45
mempengaruhi tingkat risiko tsunami seperi kemiringan dasar perairan dan morfometri pantai. Kedua parameter tersebut tidak dibobotkan dalam matriks
sehingga tidak dioverlay pada pemodelan spasial tingkat risiko tsunami. Pada penelitian ini kondisi batimetri dan kemiringan dasar perairan tidak
dibobotkan kedalam matriks risiko tsunami. Hal ini dikarenakan parameter tersebut sudah terintegrasi di dalam hasil model. Pada dasarnya model tsunami
yang dibangun sudah memperhitungkan kondisi batimetri dan kemiringan dasar perairan sehingga proses pembobotanya dilakukan terhadap hasil model.
3.5.5 Analisis tingkat kerentanan pantai
Indeks kerentanan pantai terhadap bencana tsunami ditentukan melalui fungsi analisis dengan menggunakan metode Cell Base Modeling CBM. Metode
CBM didasarkan pada proses individu dari tiap sel yang digunakan sebagai sarana untuk menganalisis obyek di atas permukaan bumi. Setiap sel tersebut memuat
parameter dan memiliki format data grid. Setiap sel yang dimaksud memiliki nilai tertentu yang besarnya tergantung dari besarnya nilai masing-masing parameter
yang digunakan untuk menentukan tingkat kerawanan bencana tsunami. Hasil pemodelan tsunami dan parameter-parameter kerentanan lingkungan yang sudah
dijabarkan sebelumnya harus dikonversi ke dalam bentuk raster. Setiap parameter yang sudah berfomat raster direklasifikasi menjadi kelas
kerawanan dan kerentanan. Pengelompokan setiap parameter tersebut mengikuti zonal fuction karena setiap parameter akan mengelompok berdasarkan kesamaan
sel tersebut. Sel akan dikodekan berdasarkan kriteria yang membentuk suatu zona. Setiap zona akan memiliki kisaran nilai parameter sebagaimana yang terdapat
46
pada Tabel 5 di atas. Pengkodean sel calculation dilakukan secara otomatis oleh perangkat lunak ArcGIS.
Pada penelitian ini akan dikelompokan berdasarkan lima kelas zona yakni kelas kerentanan sangat tinggi, kerentanan tinggi, kerentanan sedang,
kerentanan rendah dan kerentanan sangat rendah. Nilai tiap-tiap kelas didasarkan pada perhitungan dengan rumus model sebagai berikut Pasek, 2007 :
i i
S B
N
........................................................................................ 15 dimana, N = total bobot nilai; B
i
= bobot pada tiap kriteria dan S
i
= skor pada tiap kriteria.
Selang tiap-tiap kelas diperoleh dari jumlah perkalian nilai maksimum dari tiap bobot dan skor dikurangi jumlah perkalian nilai minimumnya, kemudian
dibagi dengan jumlah parameter yang digunakan. Secara matematis selang kelas dituliskan dengan rumus sebagai berikut Pasek, 2007 :
n S
B S
B L
i i
i i
min max
............................................................. 16 dimana, L = lebar selang kelas; B
i
= bobot pada tiap kriteria; S
i
= skor pada tiap kriteria Tabel 5 dan n = jumlah kelas.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, dihasilkan lebar selang kelas tingkat risiko tsunami sebesar 0,800 dengan nilai N
minimum
sebesar 1 dan nilai N
maksimum
sebesar 5. Nilai tersebut kemudian digunakan dalam penentukan kelas kerentanan pantai akibat bencana tsunami. Kelas kerentanan
sangat rendah K1 didapat dari 1 ditambah dengan 0,800. Nilai kelas kerentanan rendah K2 didapat dari selang kelas maksimum K1 yaitu 1,800 ditambah 0,800.
Nilai selang kelas kerentanan sedang K3 didapatkan dari selang maksimum K2 yaitu 2,600 ditambah dengan 0,800. Nilai selang kelas kerentanan tinggi K4
47
didapatkan dari selang maksimum K3 yaitu 3,400 ditambah dengan 0,800. Nilai selang kelas kerentanan sangat tinggi K5 didapatkan dari selang maksimum K4
yaitu 4,200 ditambah dengan 0,800. Secara singkat selang kelas masing-masing kelas risiko dapat ditetapkan sebagai berikut Tabel 5 :
Kelas kerentanan sangat rendah K1 : jika 1,000 ≤ N ≤ 1,800
Kelas kerentanan rendah K2 : jika 1,801 ≤ N ≤ 2,600
Kelas kerentanan sedang K3 : jika 2,601 ≤ N ≤ 3,400
Kelas kerentanan tinggi K4 : jika 3,401 ≤ N ≤ 4,200
Kelas kerentanan sangat tinggi K5 : jika 4,201 ≤ N ≤ 5,000
Nilai-nilai pada masing-masing kelas seperti yang sudah dijabarkan di atas akan dideskripsikan secara otomatis berupa klasifikasi wilayah pantai dan pesisir
Pangandaran berdasarkan tingkat kerentanannya terhadap bencana tsunami. Hasil model yang berhasil dibangun, baik itu model penjalaran gelombang tsunami
ataupun model klasifikasi tingkat kerentanan pantai terhadap bencana tsunami untuk wilayah pantai dan pesisir Pangandaran dapat dibuat peta tematiknya.
48
4. HASIL DAN PEMBAHASAN