Indeks Kerentanan Pantai Akibat Bencana Tsunami

104 perkebunan di wilayah pangandaran berada di area yang memiliki topografi yang rendah. Pada umumnya perkebunan di wilayah Pangandaran di dominasi oleh perkebunan kelapa.

4.5. Indeks Kerentanan Pantai Akibat Bencana Tsunami

Klasifikasi tingkat kerentanan pantai terhadap bencana tsunami membagi daerah menjadi lima kelas berdasakan tingkat kerentanan pantainya. Klasifikasi tersebut terdiri dari kelas kerentanan sangat rendah, kelas kerentanan rendah, kelas kerentanan sedang, kelas kerentanan tinggi dan kelas kerentanan sangat tinggi. Kelas kerentanan sangat rendah dan kelas kerentanan rendah dominan berada di bagian utara Pangandaran. Kedua kelas ini juga ditemukan berada di bagian selatan Pangandaran tepatnya di bagian Tanjung Pangandaran Cagar Alam. Kelas kerentanan sedang dominan berada di bagian tengah wilayah penelitian. Zona ini berada pada jarak 3000 m dari garis pantai. Kelas kerentanan tinggi dan kelas kerentanan sangat tinggi umumnya berada di wilayah selatan Pangandaran. Zona ini berbatasan langsung dengan laut dimana jarak daratan sangat dekat dengan laut. Hal tersebut berdampak pada pengaruh langsung terhadap gelombang tsunami. Gradasi warna merah menunjukan daerah-daerah yang memiliki tingkat kerentanan tinggi dan sangat tinggi, sedangkan gradasi warna jingga menjelaskan zona kerentanan sedang, rendah dan sangat rendah. Zona kerentanan sangat tinggi merupakan daerah yang berpotensi paling besar dalam hal kerusakan atau kehancuran aset yang ditimbulkan apabila terlanda tsunami serta memiliki ancaman teradap risiko keselamatan penduduk yang lebih parah. Karakteristik 105 pantai dan pesisir di zona ini di tandai oleh dataran rendah yang landai dengan jarak dari pantai yang sangat dekat, berbatasan dengan sungai-sungai besar yang dekat dengan muaranya, selain itu ditambah dengan bentuk penggunaan lahan berupa permukiman dengan penduduk yang cukup padat. Sebaran spasial klasifikasi tingkat kerentanan wilayah Pangandaran diperlihatkan pada Gambar 36. Gambar 36. Sebaran spasial tingkat kerentanan pantai terhadap bencana tsunami di Pangandaran Zona kerentanan tinggi dan sangat tinggi umumnya berbatasan langsung dengan laut. Kedua kelas tersebut tergolong zona berbahaya terhadap limpasan gelombang tsunami. Zona kerentanan tinggi dan sangat tinggi pada umumnya berada pada jarak 1000 m dari garis pantai kecuali di bagian Tanjung Pangandaran. Wilayah Tanjung Pangandaran berbatasan secara langsung dengan laut dan berada dalam raidius 1000 m dari garis pantai, akan tetapi tingkat kerentanan di wilayah tersebut di dominasi oleh kelas kerentanan sangat rendah 106 dan kelas kerentanan rendah. Keadaan ini disebabkan morfologi wilayahnya yang betopogafi tinggi dengan slope yang besar dan tipe penggunaan lahan berupa vegetasi darat hutan. Zona kerentanan sangat rendah merupakan daerah daerah paling aman atau sangat tahan terhadap bencana tsunami. Zona kerentanan sangat rendah ditandai oleh dataran tinggi atau berbukit dimana memiliki jarak yang paling jauh dari garis pantai serta tipe penggunaan lahan tidak banyak melibatkan manusia seperti lahan kosong, semak belukar dan vegetasi darathutan berada pada daerah yang aman. Desa Babakan, Desa Pangandaran dan Desa Cikembulan merupakan wilayah yang di dominasi oleh kelas kerentanan sangat tinggi. Wilayah-wilayah tersebut digolongkan sebagai wilayah yang paling berbahaya terhadap limpasan gelombang tsunami. Bentuk morfologi daerah pantai dan pesisirnya memberikan pengaruh yang tinggi terhadap risiko bencana sunami. Hal ini akan berdampak pada tingkat kerusakan yang lebih tinggi di wilayah-wilayah tersebut Zona Bahaya Tsunami I. Desa Sukaresik dan Desa Pananjung di dominasi oleh tingkat kerentanan tinggi. Desa-desa ini menjadi daerah dengan peringkat kedua yang memiliki risiko kerusakan tertinggi Zona Bahaya Tsunami II. Desa Wonoharjo di dominasi oleh tingkat kerentanan sedang sehingga Desa Wonoharjo digolongkan kedalam Zona Bahaya Tsunami III. Wilayah yang letaknya tidak berbatasan langsung dengan laut cenderung memiliki kerentanan yang rendah dan sangat rendah. Desa-desa yang tergolong dalam kelas tersebut antara lain Desa Cikalong, Sidamulih, Pejanten, Sidomulyo, Purbahayu, Sukahurip. Daerah ini berada dalam jangkauan lebih dari 3000 m dari garis pantai, sehingga penetrasi 107 gelombang tsunami tidak cukup kuat untuk masuk kedaratan sejauh itu Gambar 36. Topografi di daerah tersebut juga memberikan pengaruh teradap penjalaran gelombang tsunami, topografi di daerah ini cenderung lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa terjal dan landainya morfologi pantai akan mempengaruhi jangkauan tsunami yang menghempasnya. Luas masing-masing kelas kerentanan di setiap wilayah disajikan pada Tabel 24. Tabel 24. Luas tingkat kerentanan pantai terhadap bencana tsunami di setiap desa Nama Desa Luas area tingkat kerentanan Ha Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Babakan 335,55 284,39 45,38 12,93 Cikalong 59,65 276,18 4,05 Cikembulan 227,22 135,67 104,34 155,59 Pananjung 106,13 203,36 50,92 10,61 Pangandaran 203,11 133,19 36,23 166,58 299,31 Pejanten 7,60 134,64 484,45 3,57 Purbahayu 0,33 60,10 296,03 200,76 Sidamulih 0,53 10,40 Sidomulyo 81,84 246,51 13,34 Sukahurip 2,60 14,25 190,22 201,70 Sukaresik 174,62 243,00 178,09 226,68 Wonoharjo 114,72 183,42 252,05 58,92 Total 1.161,35 1.193,56 1.017,49 2.125,23 733,15 Secara keluruhan, Desa Pangandaran yang terletak di bagian daratan yang menghubungkan daratan pulau jawa dengan tanjung Pangandaran tanah genting di tempatkan sebagai zona yang paling berbahaya karena merupakan daerah dengan permukiman terpadat. Sebaran dan kepadatan permukiman menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi risiko bencana tsunami yang akan terjadi. Permukiman penduduk menggambarkan tingkat kepadatan penduduk dan sebaran tempat hunian yang akan mempengaruhi tingkat keugian jiwa maupun harta benda. 108

