Jarak dari garis pantai Jarak dari sungai

52 Tabel 7. Luas daerah kelas kemiringan daratan slope No Tingkat kerentanan Kelas slope Luas Ha 1 Sangat Tinggi – 2 4.155,45 2 Tinggi 2 – 10 912,50 3 Sedang 10 – 15 520,65 4 Rendah 15 – 40 348,50 5 Sangat Rendah 40 293,68 Total 6.230,78

4.1.3 Jarak dari garis pantai

Berdasarkan pengamatan di lapangan pada umumnya sarana-sarana penting seperti permukiman di lokasi penelitian memiliki jarak yang relatif dekat dengan garis pantai. Desa Pangandaran digolongkan sebagai daerah yang paling rentan karena berada pada dataran sempit diantara dua sisi teluk yang saling berhadapan tanah genting. Desa Pangandaran merupakan lokasi wisata yang terkenal di Kabupaten Ciamis, sehingga tidak heran karena potensi daerahnya tersebut maka daerah ini menjadi kawasan padat penduduk. Masyarakat umumnya menempati bangunan yang sangat dekat dengan garis pantai, yaitu dalam jarak antara 100 m hingga 200 m dari garis pantai. Keadaan ini menjadikan permukiman di Desa Pangandaran tergolong sangat rentan terkena gelombang tsunami. Areal permukiman di daerah pesisir Pangandaran semakin lama semakin bertambah banyak dan semakin menjorok ke laut. Berdasarkan hal tersebut maka sangat penting sekali menerapkan penataan ruang yang baik untuk mengurangi risiko tsunami, khususnya di daerah pesisir. Jarak dari garis pantai menunjukan informasi jauh dekatnya suatu wilayah terhadap laut. Daerah yang berada pada jarak kurang dari 500 m dari garis pantai menunjukan daerah yang paling rentan 53 terhadap tsunami. Semakin dekat suatu wilayah terhadap laut maka semakin tinggi tingkat kerentanan dan risiko wilayah tersebut terkena dampak tsunami NTHMP, 2001. Kelas jarak dari garis pantai wilayah pesisir Pangandaran diperlihatkan pada Gambar 14. Gambar 14. Kelas jarak dari garis pantai wilayah pesisir Pangandaran berdasarkan tingkat kerentanannya terhadap bencana tsunami

4.1.4 Jarak dari sungai

Wilayah Pangandaran yang mencakup Kecamatan Pangandaran dan Kecamatan Sidamulih merupakan wilayah yang memiliki sungai-sungai besar yang sangat dekat dengan muaranya. Berdasarkan survei lapang dan analisis dari citra satelit Landsat TM diketahui setidaknya terdapat empat buah sungai besar yang melintasi wilayah penelitian. Sungai tersebut adalah Sungai Cikidang bagian barat, Sungai Cikidang bagian timur, Sungai Cikambulan dan Sungai Ciambulungan. 54 Sungai Cikidang terletak di sebelah barat dan timur Desa Babakan Kecamatan Pangandaran dan bermuara di muara Cikidang. Sungai Cikidang melewati beberapa desa mulai dari Desa Sukahurip, Desa Babakan, bagian utara Desa Wonoharjo, Desa Pananjung dan Desa Pangandaran. Sungai Cikambulan berada di sebelah timur Desa Cikembulan dan Sungai Ciambulungan berada di Desa Sukaresik, kedua sungai ini bermuara di muara Citonjong yang berada di Desa Sukaresik. Desa Sukaresik, Desa Cikembulan dan bagian timur Desa Pangandaran serta Desa Babakan dapat diklasifikasikan sebagai daerah yang memiliki tingkat kerentanan yang sangat tinggi karena di daerah-daerah tersebut terlihat adanya sungai-sungai besar yang dekat dengan muaranya. Sungai-sungai tersebut saling berhadapan antara satu dengan yang lainnya. Kondisi sungai yang demikian akan menyebabkan daerah yang terletak di antara sungai tersebut akan mempunyai tingkat kerentanan yang sangat tinggi terhadap bencana tsunami. Tsunami yang merambat melalui sungai dapat menimbulkan kerusakan yang lebih hebat dari yang diperkirakan. Keadaan ini terjadi karena dengan adanya sungai maka akan semakin mendorong tsunami untuk melintas lebih jauh ke daratan. Pada daerah yang menyempit seperti sungai dan kanal pengendali banjir akan terjadi peningkatan kecepatan dan ketinggian muka air. Hal ini disebabkan debit massa air yang sama harus menjalar melalui celah yang sempit NTHMP, 2001. Berdasarkan hal tersebut maka penempatan daerah aman harus berada jauh dari sungai yang dekat dengan muarannya. Klasifikasi jarak dari sungai di wilayah penelitian diperlihatka pada Gambar 15. 55 Gambar 15. Kelas jarak dari sungai wilayah pesisir Pangandaran berdasarkan tingkat kerentanannya terhadap bencana tsunami

4.1.5 Penggunaan lahan Landuse