o – 108 o BT dan 8 o – 11 o LS memiliki angka dimensi fraktal sebesar 1,79. Nilai tersebut masih lebih besar apabila dibandingkan dengan angka dimensi fraktal untuk wilayah di bagian tengah 108 o – 109 o BT dan 8 o – 11 o LS dan timur lepas pantai Pangandaran 109 o – 110 o BT dan 8 o – 11 o LS dimana nilainya masing-masing adalah 1,71 dan 1,15. Perairan sebelah barat lepas pantai Pangandaran memiliki angka dimensi fraktal paling besar. Keadaan ini menjelaskan bahwa wilayah tersebut merupakan wilayah paling aktif gempa dibandingkan wilayah kajian lainnya. Hal ini sesuai dengan tingginya kejadian gempa di wilayah tersebut. Intensitas kejadian gempa yang rendah berada di bagian timur lepas pantai Pangandaran. Rohadi 2006 menyatakan bahwa bagian wilayah dengan intensitas gempa yang rendah biasanya berkorelasi dengan tingkat stress yang tinggi. Hal ini berarti bahwa wilayah tersebut berpotensi lebih besar terjadi gempa bumi berkekuatan tinggi. Berdasarkan asumsi tersebut maka di sebelah timur lepas pantai Pangandaran pada saat ini tengah mengakumulasi energi tegangan akibat proses subduksi yang sewaktu-waktu akan dilepaskan berupa gempa bumi berkekuatan besar.

4.3. Hasil Pemodelan Tsunami

4.3.1 Skenario simulasi model

Skenario simulasi pada pemodelan ini dilakukan dengan membuat sejumlah skenario yang dianggap paling sesuai dan paling mungkin terjadi. Pada penelitian ini dibangun empat buah skenario yang menjadi dasar dalam pemodelan tsunami. 71 Skenario pertama dibangkitkan oleh gempa bumi yang mengakibatkan tsunami di Pangandaran. Menurut Harvard CMT gempa tersebut memiliki kekuatan 7,7 SM atau 4,0 x 10 27 dyne.cm. USGS menjelaskan posisi pusat gempa berada pada koordinat 9,295 o LS dan 107,347 o BT dengan kedalaman pusat gempa 6 km. Pusat gempa yang pernah terjadi pada tahun 2006 tersebut berada pada jarak 230 km dari arah utara Pulau Christmas, 235 km dari arah barat Tasikmalaya, 260 km dari arah selatan Bandung dan 355 km dari arah utara Jakarta NEIC-USGS, 2006a. Skenario model ke-2 dibangun pada posisi episetrum gempa yang sama seperti pada skenario pertama. Besar gempa yang diterapkan pada skenario ke-2 adalah 8,5 SM. Pemilihan skenario ini dipilih sebagai pembanding pengaruh besarnya kekuatan gempa pada daerahposisi pusat gempa yang sama. Posisi sumber tsunami untuk skenario ke-3 dan skenario ke-4 ditentukan berdasarkan analisis dari segi parameter seismik. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, diketahui bahwa wilayah sebelah timur dari pusat gempa Pangandaran memiliki frekuensi kegempaan yang lebih sepi dibandingkan dengan di wilayah sebelah baratnya. Berdasarkan hal tersebut, maka model sumber tsunami untuk skenario ke-3 dan skenario ke-4 posisi episentrumnya berada pada batas tersebut. Daerah ini digunakan sebagai sumber tsunami walaupun kejadian gempa relatif sepi. Menurut Natawidjaja 2007 daerah yang relatif sepi gempa bukan berarti daerah tersebut aseismik tidak aktif, justru hal ini mengindikasikan bahwa wilayah tersebut sedang menimbun energi karena belum mengalami 72 pematahan. Pelepasan energi berupa gempa kuat disertai tsunami mendatang yang akan menerpa pesisir selatan Jawa berpotensi bersumber dari sini. Skenario ke-3 dibangkitkan oleh gempa bumi yang berada pada posisi 9,195 o LS dan 108,500 o BT. Pusat gempa tersebut memiliki jarak yang lebih dekat dengan Pangandaran yaitu sekitar 165 km dari arah selatan Pangandaran. Posisi episetrum pada skenario ke-4 posisinya lebih bergerak ke sebelah timur dari pusat gempa Pangandaran, yakni pada koordinat 10,280 o LS dan 109,800 o BT. Skenario ke-4 menggunakan parameter gempa Pancer. Hal ini untuk menyesuaikan arah tujaman strike dengan keadaan sebenarnya. Menurut Handayani dan Harjono 2008 semakin ke arah timur jalur konvergensi antara lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia, arah tujaman semakin menujam dengan arah normal. Secara ringkas parameter-parameter yang menjadi dasar model pembangkit tsunami disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Parameter masukan untuk masing-masing skenario yang dibangun NEIC-USGS, 2009b Parameter Gempa Skenario Gempa 1 2 3 4 Lintang o -9,295 -9,295 -9,195 -10,280 Bujur o 107,347 107,347 108,500 109,800 Hiposentrum km 6,0 6,0 6,0 6,0 Strike o 289,0 289,0 289,0 276,0 Dip o 10,0 10,0 10,0 89,0 Slip o 95,0 95,0 95,0 79,0 Momen Magnitude M w 7,7 8,5 8,5 8,9 Momen Seismik dyne.cm 4 x 10 27 7 x 10 28 7 x 10 28 2,4 x 10 29 Panjang Patahan km 82,0 214,0 214,0 314,0 Lebar Patahan km 41,0 107,0 107,0 157,0 DislokasiDefomasi m 2,4 6,2 6,2 8,8 73

4.3.2 Simulasi gelombang tsunami awal