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pesisir Pangandaran merupakan wilayah yang memiliki risiko tinggi terhadap bahaya tsunami. Selain dekat dengan zona subduksi yang merupakan zona sumber tsunami, wilayah pesisir Pangandaran memiliki karakteristik pantai yang sangat rentan terhadap limpasan gelombang tsunami. Pada umumnya faktor kerentanan yang dimiliki antara lain kondisi topografi rendah dan landai yang luas dan membentang dalam jarak 1500 m dari garis pantai, jenis penggunaan lahan berupa permukiman dominan berada dekat dengan laut serta berada diantara sungai-sungai besar Sungai Ciambulungan, Sungai Cikidang dan Sungai Citonjong. Hasil model penjalaran gelombang tsunami memperlihatkan bahwa waktu tempuh penjalaran gelombang tsunami untuk mencapai daratan Pangandaran memerlukan waktu kurang dari satu jam setelah terjadinya gempa. Semakin dekat sumber gempa terhadap daratan maka waktu tempuh gelombang tsunami semakin cepat, selain itu semakin besar kekuatan gempa maka tsunami yang dihasilkan semakin besar. Hasil model limpasan run-up gelombang tsunami memperlihatkan bahwa setiap wilayah memiliki luas limpasan gelombang tsunami yang berbeda-beda. Pada umunya desa-desa yang berada di sepanjang pesisir Kecamatan Pangandaran bagian selatan Babakan, Pangandaran, Pananjung dan Wonoharjo serta pesisir Kecamatan Sidamulih bagian selatan Cikembulan dan Sukaresik terkena dampak yang paling parah dibandingkan daerah-daerah yang lainnya. Hal ini disebabkan keadaan topografi dan kemiringan daratannya rendah dan landai.